Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Sebanyak 22.388 Jiwa di Kabupaten Sukabumi Terdampak Kekeringan

Benny Bastiandy
12/8/2019 10:55
Sebanyak 22.388 Jiwa di Kabupaten Sukabumi Terdampak Kekeringan
Ilustrasi(Antara)

KEMARAU panjang di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, berdampak terhadap krisis air bersih di 73 kampung, 35 desa, dan 17 kecamatan. Sebanyak 7.774 kepala keluarga atau 22.388 jiwa terdampak kekeringan.

"Jumlah KK atau jiwa yang paling banyak terdampak kekeringan berada di Kampung Warung Ceuri, Desa Pondokkaso Landeuh, Kecamatan Parungkuda. Berdasarkan pendataan, jumlahnya mencapai 760 KK atau 2.408 jiwa," kata Koordinator Pusat Pengendali dan Operasi BPBD Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna kepada Media Indonesia, Senin (12/8).

Data wilayah terdampak bencana sifatnya masih sementara. Artinya, kata Daeng bisa jadi jumlah wilayah dan warga terdampak kekeringan di Kabupaten Sukabumi bertambah.

"Kami terus memantau dan mendata di lapangan," tuturnya.

Pemkab Sukabumi telah menangani dampak kekeringan tersebut dengan menyalurkan berbagai bantuan. Tak hanya penyaluran air bersih yang notabene diberikan kepada wilayah dilanda krisis, bantuan juga disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat.

"Makanya, asesmen di lapangan dilakukan untuk mengetahui kebutuhan apa saja yang dibutuhkan masyarakat akibat dampak kekeringan," jelas dia.

Tujuh belas wilayah terdampak kekeringan itu terdiri dari Kecamatan Cicurug, Kecamatan Cidadap, Kecamatan Gegerbitung, Kecamatan Tegalbuleud, Kecamatan Waluran, Kecamatan Cikembar, Kecamatan Gunungguruh, Kecamatan Kabandungan, Kecamatan Jampangtengah, Kecamatan Parungkuda, Kecamatan Ciracap, Kecamatan Surade, Kecamatan Cisolok, Kecamatan Palabuhanratu, Kecamatan Cisaat, Kecamatan Cikakak, dan Kecamatan Ciemas. Dua pekan lalu, jumlah yang terdampak berada di 11 desa dan 7 kecamatan.

Sementara itu, krisis air yang melanda Kampung Jujuluk Pasir Randu RT 02/08, Desa Pasirbaru, Kecamatan Cisolok, sejak dua bulan terakhir, mengakibatkan warga setempat terpaksa jarang mandi. Bak penampungan yang biasa dimanfaatkan warga setempat mengering lantaran makin menyusutnya debit air pada sumber mata air.

"Kalau mau mandi harus ke aliran Sungai Cibareno. Jaraknya dari kampung kami sekitar 1 kilometer," kata Encep, 42, warga setempat, Senin (12/8).

Jaraknya yang cukup jauh membuat warga berpikir dua kali kalau setiap hari harus bolak-balik ke aliran Sungai Cibareno. Karena itu, mereka pun memilih jarang mandi.

"Paling mandinya dua hari sekali. Ada juga warga yang numpang mandi ke rumah saudaranya," jelas dia.

Encep mengaku, situasi di kampungnya cukup tak karuan akibat kekurangan air. Bak penampungan yang dipasok dari sumber mata air satu-satunya di wilayah itu sudah tak bisa diandalkan karena debitnya terus menyusut.

"Sumber mata airnya kering. Jadi, sudah tak bisa lagi mengaliri ke bak penampungan. Jarak dari permukiman ke bak penampungan sekitar 800 meter," sebut dia.

baca juga: Terpantau 1.124 Hotspot di Kalimantan Barat

Sisa-sisa air di sumber mata air hanya cukup untuk kebutuhan memasak, mencuci piring, dan berwudhu. Kalau untuk aktivitas yang memerlukan banyak air, seperti mandi sudah tak bisa dilakukan.

"Saat normal, bak bisa menampung hampir 7 ribu liter air dari sumber mata air. Sekarang mah boro-boro karena sumber mata airnya juga sudah kering," tandasnya. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya