Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Siswa SMP 6 Aesesa Harus Menimba Air Saat Di Sekolah

Ignas Kunda
06/8/2019 11:47
Siswa SMP 6 Aesesa Harus Menimba Air Saat Di Sekolah
Para siswa SMP 6 di Desa Nggolonio, Kabupaten Nagekeo, NTT harus menimba air untuk keperluan di sekolah.(MI/Ignas Kunda )

KEINDAHAN perbukitan dengan balutan savana indah yang mengelilingi SMP 6 Aesesa di Desa Nggolonio, Kabupaten Nagekeo,Nusa Tenggara Timur ini sungguh mengaggumkan. Namun tidak bagi nasib 90 siswa yang belajar di sekolah ini. Tak hanya sebatas mengenyam pendidikan di sekolah, siswa di SMP 6 di desa Nggolonio, kabupaten Nagekeo, NTT harus menerima pelajaran hidup dengan bekerja menimba air untuk sekolahnya. Mereka harus berjalan jauh hanya untuk menimba air di sumur warga agar sekolahnya tak mengalami kekurangan air bersih.

Jerigen air berukuran lima liter menjadi teman keseharian mereka pada musim kemarau ini, ketika ke sekolah selain tas yang berisi buku-buku sekolah. Pada setiap pagi mereka harus membawa jerigen berisi air ke sekolah karena sekolah tak punya air bersih. Begitupun ketika siang hari ketika jam istirahat berlangsung semua siswa di sekolah ini harus berjibaku menimba air di sumur warga dengan jerigen yang mereka bawa dari pagi ketika datang sekolah.

Mereka harus berjalan jauh sekitar 3-5 km hanya untuk air bersih dengan panas menyengat. Rasa capek dengan peluh membasahi tubuh tak dihiraukan anak anak ini, semuanya dilakukan dengan riang gembira demi air bersih untuk sekolah mereka.

Tak lantas langsung bisa menimba air bersih, mereka harus mengantri mencapai lebih dari satu jam  karena sumur warga debit airnya kecil dan kedalaman sumur mencapai dua puluh meter lebih. Katarina Jareng, salah satu siswa SMP tersebut mengaku iba dan kasihan dengan kondisi sekolah juga para guru. Rasa capai tak terhindarkan ketika harus menimba air pada siang hari. Kegiatan ini mengganggu aktivitas belajar.

“Kalau kami tidak mau ambil air lalu siapa yang ambil? Kasihan juga ini sekolah dari dulu air tidak ada, jadi biara capek kami harus pergi ambil. Setiap hari satu kali atau bisa dua kali kalau air kosong sama sekali. Minimal tujuh kali dalam satu minggu. Itu untuk isi di kamar WC dan siram tanaman," kata Katarina kepada Media Indonesia, Selasa (6/8).

Dari pantauan Media Indonesia, setelah mengantri lama merekapun harus kembali ke sekolah dengan beban jerigen berisi penuh air di tangan masing-masing.

Mereka harus mengisi tangki yang telah disiapkan sekolah untuk kebutuhan air WC dan menyiram tanaman. Keadaan ini harus dilakukan para siswa saban hari tanpa mengenal lelah karena nama baik sekolah menjadi taruhan.

"Malu  juga kalau ada tamu datang buang air di hutan karena WC tidak ada air," ujar Nus salah satu siswa SMP ini.
 
Menurut Marselinus Mosa, Wakil SMP 6 Aesesa, kegiatan menimba air dari sumur merupakan inisiatif sekolah dan siswa, setelah melihat pipa air minum yang ke sekolah hanya berisi angin.  Pihak sekolah sudah beberapa kali memesan tangki namun akhirnya tak sanggup karena biaya sangat mahal mencapai serus ribu ribu per satu kali pengisian. Sekolah bahkan sudah mengusulkan lewat pemerintah desa namun tak menuai hasil hingga kini.

baca juga: Pamong Praja Harus Mengutaman Kepentingan Negara

"Sejak sekolah ini terbentuk 2013 memang ada pipa air yang masuk namun air keluar sebentar saja. Sekarang hanya angin, dan sebagian pipa tidak tahu entah kemana. Kami sudah usul lewat musrembangdes tapi tidak ada hasil. Kondisi ini membuat kami tidak bisa menggenjot   akademik siswa karena kasihan siswa sudah capek angkat air dan berjalan  dengan jarak 3-5 km. Jadi paling kegiatan ekstra yang bisa," ungkap Mosa. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya