Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
KEKERINGAN ekstrim mulai terasa di beberapa daerah di Jawa Tengah. Selain kekurangan air bersih di 21 kabupaten, ancaman gagal panen akan terjadi. Sebab ada beberapa waduk tidak ada airnya. Data dihimpun dari Dinas Pekerjaan Umum Sumber Daya Air dan Penataan Ruang (Pusdataru) Jawa Tengah menyebutkan hingga kini empat waduk mengalami penyusutan air cukup dratis dan kering kerontang. Yakni Waduk Tempuran Blora, Waduk Sangeh Grobogan, Waduk Ngancar Wonogiri dan Waduk Botok Sragen.
"Air waduk telah mengering, sawah di sini terancam gagal panen karena tidak ada pasokan air," kata Kamsono,49, petani di Desa Tempuran, Blora, Kamis (25/7).
Hal senada juga diungkapkan Jumadi,56, petani di Desa Tambirejo, Kecamatan Toroh, Grobogan yang mengaku kesulitan mengairi sawahnya. Sehingga untuk mengantisipasi gagal panen petani nemilih tanam palawija yang disirami dengan air sumur pantek atau memompa sisa air di sungai.
Kepala Pusdataru Jawa Tengah, Eko Yunianto mengatakan kondisi keempat waduk tersebut mengalami kering kerontang karena tidak ada suplai air dari beberapa sungai. Dan hujan sudah dua bulan lebih tidak turun di daerah itu.
Secara umum seluruh waduk yang ada di Jawa Tengah sebanyak 41 unit mengalami penyusutan air cukup besar antara 20%-30%. Baik itu waduk dengan kapasitas di atas 10 juta meter kubik maupun waduk di bawah 10 juta meter kubik.
baca juga: Kabut Asap Tipis Selimuti Palangka Raya
"Kita terus lakukan pemantauan waduk tersebut dan mengajak warga ikut memantau guna memastikan air waduk sampai ke sawah," kata Eko.
Tidak hanya itu, lanjut Eko Yunianto, pemantauan dilakujan di 135 kobtrol poin sungai guna memastikan bahwa aliran dapat digunakan sebagai irigasi pertanian, sehingga hal ini akan meminimalisasi terjadinya gagal panen. (OL-3)
"Kami juga sudah mempersiapkan anggaran untuk operasional truk tangki penyuplai air bersih yang jumlahnya ada lima unit dengan kapasitas 5.000 liter dan 4.000 liter,"
AKIBAT tidak turun hujan dan krisis air saluran irigasi, kekeringan lahan sawah di Kabupaten Pidie, Aceh, semakin parah.
Di Desa Ceurih Kupula, Desa Pulo Tunong, Desa Mesjid Reubee dan Desa Geudong, puluhan ha lahan sawah mengering. Lalu tanah bagian lantai rumpun padi pecah-pecah.
SEBANYAK 10,25 hektare lahan pertanian di Tanah Datar terdampak kekeringan, dan 5,25 hektare di antaranya sudah dinyatakan puso atau gagal panen.
SIUMA menggunakan sensor kelembaban tanah berbasis IoT yang terkoneksi langsung ke grup WhatsApp petani, sehingga memungkinkan pengambilan keputusan irigasi secara real time.
PERUBAHAN pola cuaca semakin nyata di Indonesia. Peneliti BRIN Erma Yulihastin, mengungkapkan bahwa musim hujan saat ini tak lagi berjalan secara reguler.
BMKG memperingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia, meskipun musim kemarau secara klimatologis telah dimulai.
Di kawasan pegunungan dan dataran tinggi, bahkan pada malam hingga pagi hari suhu udara dapat mencapai di bawah 14 derajat celcius.
Ketidakteraturan atmosfer memicu kemunduran musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, memunculkan cuaca ekstrem yang terus berlanjut.
BMKG menegaskan fenomena cuaca dingin di Indonesia bukan disebabkan Aphelion, melainkan Monsun Dingin Australia dan musim kemarau.
Di musim kemarun ini, BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan tidak membuka kebun dengan cara membakar hutan dan lahan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved