Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Kekeringan Meluas di 16 Kecamatan, Flotim Darurat Sumur Bor

Ferdinandus Rabu
19/7/2019 10:26
Kekeringan Meluas di 16 Kecamatan, Flotim Darurat Sumur Bor
Wilhelmus petani asal Desa Tiwatobi, Kecamatan Ile Mandiri, Flores Timur hanya sanggup menyirami tanaman seminggu dua kali.(MI/Ferdinandus Rabu )

BADAN Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyebutkan kekeringan telah terjadi di sebagian besar Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Debit air di sejumlah mata air yang ada di daerah ini terus menurun. Sekretaris Daerah Flores Timur sekaligus Kepala BPBD, Paulus Igo Geroda menyebutkan hanya tiga kecamatan tidak mengalami krisis air. Sedangkan 16 kecamatan lainnya kini masuk ke dalam daerah rawan air dan berdampak krisis air bersih.

"Kami memetakan potensi kerawanan kekeringan yang berkaitan pada krisis air bersih. Sehingga dari 19 kecamatan yang ada di Flotim, hanya 3 kecamatan yang tidak mengalami krisi air yaitu Kecamatan Adonara Barat, Kecamatan Wulanggitang, dan Kecamatan Solor Barat. Tiga kecamatan tersebut memliki sumber air di permukaan yang dapat mengalir ke desa-desa. Sementara 16 kecamatan lainnya masuk dalam peta kerawanan kekeringan yang berdampak pada krisis air bersih," ujar Paulus, Jumat (19/7).

Paulus juga menyampaikan, untuk mengatasi sejumlah desa yang mengalami krisi air bersih, pemerintah berupaya membangun sumur bor malalui alokasi dari dana daerah maupun bantuan dana dari BNPB.

"Untuk membantu desa yang mengalami krisis air bersih, kami setiap tahun membangun sumur bor dengan rata-rata 2 sumur bor. Jika mendapatkan bantuan dari BNPB pusat, maka bisa dibangun lebih dari 3 sumur bor di sejumlah desa yang paling rawan. Untuk tahun 2019, kami mendapatkan dana bantuan dari Deputi Penanganan Darurat BNPB  untuk membangun 9 sumur bor. Kami bangun di lima desa yang memiliki sumber air tanah. Sedangkan empat desa lainnya masih dalam tahapan survey karena sampai sekarang masih kesulitan menemukan titik sumber air tanah," lanjutnya.

baca juga: Darmin Nasution Boyongan Rapat Ke Banyuwangi

Selain krisis air bersih, lahan-lahan pertanian juga mengering karena keterbatasan air. Wilhelmus petani asal Desa Tiwatobi, Kecamatan Ile Mandiri mengakui bahwa air sumur untuk menyiram tanaman tidka mencukupi.

"Seminggu hanya dua kali kami siram. Kami pasrah saja dan sudah pasti produksi sayuran kami menurun," ujarnya. (OL-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya