Diisukan Kena Cacar Monyet, 7 Anak Cianjur Terpapar Scabies

Benny Bastiandy
10/6/2019 16:00
Diisukan Kena Cacar Monyet, 7 Anak Cianjur Terpapar Scabies
Mesin "thermal scanner" untuk memantau suhu tubuh yang berpotensi terjangkit virus cacar monyet (monkeypox).(ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

SEBANYAK tujuh warga Kampung Riung Saung RT 04/02, Desa Neglasari, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, usia anak-anak sempat diduga terserang cacar monyet (monkeypox). Mereka mengalami gejala-gejala mirip penyakit tersebut.

Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur pun segera membentuk tim investigasi. Hasilnya, ketujuh anak-anak tersebut bukan mengalami cacar monyet tapi terjangkit scabies atau lebih dikenal kudis atau gudik.

"Informasi awalnya ada 7 warga di Kecamatan Cidaun yang terserang cacar monyet. Informasi ini kami tindak lanjuti dengan menurunkan tim investigasi gabungan Dinkes dan Puskesmas Rawat Inap Cidaun berikut dokter," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Tresna Gumilar, Senin (10/6).

Investigasi dilakukan pada Selasa (4/6) pekan lalu. Berdasarkan hasil anamnesa ditemukan tanda dan gejala berupa gatal-gatal pada tangan dan kaki. Utamanya dirasakan pada malam hari selama lebih dari 1,5 bulan.

Baca juga: Tangkal Monkeypox, Dinkes DKI Tekankan Hidup Bersih dan Sehat

Terdapat juga beruntus berukuran kecil di sela-sela jari tangan yang menyebar ke tangan, kaki dan alat kelamin. Sebagian beruntus kemudian membesar dan berisi nanah.

"Dari pemeriksaan fisik, ditemukan vesikel dan pustula dan krusta purulenta di telapak tangan, sela-sela jari tangan dan kaki, dan sebagian daerah genital. Dari hasil investigasi di lapangan, kami menyimpulkan bahwa penyakit itu bukan monkeypox. Ketujuh anak itu menderita scabies," terang Tresna.

Tresna menuturkan, penyakit scabies lebih disebabkan kurang bagusnya masyarakat menjaga kebersihan lingkungan. Pasalnya, di lapangan ditemukan fakta, masyarakat setempat mengandalkan air sawah untuk kebutuhan mandi, mencuci, dan memasak.

"Air dari parit yang masuk ke sawah ditampung dalam sebuah bak kecil alami. Tempatnya bukan terbuat dari semen atau penampung khusus," ujar Tresna.

Tresna juga mengungkapkan enam dari tujuh penderita scabies itu merupakan santri di Pondok Pesantren Assyofa di wilayah tersebut. Sebelumnya mereka juga pernah menderita penyakit serupa.

"Mereka juga pernah berobat ke puskesmas. Sebagian sudah sembuh dan sebagian lagi sembuh tetapi kambuh lagi, termasuk salah seorang anak dari tujuh anak yang menderita scabies kali ini," beber Tresna.

Agar scabies tak mewabah di wilayah itu, Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur bersama tim Puskesmas Rawat Inap Cidaun melakukan berbagai upaya. Selain menginvestigasi penderita, juga menelusuri warga lain serta melakukan pemeriksaan dan pengobatan.

"Dalam waktu dekat rencananya kami akan melakukan penyuluhan menyangkut penyakit kulit dan penanganannya serta mengintensifkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat). Tim dari puskesmas juga akan memantau terus menerus perkembangan di lapangan," tandas Tresna.(OL-5)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya