Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
PIHAK Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung memastikan tidak ada persoalan terkait pembiayaan Sunarti, pasien obesitas asal Karawang yang akhirnya tidak bisa terselamatkan.
Klaim untuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pun sudah dilaporkan sehingga tidak benar jika penyebabnya karena kehabisan kuota asuransi nasional tersebut.
Menurut salah seorang tim dokter RSHS yang menangani Sunarti, Nucki Nusjamsi, tidak ada kendala biaya terkait pengobatan pasien tersebut. Dia memastikan seluruh pembiayaan sudah dipenuhi oleh RSHS dan BPJS, tanpa ada sedikit pun dari keluarga pasien.
"Yang pasti cost itu jadi tanggungan rumah sakit. Biaya seperti ini biasa," kata Nucki di Bandung, Senin (4/3).
Meski begitu, dia belum mengetahui jumlah pasti biaya pengobatan Sunarti.
"Mengenai berapa biaya jumlah keseluruhan, di data ada. Pasti jauh lebih besar dari yang diklaimkan BPJS," sambungnya.
Baca juga: Pasien Obesitas Meninggal Setelah Dipulangkan Karena BPJS Habis
Namun, lanjut dia, pengobatan pasien seperti ini tidak mutlak dibiayai BPJS. Sebab, obesitas bukan termasuk penyakit yang diklaim sistem asuransi nasional tersebut.
"Kita sangat mengerti, tidak semua penyakit di-cover BPJS. Kalau semua di-cover, bukan jebol lagi, siapa yang bayar? Itu bagian dari sharing rumah sakit," tuturnya.
Nucki pun mencontohkan hal serupa yang pernah ditangani rumah sakit saat operasi bayi kembar.
"Contoh untuk bayi kembar, dulu. Habisnya yang saya ingat Rp400 juta. BPJS hanya cover Rp40 juta, sisanya rumah sakit," tukasnya.
Perlakuan yang sama pun diberikan untuk pengobatan pasien yang tak kunjung sembuh.
"Sekarang ada pasien (sudah) tiga tahun di ICU. Kalau dicabut alatnya akan meninggal. Itu beban rumah sakit, rumah sakit yang membiayai," pungkasnya.(OL-5)
Pembatasan bertujuan agar anak tidak terpengaruh mengonsumsi makanan dengan kandungan garam, gula dan lemak tinggi yang kerap kali dipromosikan melalui iklan.
Obesitas terbukti meningkatkan risiko kanker empedu melalui pembentukan radikal bebas dan peradangan kronis.
Data terbaru Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat bahwa 19,7% anak usia 5–12 tahun dan 14,3% anak usia 13–18 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Penurunan berat badan ternyata tak hanya mengurangi lemak, tapi juga 'meremajakan' jaringan lemak di tingkat sel.
Diabetes melitus dan obesitas dapat dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kandung empedu yang signifikan.
Dalam dunia kerja, obesitas dapat mengganggu keberlangsungan produktivitas (brain fog) dan penurunan kesehatan karena penyakit penyerta dari obesitas.
Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit stroke yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia, seminar kesehatan digelar.
SEJUMLAH pasal yang mengatur berbagai aspek terkait tembakau pada PP Nomor 28 Tahun 2024 menuai kritik. Aturan ini dinilai berdampak negatif terhadap industri dan petani dalam negeri,
Strategi ini dinilai mampu melengkapi kebijakan pengendalian tembakau dengan menawarkan alternatif yang lebih rendah risiko bagi perokok dewasa yang belum siap berhenti dari kebiasaannya.
Berjalan mundur ternyata memiliki banyak manfaat kesehata. Simak tujuh manfaat berjalan mundur.
Hari Hepatitis Sedunia dirayakan setiap tanggal 28 Juli sebagai aksi global untuk menunjukkan perhatian terhadap hepatitis yang masih menjadi risiko besar bagi kesehatan masyarakat.
Jepang dikenal luas sebagai salah satu negara dengan masyarakat tersehat di dunia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved