Headline

Gaikindo membeberkan penyusutan penjualan mobil di Tanah Air.

8 Meninggal Dunia Akibat DBD di Jabar

Bayu Anggoro
08/2/2019 14:05
8 Meninggal Dunia Akibat DBD di Jabar
()

SEBANYAK 18 warga di Jawa Barat (Jabar) meninggal dunia akibat terkena demam berdarah (DBD) pada awal tahun ini. 

Para korban jiwa itu tersebar di kabupaten/kota yang berpotensi tinggi penyakit itu seperti di Depok, Cimahi, Bandung, dan Sumedang.

Menurut Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Uus Sukmara, berdasarkan data yang dihimpun hingga 31 Januari, terdapat 2.461 kasus DBD di wilayahnya. 

"Sebanyak 18 di antaranya meninggal dunia," kata dia di Bandung, Jumat (8/2).

Serangan DBD paling banyak terdapat di Kota Depok dengan 319 kasus, disusul Kabupaten Bandung Barat 277, Kabupaten Bandung 236, Kota Bandung 224, dan Kota Cimahi 200. 

"Kota Bandung daerah endemiknya tinggi, daerah perindukan nyamuk banyak dan sulit," katanya.

Jumlah korban ini meningkat drastis jika dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Pada Januari 2018 hanya tercatat 960 kasus, sedangkan pada 2017 sebanyak 2.833.

Adapun secara keseluruhan hingga saat ini, jumlah korban DBD paling banyak terdapat pada 2016 dengan 36.589 kasus dengan 276 di antaranya meninggal.

"Di 2017 ada 11.422, meninggal 56. Lalu 2018 ada 11.458, 57 meninggal," katanya.

Uus mengakui wilayahnya tergolong rentan terkena DBD. Oleh karena itu, pihaknya meminta masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan salah satunya melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

 

Baca jugaDua Orang Meninggal karena DBD di Tasikmalaya

 

Hal ini sangat diperlukan mengingat penyemprotan sarang-sarang nyamuk dirasa belum terlalu efektif. Dia menilai fogging tidak efektif sehingga nyamuk tersebut akan kembali muncul.

"Makanya sangat tidak efektif ketika kondisi ini kita tergantung ke fogging. Fogging dilakukan, PSN dilakukan. Jangan sampai sudah fogging, kita merasa aman," katanya.

Dia menambahkan, gedung-gedung perkantoran dan sekolah menjadi sasaran nyamuk aedes aegypti, sehingga dia pun meminta pemerintah kabupaten/kota agar lebih gencar dalam mensterilkannya. Dengan begitu, jumlah kasus DBD ini akan sangat tergantung dari upaya tersebut. 

"Tren akan tergantung kecepatan kita melakukan respons terhadap kejadian yang ada. Penularannya satu minggu lalu, yang kita fogging. Nyamuknya memang mati, tapi telurnya seminggu kemudian hidup," katanya.

Asisten Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat Daud Ahmad mengatakan, pihaknya sudah menginstruksikan surat edaran ke bupati/wali kota agar PSN lebih ditingkatkan. 

Tidak hanya itu, dalam surat tersebut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta pemerintah daerah agar meningkatkan kapasitas untuk mengatasi DBD seperti dari sisi sumber daya manusia, perawatan rumah sakit, hingga anggaran.

"Sudah diinstruksikan agar kabupaten/kota membersihkan sarang nyamuk. Daerah setiap saat harus memantau," katanya.

Selain itu, pemerintah tingkat II pun harus mengatasi dengan serius setiap keluhan DBD ini. 

"Dalam instruksi itu ada 1 poin berkaitan tentang kesiapan di rumah sakit. Harus siaga dalam mengatasi DBD," katanya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya