Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Kuantitas Pembelian Oleh-Oleh dan Paket Kirim Pempek Menurun

Dwi Apriani
02/2/2019 15:30
Kuantitas Pembelian Oleh-Oleh dan Paket Kirim Pempek Menurun
(ANTARA/Feny Selly)

MAHALNYA ongkos kirim dan diberlakukannya bagasi berbayar berdampak pada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah di Palembang, Sumatra Selatan. Salah satunya pempek dan kerupuk kemplang yang biasanya diserbu sabagi oleh-oleh, kini menurun signifikan.

Hal itu lantaran kuliner ini memiliki berat yang cukup besar, sehingga dikenakan tarif untuk penyimpanan di bagasi.

Erna Juwita, 34 , wisatawan asal Jakarta, mengatakan, dirinya hanya membeli pempek dengan kapasitas satu paket kecil saja.

"Kalau beli paket kecil bisa disimpan di bagasi dalam pesawat di atas tempat duduk saya tanpa dikenakan biaya. Kalau harus titip di bagasi pesawat, harus bayar lagi. Biasanya kalau ke Palembang, minimal saya beli lima paket kotak besar, tapi sekarang lebih berhemat," ucap Erna.

Baca juga: Kebijakan Bagasi Berbayar Berpotensi Timbulkan Masalah Baru

Hal serupa diungkapkan Yose Purnama, 41 tahun, warga asal Surabaya, saat ini memilih tidak membawa koper dan kotak oleh-oleh saat naik pesawat. Diberlakukannya tarif bagasi pesawat ini menjadi beban tersendiri.

"Ongkos naik pesawat sudah mahal, mau ditambah lagi bayar bagasi. Lebih baik saya pilih tidak menggunakan bagasi pesawat. Jadi saya tidak membawa oleh-oleh untuk keluarga," jelasnya.

Pemilik toko oleh-oleh Pempek Cek Ida di Pasar 26 Ilir Palembang, Cek Ida, mengaku omset keuntungan dari usahanya mengalami penurunan.

"Biasanya banyak yang beli oleh-oleh disini dalam jumlah banyak, sekarang mungkin ada penurunan hingga 30%. Pembeli rata-rata membeli pempek dalam kapasitas sedikit karena alasan tidak mau keluarkan uang lebih untuk membayar bagasi," ucapnya.

Pemilik Pempek Bang Ilham, Muhammad Yusuf, mengaku, tidak hanya pembelian langsung yang mengalami penurunan, namun pemesanan paket oleh-oleh pun sama. Biasanya, kata dia, pembeli atau wisatawan langsung membeli pempek dan kerupuk untuk segera dikirim ke daerah tertentu.

"Biasanya kan kita langsung urus paketnya, pembeli tahunya paket sudah sampai di daerah yang dituju. Tapi sekarang bisa dibilang berkurang 50%. Ini merugikan kami sebagai pengusaha," tukasnya.

Yusuf berharap pemerintah dan pihak maskapai bisa kembali mencari solusi yang terbaik untuk meminimalisir dampak negatif seperti ini.

"Jika seperti ini terus, usaha kami bisa bangkrut".(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya