Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Warga Selamatkan Padi di Leuit yang Ikut Tertimbun Tanah Longsor

Benny Bastiandy
09/1/2019 14:25
Warga Selamatkan Padi di Leuit yang Ikut Tertimbun Tanah Longsor
(MI/BENNY BASTIANDY)

MIMIN, 38, sibuk menjemur bulir padi di lapang yang sempat dijadikan dapur umum selama proses masa tanggap darurat bencana tanah longsor di Dusun Cimapag, Kampung Garehong RT 05/04, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. 

Padi tersebut berhasil dikumpulkan Mimin bersama warga lainnya dari leuit (lumbung padi) yang juga ikut tertimbun material tanah longsor.

Padi yang awalnya kotor dicuci kembali hingga bersih. Kemudian dijemur hingga kering. Selanjutnya padi yang masih bisa diselamatkan akan digunakan membantu keluarga korban bencana lainnya.

"Baru beberapa hari ini kami kumpulkan padi yang masih bisa diselamatkan dari leuit. Lumayan, masih banyak juga yang bisa kami selamatkan," kata Mimin kepada wartawan, sambil membolak-balik pocongan padi agar tersinari matahari dengan merata.

Menurut Mimin, padi yang bisa diselamatkan ini akan dikumpulkan. Selanjutnya akan diserahkan kepada keluarga korban bencana.

"Mudah-mudan bisa membantu para keluarga korban," ucapnya.

 

Baca juga: Pencarian Korban Longsor Sukabumi Dihentikan

 

Ikatan kekeluargaan dan kesetiakawanan di lokasi tanah longsor di Dusun Cimapag, Kampung Garehong RT 05/04, memang masih begitu kental. Berbagai cara dilakukan warga di daerah yang masih merupakan bagian dari Kampung Kasepuhan Adat Sinar Resmi tersebut untuk meringankan beban saudaranya yang ditimpa bencana.

"Kami baru bisa mengumpulkan padi beberapa hari ini. Waktu itu kan belum bisa karena masih banyak orang yang mencari korban tertimbun," kata dia.

Mimin sendiri baru sejak Selasa (8/1) mulai mencari dan mengumpulkan padi yang bisa diselamatkan. Ia dan warga masih akan terus mencari.

"Sudah cukup banyak pocong (ikat) padi yang kami selamatkan. Kami akan jemur dulu sampai betul-betul kering," terangnya.

Selain menimbun sekitar 29 rumah dan 33 korban jiwa, bencana tanah longsor di kampung itu juga menimbun setidaknya puluhan leuit berisi padi hasil panen warga. Setelah lokasi kejadian steril dari petugas gabungan pencarian korban, warga pun bergotong-royong menyisir ikatan padi yang tertimbun tanah longsor.

"Kalau rencananya sih pengumpulan padi ini akan dilakukan semingguan. Mudah-mudahan masih banyak yang bisa diselamatkan," timpal Ismah, 39, warga lainnya.

Warga yang terlibat dalam pencarian padi itu masing-masing memiliki tugas dan peran. Ada yang menyisir lumbung, ada yang membersihkan, ada yang juga yang memilah layak atau tidaknya untuk dimanfaatkan.

"Kita bersama-sama bergotong-royong. Padi ini nantinya akan diberikan untuk keluarga korban," pungkasnya.

Di kawasan Kampung Kasepuhan Adat Sinar Resmi, pertanian merupakan fokus pengembangan yang dilakukan turun-termurun. Sehingga, hampir di setiap rumah di kawasan kampung adat memiliki leuit (lumbung).

"Kalau yang ada di lokasi longsor, jumlah leuit-nya sebanyak 60-an," kata Pemangku Kasepuhan Adat Sinar Resmi Abah Asep Nugraha.

Abah Asep menyebutkan rata-rata satu leuit berkapasitas 1.000 ikat padi dengan berat masing-masing satu ikat ekitar 3 kilogram. Jika diakumulasi, satu leuit bisa menampung 3 ribu kilogram atau 3 ton padi.

"Kalau di lokasi longsor terdapat 60 leuit, berarti dikali 3 ton jumlahnya 180 ton," tuturnya.

Bencana tanah longsor di Dusun Cimapag Kampung Garehong menjadi pelajaran bagi masyarakat. Sebelumnya longsor juga pernah terjadi di wilayah itu sekitar 20 tahun lalu, namun tidak menimbulkan korban jiwa.

Terhitung Minggu (6/1), masa tanggap darurat dan pencarian korban tertimbun tanah longsor dihentikan. Dari 33 warga yang tertimbun, tinggal tersisa satu korban. Pihak keluarga sudah mengikhlaskan jasad korban tak dicari lagi. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya