Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Perbukitan Surandil Cisolok Dipasangi EWS Buatan BPBD Banjarnegara

Benny Bastiandy
04/1/2019 10:30
Perbukitan Surandil Cisolok Dipasangi EWS Buatan BPBD Banjarnegara
Bangunan dan alat Tsunami Early Warning System yang terpasang di 9 titik pesisir Bali dalam kondisi baik termasuk sirinenya juga berfungsi(Ilustrasi -- MI/RUTA SURYANA)

PEMKAB Sukabumi, Jawa Barat, mendapat bantuan alat pendeteksi dini (early warning system/EWS) longsor dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. 

Alat tersebut langsung dipasang di puncak kawasan perbukitan Surandil di Kampung Garehong, Dusun Cimapag RT 05/04, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok.

"Kami sudah memasang EWS yang dipasang di puncak bukit (mahkota) awal terjadi longsor. Alat ini dibawa dari rekan-rekan BPBD Kabupaten Banjarnegara. Mulai ini dipasang," kata Danrem 061 Suryakencana Kolonel Muhammad Hasan, Jumat (4/1).

EWS berfungsi untuk mendeteksi pergerakan tanah hingga mencapai 10 centimeter ke atas. Alarm dan sinyal akan berbunyi ketika terjadi gerakan tanah.

"(Alat) itu sangat berguna bagi kita untuk memgantisipasi jika terjadi longsor susulan," katanya.

Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Banjarnegara, Andri Sulistyo, mengatakan alat deteksi dini longsor itu merupakan karya staf BPBD Kabupaten Banjarnegara. Alat dibuat didasari pertimbangan Kabupaten Banjarnegara terbilang daerah rawan bencana alam.

"Ada 1 unit alat EWS yang kami pasang. Ini kami berikan kepada Pemkab Sukabumi," kata Andri, Jumat (4/1).

Baca juga: Longsor Susulan Terjadi di Sukabumi

EWS tersebut diberi nama Elwasi atau sinonim dari Eling, Waspodo, lan Siaga. Bentuk EWS bikinan staf BPBD Kabupaten Banjarnegara itu cukup sederhana.

"Bentuknya kotak biasa. Ada tiang pancangnya dengan tali ke bawah kemudian samping kiribdan kanan 3 titik. Panjang tiang pancangnya sekitar 90 centimeter," kata dia.

Sistem kerjanya alarm dan lampu akan menyala ketika terjadi pergerakan tanah membuka sekitar 5 centimeter. Suara bunyi akan semakin kencang saat rekahan pergerakan tanah mencapai 10 centimeter.

"Biasanya ketika rekahan pergerakan tanah sudah mencapai 20 centimeter tandanya masa air sudah masuk ke dalam. Jumlah air bisa mengakibatkan longsor," sebut dia.

Andri menuturkan, saat akan terjadi longsor diawali dengan tanda-tanda pohon miring, mata air keluar, dan rekahan tanda membentuk tapal kuda.

"Ini pengalaman kami. Sangat berharga sekali, sehingga kami paham sekali," tuturnya.

Di Kabupaten Banjarnegara, kata Andri, BPBD setempat sudah memasang dua unit EWS Elwasi. Dengan yang dipasang di lokasi longsor kawasan perbuktian Surandil di Kampung Garehong, Dusun Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, berarti sudah ada tiga EWS yang terpasang.

"Biaya produksinya hanya Rp5 juta. Tapi tergantung panjang spanner-nya," sebut dia.

Alat EWS Elwasi buatan staf BPBD Kabupaten Banjarnegara itu sudah sering dipamerkan di pameran-pameran. Bahkan sudah banyak permintaan dari sejumlah daerah di Indonesia.

"Saat ini kami sedang mengejar hak paten dulu supaya bisa diproduksi massal," tandasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya