Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Selepas Malam hingga Jelang Pagi, Kualitas Udara Paling Buruk di Jakarta

Atalya Puspa
14/10/2024 17:13
Selepas Malam hingga Jelang Pagi, Kualitas Udara Paling Buruk di Jakarta
Suasana polusi udara yang menyelimuti bangunan Jakarta International Stadium (JIS), Jakarta Utara, Jakarta(ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

BADAN Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, berdasarkan hasil pemantauan, dalam siklus harian, konsentrasi PM2,5 tertinggi di wilayah DKI Jakarta ialah selepas malam hari hingga menjelang pagi hari. 

"Hal ini dikarenakan saat malam hari udara lebih rapat karena massa udara yang turun dan membawa serta polutannya," kata Sub Bidang Informasi Pencemaran Udara BMKG Taryono di kantor BMKG, Jakarta Pusat, Senin (14/10). 

Baca juga : Polusi, Jakarta Masuk 10 Besar dengan Udara Terburuk di Dunia

Selanjutnya, selepas pagi hari, tingginya aktivitas masyarakat menyebabkan konsentrasi PM2,5 tetap tinggi hingga perlahan turun menjelang sore hari.

"Pada sore hari, kondisi atmosfer sudah hangat, polutan lebih terangkat ke atas," ucap dia. 

Ia menyatakan, ada berbagai faktor pemicu tingginya konsentrasi polutan. Selain dari aktivitas masyarakat, kontributor lainnya ialah adanya lapisan inversi. 

Baca juga : Udara Jakarta Tidak Sehat, Warga Diimbau Pakai Masker

"Data radiosonde pada pukul 07 WIB tanggal 15 Agustus 2023 di Jakarta terlihat adanya lapisan inversi sekitar ketinggian 1500-2000 m, sehingga dapat memberikan dampak terhadap terperangkapnya polutan di ketinggian tersebut dan tingginya konsentrasi partikulat di permukaan pada pagi hari. 

Saat ini sendiri, ada sebanyak 27 alat monitoring PM2,5 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dari Sumatra hingga Papua. Adapun, paling banyak berada di wilayah yang sering terjadi kebakaran hutan dan lahan, yakni Sumatra dan Kalimantan. 

"Tapi tahun-tahun ke depan kita juga akan meningkatkan pemantauan PM2,5 ke wilayah Indonesia timur dan wilayah wisata," ucap dia. 

Alat yang digunakan BMKG untuk melakukan pengamatan PM2,5 dan PM10 ialah MetOne BAM 1020 yang telah terstandar World Meteorological Organization. Pengukuran konsentrasi PM2,5 menggunakan metode penyinaran sinar beta dengan satuan mikrogram per meter kubik. Dari data yang dikumpulkan, masyarakat kemudian bisa mendapatkan informasi PM2,5  yang telah dikategorikan BMKG meliputi baik, sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat dan berbahaya. (Ata/M-4)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya