Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
PENYEMPROTAN air ke jalan untuk mengurangi polusi udara di Jakarta memiliki hasil yang beragam. Metode penyemprotan air sebenarnya sudah dilakukan di berbagai negara, bahkan terdapat berbagai penelitian yang menilai metode tersebut tidak efektif. Namun ada juga menilai cukup untuk mengurangi menurunkan debu di jalanan.
"Dengan beberapa penjelasan maka memang harus betul-betul dianalisa secara ilmiah cara apa yang akan kita gunakan untuk mengatasi polusi udara yang masih terus buruk pada hari-hari ini," kata Direktur Pascasarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama dalam keterangan resmi, Minggu (27/8).
Penelitian di Tiongkok, yang dimuat dalam jurnal ilmiah Toxics, pada Juni 2021, menyebutkan Large-Scale Spraying of Roads with Water Contributes to, Rather Than Prevents, Air Pollution, atau disebutkan bahwa metode itu bukan mencegah tapi justru manambah polusi.
Baca juga: Tak Hanya Ganggu Pernapasan, Polusi Juga Picu Masalah Kulit
Hasil penelitian secara lengkapnya menyebutkan penyemprotan air keran atau air sungai dalam jumlah besar ke jalan menyebabkan peningkatan konsentrasi dan kelembapan PM2.5 dan penyemprotan yang terus menerus setiap hari menghasilkan efek kumulatif pada polusi udara.
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan menyemprot jalan dengan air justru meningkatkan, bukan menurunkan, konsentrasi PM2.5 sehingga merupakan sumber baru aerosol antropogenik dan polusi udara.
"Jadi tegasnya penelitian ini menyatakan menyemprotkan air dalam jumlah besar ke jalan cenderung meningkatkkan konsentrasi PM2,5 dan juga kelembaban," ujar dia.
Baca juga: Penyiraman Jalan Tak Efektif Tangani Polusi, Ini Kata Heru Budi
Tjandra menjelaskan India pernah juga mencoba menyemprotkan air di polusi udara kota New Delhi, tetapi tidak memberikan hasil yang memadai, dan dituliskan di The Times of India pada November 2020 bahwa mungkin penyemprotan air akan ada gunanya hanya pada daerah yang sedang banyak membangun gedung dan mengeluarkan banyak debu, yang jika terbawa angin dapat berbahaya.
"Di taman kota New Delhi seperti Nehru Park pernah pula dicoba disemprotkan semacam uap atau kabut air, melalui cerobong besar, jadi air dari tangki lalu disalurkan ke mesin dan disemprotkan sudah dalam bentuk uap atau kabut air, walau ini tentu juga belum ada kajian ilmiah yang tegas pula," ungkapnya.
Di sisi lain, penelitian yang berjudul Environmental Chemistry Letters volume pada 2014 menyebutkan penyemprotan air secara geoengineering dapat menurunkan kadar polusi PM 2.5 secara efisien.
"Tetapi memang metodologi penelitian pada 2014 ini tidaklah selengkap penelitian di jurnal Toxic yang juga tahunnya lebih baru yakni pada 2021 sehingga secara ilmiah kita jelas membandingkan ke duanya," ucapnya.
Sementara pada laporan penelitian lanjutan di Maret 2022 yang dipublikasi di Jurnal ilmiah Proc. ACM Interact. Mob. Wearable Ubiquitous Technol memberi perspektif yang berbeda pula. Peneliti ini menggunakan metode iSpray (Intellegent Spraying), suatu desain software baru tentang tehnik penyemprotan air yang lebih baik.
Hasil penelitian mereka menyebutkan iSpray reduces the total sprayer switch-on time by 32%, equivalent to 1, 782 m3 water and 18, 262 kwh electricity in our deployment, while decreasing the days of poor air quality at key spots by up to 16%. Artinya, iSpray dengan intelegensia memberi cara penyemprotan yang lebih efisien dan memberi dampak baik pula pada penanganan polusi udara. (Z-1)
Kualitas udara Jakarta tercatat berada pada urutan kedua sebagai kota paling berpolusi di Indonesia, setelah Tangerang Selatan, Banten dengan poin 191.
Kualitas udara Jakarta bukan hanya soal isu lingkungan, tapi juga soal kesehatan publik dan stabilitas ekonomi di wilayah urban.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi udara partikel halus (PM2.5) dapat menyebabkan fibrosis miokard.
Kondisi paling memprihatinkan ditemukan pada PT SBJ yang memiliki 12 tungku peleburan untuk kapasitas 8.816 ton per tahun, namun sama sekali tidak memiliki cerobong.
Peneliti dari University of Technology Sydney mengungkap debu bulan tidak seberbahaya polusi udara di jalanan.
Mengutip data WHO, 99% populasi dunia kini menghirup udara yang sudah melewati batas aman, dengan kualitas udara dalam ruangan bisa lima kali lebih buruk dari udara luar.
Kemudian ada teknologi sensor supaya tahu kapan zona merah. Selain itu, ada truk embun sudah dilakukan di kota-kota Tiongkok.
Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bahaya polusi udara merupakan langkah krusial dalam menekan dampak kesehatan yang ditimbulkan.
BMKG mengungkapkan, berdasarkan hasil pemantauan, dalam siklus harian, konsentrasi PM2,5 tertinggi di wilayah DKI Jakarta ialah selepas malam hari hingga menjelang pagi hari.
Kualitas udara di Jakarta, Senin (14/10) pagi masuk urutan ke delapan sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
POLUSI di DKI Jakarta menimbulkan dampak kesehatan dan kerugian yang besar bagi masyarakat.
Transportasi merupakan sumber polusi lokal utama di Jakarta. Namun, industri dan pembangkit listrik juga berkontribusi terhadap buruknya kualitas udara mengakibatkan polusi di DKI Jakarta.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved