Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Selain Transportasi, Industri dan Pembangkit Listrik Sebabkan Polusi Udara di DKI Jakarta

mediaindonesia.com
12/10/2024 11:23
Selain Transportasi, Industri dan Pembangkit Listrik Sebabkan Polusi Udara di DKI Jakarta
Kota Jakarta.(Indriyani/MI)

 

STUDI yang dilakukan World Resources Institute (WRI) menunjukkan transportasi merupakan sumber polusi lokal yang penting di Jakarta. Namun, industri dan pembangkit listrik juga berkontribusi terhadap buruknya kualitas udara yang mengakibatkan polusi udara di DKI Jakarta. Jakarta disebut sebagai kota paling polusi di dunia oleh perusahaan teknologi Swiss, IQAir pada 2023.

Industri manufaktur, diikuti oleh sektor energi, merupakan penyumbang emisi PM2.5 terbesar kedua dan ketiga di wilayah provinsi Jakarta, menurut studi yang sama tahun 2020. Sektor-sektor ini juga merupakan penyumbang terbesar polutan sekunder seperti Sulfur Dioksida (SO2) dan Nitrogen Dioksida (NOx) yang bergabung dengan emisi lain untuk membentuk PM2.5 dan polusi O3 di permukaan tanah. Penggunaan bahan bakar fosil dalam pengiriman dan penerbangan, serta di sektor komersial dan perumahan, merupakan penyumbang tambahan untuk PM2.5 dan polutan lainnya.

Baca juga : Ini Ternyata Kontributor Terbesar yang Bikin Polusi Udara di Jakarta

Pembangkit listrik tenaga batu bara dan pabrik pengolahan yang membakar batu bara untuk membuat minyak kelapa sawit dan produk makanan merupakan sumber polusi udara lain yang berasal dari luar batas wilayah metropolitan. Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih membandingkan kadar PM2.5 yang dikumpulkan dari stasiun pemantauan Kedutaan Besar AS di Jakarta Pusat dengan perkiraan emisi pembangkit listrik tenaga batu bara dan menemukan bahwa tenaga batu bara menyumbang 5 hingga 31% dari total polusi PM2.5, dengan kontribusi rata-rata 9%. 

Studi lain yang dipimpin oleh Dr. Puji Lestari dari Institut Teknologi Bandung menunjukkan bahwa polusi dari pembangkit listrik tenaga batu bara menjadi perhatian khusus selama musim hujan ketika angin yang bertiup membawa polusi PM2.5 yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara ke arah Jakarta Timur.

Lonjakan polusi udara pada bulan Juni, Juli, dan Agustus merupakan ciri khas kehidupan di Jakarta, yang terjadi setiap tahun seiring dengan dimulainya musim kemarau, mengikuti pola musim hujan. Ini terjadi ketika kurangnya kelembapan di atmosfer dan kondisi meteorologi lainnya berpadu dengan emisi tinggi, sebagian besar berasal dari sektor transportasi dan industri, sehingga menghasilkan tingkat polusi yang sangat tinggi dan berbahaya.  (H-3)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Indriyani Astuti
Berita Lainnya