Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
NASIB rancangan peraturan daerah (raperda) Pengendalian Lalu Lintas Secara Elektronik (PL2SE) masih belum jelas.
Komisi B DPRD DKI Jakarta nampak keberatan untuk menerima rencana Pemprov DKI untuk menerapkan program pengendalian kemacetan lewat jalan berbayar elektronik atau 'electronic road pricing' (ERP) yang disampaikan melalui raperda tersebut.
Padahal, program itu digadang-gadang jadi andalan Pemprov DKI untuk mengatasi kemacetan. ERP bahkan pernah diujicoba pada 2016 silam.
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta, Ismail, mengungkapkan, pihaknya berkeberatan dengan ERP karena dikhawatirkan bakal membebani masyarakat. Sebab, untuk berlalu lintas, masyarakat harus membayar tarif retribusi jumlah tertentu.
"Ya sepertinya masih jauh ya dari pengesahan. Masih jauh," ungkap Ismail di Gedung DPRD DKI, Kamis (19/1).
Baca juga: Polisi Tangkap Pengoplos Elpiji Tabung 3 Kilogram di Jakpus
Di sisi lain, Ismail menegaskan masih banyak cara lain untuk mengurangi kemacetan seperti meningkatkan pelayanan angkutan umum.
Saat ini sedang dilakukan pengembangan angkutan massal secara masif melalui pembangunan rute MRT Jakarta. Pun layanan Transjakarta harus terus ditingkatkan.
"Masih banyak solusi lain untuk mengatasi kemacetan. Jadi bukan karena ini sudah ada raperdanya lalu buru-buru digodok dan disetujui. Tidak begitu," tuturnya.
Ismail menegaskan, apabila angkutan umum sudah baik, tanpa harus ditekan, masyarakat akan beralih ke angkutan umum. Untuk itu, ia mendorong agar Pemprov DKI bisa memprioritaskan perbaikan angkutan umum.
"Misalnya kalau ini berjalan, siap nggak angkutan umumnya? Kan belum. Transjakarta belum jelas headway-nya," tandasnya.
Politikus PKS itu menyebut upaya pengendalian kemacetan lewat ganjil genap bisa efektif asal diterapkan menyeluruh.
"Makanya itu nanti kami akan minta pemaparan Dishub soal evaluasi ganjil genap," imbuhnya. (Put/OL-09)
Namun, secara konsep pelaksanaan, Anies belum ingin mengungkapkan konsep jalan berbayar yang akan diterapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Pemprov DKI Jakarta tidak akan lagi mengunakan sistem ERP konvensional. Pasalnya, teknologi baru saat ini telah banyak, dengan pemanfaatan satelit, dan GPS.
Setelah ditargetkan tahun ini bisa dibangun, Pemprov DKI memundurkan ERP hingga ke 2021.
Kebijakan ERP diklaim mampu mengurangi tingkat kemacetan sebanyak 30%.
Ia mengatakan pihaknya Perda ERP tersebut diselesaikan pada 2020. Konsep jalan berbayar akan disebut dengan istilah 'congestion tax' atau pajak kemacetan.
Kemacetan di jalan menjadi salah satu tantangan bagi para pemudik. Kondisi ini kerap memicu stres. simak kiat berikut untuk mengatasinya
KEPOLISIAN Daerah (Polda) Jawa Barat (Jabar) memperkirakan bakal terjadi dua kali puncak arus mudik dan balik, saat perayaan hari raya Natal dan Tahun Baru 2024 di wilayah Jabar.
Jembatan yang berada di Desa Kutapohaci, Kecamatan Klari itu menghubungkan dua kecamatan, yakni Ciampel dan Klari.
Iyos Somantri mengapresiasi kolaborasi TNI bersama masyarakat atas keberhasilan pembangunan di Desa Tenjojaya melalui program TMMD ke-119 tersebut.
Wisatawan terpaksa melalui jalur alternatif karena jalan arteri Lembang kondisinya macet parah
Saat ini daya tampung lalu lintas dan akses di tempat wisata di wilayah Puncak sudah tidak bisa menampung banyaknya kendaraan pengunjung.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved