Ekonomi Jakarta Mulai Menggeliat

Putri Anisa Yuliani
05/11/2020 15:11
Ekonomi Jakarta Mulai Menggeliat
.(ANTARA/Rivan Awal Lingga)

DARI data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta, pada triwulan III 2020 perekonomian Jakarta masih berada di bawah normal dan terkontraksi minus 3,82% (yoy). Ini berarti selama dua triwulan berturut-turut perekonomian DKI Jakarta terkontraksi.

Namun demikian, Kepala BPS DKI Jakarta Buyung Airlangga mengatakan meski masih minus, perekonomian DKI di triwulan III lebih baik dibandingkan triwulan II mencapai minus 8,23%.

"Ini artinya ada suatu pergerakan. Ekonomi DKI mulai bergerak tetapi memang belum cukup mengeluarkan diri dari minus. Tapi kita harapkan ini adalah pertanda baik sehingga tidak lagi minus di triwulan berikutnya," kata Buyung dalam konferensi pers daring, Kamis (5/11).

Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi yang diberlakukan sejak Juni 2020 memungkinkan ekonomi Jakarta menggeliat sehingga memberikan peluang sektor-sektor produktif menciptakan nilai tambah dan mendorong percepatan kinerja ekonomi. Hampir seluruh lapangan usaha tumbuh positif, di antaranya akomodasi dan penyediaan makan minum, transportasi dan pergudangan, serta jasa sesehatan.

Buyung melanjutkan, tekanan perekonomian selama dua triwulan ini berimplikasi terhadap daya beli masyarakat. Permintaan domestik seperti konsumsi rumah tangga dan investasi masih rendah dan belum menunjukkan perbaikan.

Kedua agregat permintaan itu terkontraksi sehingga mempersulit upaya perbaikan ekonomi. Untuk menyeimbangkan tekanan ini, konsumsi pemerintah, terutama yang terkait dengan belanja untuk menangani covid-19, meningkat sangat signifikan.

"Kendati demikian, upaya tersebut belum bisa mengembalikan kekuatan domestic expenditures sebagai motor pertumbuhan. Upaya perbaikan telah memberikan hasil," kata Buyung.

Pada triwulan ini, geliat aktivitas masyarakat sudah lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan aktivitas tercermin dari peningkatan jumlah penumpang angkutan darat, laut, maupun udara, peningkatan volume kendaraan dan kenaikan aktivitas perkantoran, hotel, serta restoran.

Pada triwulan III-2020, komponen PKRT tumbuh 1,06%. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kenaikan pengeluaran untuk hotel dan rumah makan, rekreasi, dan hiburan, infokom, serta transportasi yang memiliki kontribusi besar dalam konsumsi masyarakat Jakarta.

Selain kenaikan permintaan rumah tangga, PKP, PMTB, dan ekspor juga mengalami kenaikan. Pada periode ini PKP tumbuh 23,63%, diikuti PMTB 9,36%, dan ekspor 3,79%.

Komponen PKP menunjukkan pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan dengan komponen lain. Kenaikan belanja barang dan belanja bantuan sosial untuk penanggulangan pandemi covid-19 menjadi faktor yang mendorong peningkatan PKP dibandingkan triwulan II 2020. Usaha dari sisi produksi, geliat perekonomian Jakarta terlihat pada peningkatan nilai tambah hampir di seluruh kegiatan ekonomi.

Kenaikan nilai tambah terbesar terjadi pada lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum yang terakselerasi sebesar 29,29%, diikuti transportasi dan pergudangan sebesar 25,29%, dan jasa kesehatan sebesar 23,52%. Industri pengolahan pada periode ini juga tumbuh cukup tinggi sebesar 16,84%. (OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya