Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
GUBERNUR DKI Jakarta Anies Baswedan dinilai gegabah mengklaim jumlah tes covid-19. Anies diminta lebih bijak memberi pernyataan agar masyarakat tetap waspada.
"Ungkapan apa yang dilakukan Pemprov sudah di jalan yang benar seperti yang dikatakan Anies sangat disesalkan," kata Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak lewat keterangan tertulis, Senin (7/9).
Gilbert menjelaskan pemeriksaan covid-19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR) sangat tinggi sensitivitas dan spesifisitasnya. Kelemahannya yakni sulit menemukan sampel swab yang baik dan waktu pemeriksaan yang terlalu dini atau terlambat.
"Karena dibutuhkan waktu beberapa hari oleh virus untuk berkembang biak di kerongkongan dan hidung," terang Gilbert.
Baca juga: Polri dan TNI Diminta Turun Langsung Tangani Covid-19 di Jakarta
Sampel tes PCR, kata Gilbert, berpotensi rusak karena terlambat diperiksa. Dampaknya, sebagian kasus covid-10 tidak ditemukan virusnya dalam swab test.
"Dinyatakan negatif padahal sakit covid-19 sehingga akurasi hasilnya sekitar 66 sampai 80%," ujar anggota Komisi B DPRD DKI itu.
Menurut Gilbert, pemeriksaan PCR di DKI tidak mungkin 100%. Dia bilang, jika dilakukan tes pada 10 juta penduduk Jakarta, satu dari tiga orang yang terinfeksi akan luput dari pemeriksaan.*
"Mereka bisa OTG (orang tanpa gejala) atau bergejala seperti batuk dan flu. Ini lebih berbahaya daripada yang sakit," tegas dia.*
Gilbert menyayangkan klaim Anies yang menyebut sudah melaksanakan tes PCR empat kali lipat di atas standar organisasi kesehatan dunia (WHO). Sebab, tes PCR bukan untuk mencegah melainkan mendeteksi.
"Pernyataan itu gegabah. Meski sudah melakukan 3T (testing, tracing, dan treatment) tidak akan memutus rantai karena penjelasan tadi," tutur Gilbert.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengakui penambahan kasus covid-19 sepekan terakhir mengkhawatirkan. Positivity rate atau angka kepositifan covid-19 di Jakarta sebesar 13%.
"Sekarang positivity rate kita di atas 10%. Ini angka yang sangat mengkhawatirkan. Tapi saya ingin menyampaikan kepada semua bahwa track (jalur) kita di Jakarta yang benar," ujar Anies, di Jakarta, Sabtu (5/9). (OL-1)
Vaksin penguat atau booster Covid-19 masih diperlukan karena virus dapat bertahan selama 50-100 tahun dalam tubuh hewan.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mencatatkan jumlah kasus covid-19 secara global mengalami peningkatan 52% dari periode 20 November hingga 17 Desember 2023.
PJ Bupati Majalengka Dedi Supandi meminta masyarakat untuk mewaspadai penyebaran Covid-19. Pengetatan protokol kesehatan (prokes) menjadi keharusan.
PEMERINTAH Palu, Sulawesi Tengah, mengimbau warga tetap waspada dan selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan menyusul dua kasus positif covid-19 ditemukan di kota itu.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan jenis virus covid-19 varian JN.1 sebagai VOI atau 'varian yang menarik'.
DINAS Kesehatan (Dinkes) Batam mengonfirmasi bahwa telah terdapat 9 kasus baru terpapar Covid-19 di kota tersebut,
PASCAPANDEMI, penggunaan masker saat ini mungkin sudah tidak menjadi kewajiban. Namun demikian, penggunaan masker nyatanya menjadi salah satu benda penting untuk melindungi diri.
Pengurus IDI, Iqbal Mochtar menilai bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin berbasis Messenger Ribonucleic Acid (mRNA) untuk covid-19 merupakan hal yang wajar.
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
PEMERINTAH Amerika Serikat membekukan dana sebesar 500 juta dolar AS yang dialokasikan untuk proyek vaksin mRNA produksi produsen bioteknologi CureVac dan mitranya, Ginkgo Bioworks.
Stratus (XFG), varian COVID-19 baru yang kini dominan di Indonesia, masuk daftar VOM WHO. Simak 5 hal penting menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved