Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

FSGI Minta DKI Tambah Sekolah Negeri Baru

Putri Anisa Yuliani
04/7/2020 12:27
FSGI Minta DKI Tambah Sekolah Negeri Baru
Siswa mendaftar seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMAN 1 Jakarta, Jakarta, Senin (24/6/2019).(ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

FEDERASI Serikat Guru Indonesia (FSGI) meminta agar Pemprov DKI bisa menambah jumlah rombongan kelas serta membangun sekolah negeri baru untuk menampung lebih banyak pelajar.

Menurutnya, langkah ini bisa menjadi solusi bagi polemik jalur zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) yang berlangsung tahun ini.

"Solusi jangka panjang bagi persoalan PPDB DKI adalah menambah jumlah kelas di satu sekolah atau membangun sekolah negeri yang baru khususnya SMA dan SMK adalah solusi terbaik. Dalam lima tahun terakhir DKI memang tidak membangun SMA negeri yang baru," kata Wakil Sekjen FSGI Satriawan Salim, Sabtu (4/7).

Sebabnya, FSGI menilai jalur zonasi bina RW yang dibuka hari ini bukan kebijakan solutif untuk menyelesaikan polemik jalur zonasi. Melalui jalur zonasi bina RW, Dinas Pendidikan DKI akan menampung kurang lebih 10ribu calon peserta didik baru (CPDB) di jenjang SMP dan SMA.

Baca juga:  PPDB Zonasi Bina RW Meruncing Masalah

Penambahan ini dilakukan melalui penambahan kursi per rombongan kelas dari 36 orang menjadi 40 orang per rombongan kelas.

"Penambahan kuota siswa per kelas empat orang ini harapannya bisa menjadi solusi jangka pendek bagi calon siswa yang tertolak gara-gara usia. Termasuk usulan untuk memperpanjang pendaftaran zonasi. Di awal FSGI mengusulkan dua hal itu," ungkapnya.

Tapi ketika basis pendaftarannya adalah zonasi berdasarkan RW bukan kelurahan, maka ini justru akan menjadi masalah baru. Sebab, tak semua RW memiliki sekolah negeri, khususnya SMP dan SMA. Kecuali taman bermain, memang banyak.

"Dinas Pendidikan DKI juga mesti mendata berapa jumlah calon siswa yang tertolak gara-gara faktor usia muda itu, padahal masih di satu zona kelurahan. Pemetaan dan pendataan ulang sangat penting, untuk dibandingkan dengan berapa jumlah ketersediaan rombel (rombongan belajar) setelah ditambah empat siswa perkelas itu, apakah akan meng-cover atau tidak," tegasnya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya