Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Anggota Komisi E: Jakarta Bisa Lanjut ke PSBB Transisi Fase 2

Putri Anisa Yuliani
30/6/2020 13:45
Anggota Komisi E: Jakarta Bisa Lanjut ke PSBB Transisi Fase 2
Penerapan protokol kesehatan di salon saat PSBB Transisi(MI/PIUS ERLANGGA)

Jakarta sudah memasuki akhir dari masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Transisi Fase 1. PSBB Transisi dimulai pada 5 Juni lalu.

Dari hasil observasinya, anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta bidang kesejahteraan rakyat, Merry Hotma menyebut Jakarta sudah bisa melanjutkan ke PSBB Transisi Fase 2. Menurutnya, Pemprov DKI Jakarta bisa melakukan pelonggaran kepada lebih banyak sektor yang selama PSBB Transisi Fase 1 ini masih ditutup.

"Saya melihat evaluasi dalam hampir tiga mingguan berjalannya PSBB Transisi ini secara pelaksanaan di lapangan. Ada sebuah semangat buat masyarakat, sebuah semangat baru untuk mereka memulai kegiatan mereka. Warga juga punya optimisme. Ini tidak 'game over'. Belum berakhir dan pemerintah memberikan ruang dan kebijakan untuk itu melalui PSBB Transisi," kata Merry, Selasa (30/6).

Hidup waspada berdampingan dengan covid-19 memang harus dijalani sebab virus adalah makhluk hidup yang akan selamanya ada.

Baca juga: Lusa, Anies Bakal Umumkan Hasil PSBB Transisi

"Soal covid-19, dia akan tetap ada. Virus akan ada bersama-sama kita terus, sementara dunia bisnis dan sosial berjalan terus. Kebutuhan warga sandang pangan, pengusaha tingkat atas sampai bawah juga harus berjalan," lanjutnya.

Menurut Merry, hanya 30% warga yang tidak waspada. "Sementara yang 70%, saya nilai sudah waspada dan sudah memahami bahaya covid-19 dan bagaimana mencegahnya," jelas politikus PDIP.

Hal ini dapat menggambarkan bahwa PSBB Transisi yang dijalankan sudah cukup baik mengedukasi masyarakat untuk mewaspadai covid-19 sambil terus menjalankan aktivitas ekonomi.

Kewaspadaan membuat masyarakat tidak buru-buru dalam melakukan aktivitas di ruang-ruang publik. Contohnya okupansi tempat wisata dan pusat perbelanjaan yang rendah dari perkiraan sejalan dengan penilaiannya tersebut.

"Masyarakat juga takut sakit kok. Mereka juga takut, sehingga mereka ketat dalam beraktivitas. Mereka juga memahami," tukas Merry. (OL-14)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bude
Berita Lainnya