Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
AKURASI data penerima bantuan sosial Covid-19 menjadi persoalan saat penyaluran bansos di DKI Jakarta. Permasalahan data ini membuat banyak bantuan yang tidak tepat sasaran.
Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahardiansyah menilai permasalahan tersebut harus segera diatasi. Hal ini agar tidak merembet ke daerah lain.
Baca juga: Kabar Baik! Pasien Sembuh dari Covid-19 di Indonesia Makin Banyak
Dalam hal ini, dia menyebut pemerintah daerah harus lebih proaktif. Pasalnya, pemerintah daerah memiliki perangkat seperti RT/RW untuk mendata warganya.
"Jadi yang kerja keras sekarang harus pemerintah daerah. Kalau pemerintah pusat itu posisinya pasif saja menerima data yang disampaikan pemerintah daerah," katanya kepada Media Indonesia, Sabtu (9/5).
"Pemerintah daerah yang tahu ini orang mana, mereka yang tahu daerahnya masing-masing," imbuhnya.
Trubus mengimbau agar jangan sampai terjadi distrust/ketidakpercayaan terhadap pemerintah karena persoalan data. Hal itu, katanya, rawan menimbulkan konflik sosial.
"Menurut saya sekarang (pemprov) DKI ini segera ke lapangan agar kemudian didata ulang semua yang belum dapat, tidak usah membeda-bedakan orang DKI atau mana," katanya.
"Ini bukan lagi masalah mana yang salah dan benar, yang penting segera diberikan bantuan terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan pemudik yang tidak bisa mudik," jelasnya.
Trubus mengatakan persoalan data ini disebabkan beberapa hal. Pertama adalah ego sektoral antara pemerintah pusat dan daerah.
"Data itu kan sudah disepakati dalam rapat pemerintah pusat dan daerah bahwa 1,1 juta jiwa tanggung jawab pemprov DKI dan 2,5 juta pemerintah pusat. Namun, dalam pelaksanaan tahap pertama, terjadi misalnya satu orang bisa menerima lebih dari satu bantuan. Itu disebabkan karena data yang disampaikan oleh pemprov data yang sama," ungkapnya.
Selanjutnya, dia mengungkapkan, terdapat juga masalah birokrasi dan transparansi. Selama ini di DKI, kata dia, tidak ada transparansi siapa saja yang telah mendapatkan bantuan.
Baca juga: Gerakan Kurva Landai Jadi Solusi Penurunan Kasus Covid-19
"Birokrasinya selama ini DKI Jakarta lebih mengutamakan mereka yang KTP Jakarta. Kemudian kebijakannya berubah termasuk yang non-DKI diberikan (bantuan). Jadilah bertambah banyak datanya," tutur Trubus.
Menurutnya, hal ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial. Ia khawatir hal ini akan menjadi bom waktu karena bertentangan dengan rencana pemerintah dalam memutus penyebaran virus Covid-19 karena muncul konflik sosial. (OL-6)
MENTERI Sosial Saifullah Yusuf menegaskan, telah banyak penerima Program Keluarga Harapan (PKH) yang telah naik kelas.
PPATK mengungkap ada 571.410 NIK penerima bantuan sosial terindikasi terlibat judol.
Temuan PPATK dari penelusuran data 2024, mengungkap bahwa nilai transaksi judol oleh penerima bansos, mencapai Rp957 miliar.
Pemerintahakan mencabut pemberian bantuan sosial (bansos) bagi para penerima manfaat yang terbukti menggunakannya untuk bermain judi online (judol).
IDAK ada kata lain selain miris setelah mendengar paparan PPATK terkait dengan temuan penyimpangan penyaluran bantuan sosial (bansos).
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli menanggapi kekhawatiran soal potensi penyalahgunaan Bantuan Subsidi Upah (BSU) termasuk untuk praktik judi online (judol),
Nimbus berada pada kategori VUM, artinya sedang diamati karena lonjakan kasus di beberapa wilayah, namun belum menunjukkan bukti membahayakan secara signifikan.
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved