Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

NasDem Minta Anies Jangan Terburu-buru Longgarkan PSBB

Putra Ananda
01/5/2020 11:23
NasDem Minta Anies Jangan Terburu-buru Longgarkan PSBB
Petugas Satpol PP menertibkan warung makan yang melanggar aturan PSBB di Cililitan, Jakarta.(ANTARA/Aditya Pradana Putra)

WABAH covid-19 di Jakarta yang mulai landai memberikan semangat bahwa pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) secara tertib akan membuahkan hasil. Bahkan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan optimistis dua pekan ke depan Jakarta bisa keluar dari PSBB.

Ketua DPW NasDem DKI Jakarta yang juga Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Hasan Aminuddin pun memberikan apresiasi kepada Gubernur Anies dan pemerintah pusat atas segala usaha, kecepatan, dan tanggap darurat menyekat Ibu Kota Jakarta agar penyebaran virus korona tidak meluas.

Konsistensi Anies kemudian berbuah, dalam tempo dua pekan mulai menampakkan hasil, meski PSBB diperpanjang dua pekan lagi.

Baca juga: NasDem Tolak Sekolah Jadi Tempat Isolasi karena Bikin Warga Resah

"Meski demikian, kita minta agar Gubernur Anies tidak buru-buru membuka total PSBB Jakarta dalam dua pekan ke depan. Perlu bertahap. Karena meski covid-19 di DKI Jakarta mulai berkurang, zona merah di luar Jakarta masih ada. Jangan sampai lalu lalang manusia masuk Jakarta menjadi pemicu lagi bagi DKI. Selain itu, masih banyak analisa ilmiah yang perlu diperhatikan," kata Hasan.

Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Nasional Doni Monardo sebelumnya memuji upaya DKI Jakarta sehingga penambahan harian PDP, ODP, dan kasus positif Covid-19 di Ibu Kota berangsur landai.

Data menunjukkan kasus positif covid-19 di Jakarta sudah tampak turun sejak 21 April 2020 sebanyak 167 kasus, menjadi 120 kasus di hari berikutnya, kemudian berturut-turut turun menjadi 107 kasus, 99 kasus, 76 kasus, 65 kasus, kemudian naik 86 kasus pada Senin (27/4), 118 kasus pada Selasa (28/4), dan kembali turun menjadi 83 kasus pada Rabu (29/4).

Selain kepada Gubernur Anies, kata legislator NasDem itu, apresiasi juga patut diberikan khusus kepada masyarakat DKI Jakarta maupun warga daerah penyangga yakni Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) yang memberikan dukungan penuh.

Warga dengan segala keterbatasan, memberikan kontribusi dengan mematuhi aturan PSBB di Jakarta dan juga di daerah sekitar, sehingga bisa mulai mengurangi kasus Covid 19 di DKI Jakarta.

"Kasus PSBB di DKI Jakarta menunjukkan kalau ada kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, InsyaAllah segala masalah bisa teratasi," katanya.

Hasan berharap kasus covid-19 di daerah lain pun bisa segera mereda sehingga ekonomi Indonesia segera pulih dan masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti biasa.

Menurut Hasan, optimisme ini sangat penting bagi sektor hulu, termasuk sektor pertanian, untuk mempersiapkan pemenuhan kebutuhan produksi dan turunanya.

“Penting untuk membangun optimisme, tentu informasinya tidak boleh dari satu sumber. Harus benar-benar valid agar persiapan recovery ekonomi masyarakat tetap sesuai dengan tingkat perbaikan kondisi pasarnya. Dan, kita terus lihat perkembangan data setiap harinya,” kata Hasan.

Dia mengingatkan optimisme itu juga ditunjukkan dengan sejumlah publikasi ilmiah yang mengatakan redanya pandemi dalam waktu dekat.

Pertama, publikasi dari Universitas Teknologi dan Desain Singapura (SUTD) memprediksi penyebaran virus covid-19 di Indonesia akan berakhir 6 Juni 2020, dengan 97% kasus sudah selesai.

Kedua, tim Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) yang membuat model skenario, menunjukkan jika kebijakan rapid test dilakukan dan dengan kedisiplinan masyarakat menjaga jarak sosial dan tidak melakukan mudik pada saat Lebaran, waktu terburuk pandemi akan berakhir pada 1 Juli.

Hasan juga menyebutkan Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19, pernah mengeluarkan analisa prediksi puncak pandemi pada medio Mei 2020.

“Ada koherensi dari prediksi ilmiah yang sudah bertebaran pada akhir Maret lalu sebetulnya. Namun, tentu saja realisasi dalam dunia nyata sangat ditentukan banyak faktor. Faktor utama adalah ketertiban masyarakat untuk mematuhi PSBB dan tidak mudik. Berikutnya, keterbatasan sosial dan ekonomi masyarakat dipenuhi oleh pemerintah. Faktor yang terakhir, gegap gempita solidaritas dan gotong royong masyarakat membantu sesama saudaranya yang lain, juga merupakan faktor penentu,” tegasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya