Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Fraksi NasDem Soroti Pos Pembelian Lahan di Anggaran 2020

Putri Anisa Yuliani
22/9/2019 14:13
Fraksi NasDem Soroti Pos Pembelian Lahan di Anggaran 2020
Anggota Fraksi Partai NasDem Nova Harivan Paloh(MI/Panca Syurkani)

FRAKSI Partai NasDem di DPRD DKI Jakarta menyoroti besarnya rencana anggaran pembelian tanah yang diketahui mencapai Rp7 triliun. Anggaran itu direncanakan di antaranya Rp1 triliun untuk membeli tanah untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Rp7 triliun untuk pengadaan hutan kota.

Pos anggaran tersebut sudah diajukan ke DPRD DKI Jakarta dalam bentuk Kebijakan Umum APBD dan Prioritas Plafon APBD Sementara (KUAPPAS) 2020.

Anggota Fraksi Partai NasDem Nova Harivan Paloh mengatakan mendukung kebijakan Pemprov DKI untuk menambah jumlah RTH dalam bentuk taman maupun hutan kota. Namun, dalam proses belanjanya Pemprov tetap harus berhati-hati dan memastikan seluruh anggaran terserap efektif.

"Yang harus disoroti apakah mengeposkan anggaran sebesar itu yakin bisa terserap. Jadi nanti pada rapat pembahasan di komisi, saya ingin menyoroti itu," kata Nova saat dihubungi Media Indonesia, Minggu (22/9).

Nova yang akan fokus di Komisi D bidang pembangunan, lingkungan hidup dan inftstruktur menekankan dalam pengadaan tanah, Pemprov DKI harus menekankan pada efektivitas anggaran tersebut.

Sebab, bukan persoalan mudah melakukan pembelian tanah di Jakarta yang sudah sedemikian sempit. Pemprov DKI harus sudah memiliki daftar kandidat lahan yang bisa dibeli dan segera melakukan pendekatan pada pemilik lahan setelah anggaran dikunci.

"Jadi jangan hanya memikirkan ini anggaran besar saja tetapi bagaimana nanti juga melakukan pembeliannya. Jangan-jangan nanti hanya terserap setengahnya lalu melempar alasan sulit," tukasnya.

Nova pun menyebut akan fokus menelisik rencana anggaran untuk tahun 2020 setelah nantinya alat kelengkapan dewan telah resmi dibentuk dan resmi bekerja di Komisi D.

Terlebih lagi pos-pos anggaran yang berkaitan dengan Komisi D mendapat porsi yang paling besar kedua yakni hingga Rp17,7 triliun setelah Komisi E Rp18,7 triliun.

"Anggaran di Komisi D ini sangat besar. Nant kita akan kritisi juga yang lainnya jika memang dirasa tidak terlalu efektif. Karena jangan sampai anggaran di pos yang satu terlalu besar tapi tidak terserap. Seharusnya bisa dialihkan untuk menambah pos lain yang lebih prioritas," pungkasnya.(OL-09)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Deri Dahuri
Berita Lainnya