Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
ANEMIA masih menjadi masalah kesehatan yang umum dialami perempuan di Indonesia. Seperti sel-sel darah merah yang bekerja tanpa henti mengangkut oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh, perempuan juga menjalankan peran penting yang tak terhitung banyaknya setiap hari.
Sebagai seorang dengan berbagai keistimewaan, seperti menjalani kehamilan, menstruasi, dan menyusui, perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan pria.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia 2023, prevalensi anemia pada perempuan mencapai 18%. Angka ini meningkat signifikan pada Ibu hamil di rentang usia 25-44 tahun, dengan prevalensi mencapai 30%-40%.
Kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada kesehatan Ibu, juga memengaruhi perkembangan janin. Risiko komplikasi, seperti stunting atau gangguan tumbuh kembang bayi, menjadi lebih tinggi pada Ibu hamil yang mengalami anemia.
Selain itu, anemia juga banyak ditemukan pada kelompok usia produktif, yaitu rentang usia 15–64 tahun. Hal ini menyoroti pentingnya upaya pencegahan dan penanganan anemia yang lebih menyeluruh terutama pada kaum perempuan.
“Anemia adalah kondisi ketika kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari normal. Pada wanita yang tidak hamil, anemia ditandai dengan kadar hemoglobin di bawah 12 gram/dL. Gejalanya meliputi pucat, lesu, pusing, sulit berkonsentrasi,” ujar Medical Manager Kalbe Consumer Health, dr. Helmin Agustina Silalahi, di Jakarta Selatan, Senin (23/12).
Dokter Helmin mengungkapkan salah satu nutrisi yang sangat penting dibutuhkan perempuan adalah zat besi.
Zat besi merupakan komponen utama dalam pembentukan hemoglobin, yang berfungsi mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia defisiensi besi, yang sering dialami perempuan akibat menstruasi, kehamilan, dan persalinan.
Dengan mengonsumsi zat besi secara rutin, baik dalam bentuk makanan maupun suplemen, kebutuhan cairan dalam tubuh akan terpenuhi kembali, termasuk meningkatkan kadar hemoglobin dalam darah. Hal ini akan membantu memperbaiki transportasi oksigen ke seluruh tubuh.
Kemudian, selain mengonsumsi zat besi kebutuhan nutrisi tambahan seperti asam folat, vitamin B12, dan vitamin C juga penting untuk mendukung produksi sel darah merah yang sehat.
“Gejala anemia terjadi akibat penurunan produksi sel-sel darah merah seperti kekurangan zat gizi (zat besi, asam folat, dan vitamin B12) dan gangguan pada sumsum tulang sehingga asupan vitamin harus selalu diperhatikan,” paparnya.
Dokter Helmin mengatakan kekurangan zat besi akan turut berpengaruh pada aktivitas sehari-hari. “Jika seseorang kekurangan zat besi maka aktivitas sehari-harinya dapat terganggu. Oleh karena itu, kebutuhan zat besi sanagt penting dan perlu diperhatikan. Tentunya dengan menambahkan vitamin lain sebagai penunjang, seperti asam folat yang baik untuk wanita, vitamin C, vitamin B, dan mineral yang membantu memenuhi kebutuhan pada kondisi anemia,” tambahnya.
Selebgram Dwi Handayani Syah Putri, atau yang dikenal sebagai Dwihanda, berbagi pengalamannya menghadapi anemia. “Saya salah satu orang yang tidak kuat jika terlalu lama berdiri, kadang sesekali pingsan di malam hari dan setelah berkonsultasi dengan dokter, ternyata saya mengalami anemia. Sejak itu, saya rutin mengonsumsi zat besi, asam folat, dan vitamin B kompleks untuk menjaga kesehatan,” ujarnya.
Menurut Dwi, konsumsi zat besi tidak hanya membantunya mengatasi gejala anemia seperti pucat dan mudah lesu, tetapi juga meningkatkan kualitas hidupnya.
“Menjelang menstruasi dan setelahnya, sekarang saya rutin mengonsumsi suplemen untuk mencegah anemia. Dampaknya luar biasa saya jadi lebih bertenaga dan aktivitas saya sebagai ibu rumah tangga sekaligus content creator tetap terjaga,” jelasnya.
Dokter Helmin menyarankan konsumsi makanan kaya zat besi seperti daging merah, hati, dan sayuran hijau. Selain itu, asupan vitamin C membantu penyerapan zat besi secara optimal. Bagi orang yang merasa sulit memenuhi kebutuhan zat besi melalui makanan, suplemen dapat menjadi solusi untuk cegah anemia.
“Yang penting, suplemen zat besi harus dikonsumsi secara rutin, terutama pada minggu sebelum dan sesudah menstruasi. Konsultasikan kebutuhan suplemen dengan dokter untuk hasil yang lebih optimal,” tutup dr Helmin.
Anemia juga dapat dicegah jika seseorang tersebut peduli terhadap kesehatan dirinya sendiri. Salah satu caranya dengan memulai menerapkan pola hidup sehat khususnya bagi para perempuan. (Z-3)
2 dari 3 anak di Indonesia mengalami kekurangan zat besi sehingga dapat menghambat tumbuh kembang dan kecerdasan kognitifnya.
Jadi, siapa yang membutuhkan lebih banyak zat besi dan kapan waktu terbaik untuk mengonsumsi suplemen zat besi? Berikut manfaat, risiko, dan cara mengonsumsi pil zat besi dengan benar.
Beberapa faktor menjadi pemicu kondisi kekurangan zat besi, seperti kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi dan penyerapan zat besi yang buruk.
Cegah anemia saat puasa dengan pola makan sehat! Konsumsi makanan tinggi zat besi, vitamin C, dan hindari aktivitas berat agar tubuh tetap bugar selama Ramadan.
Anemia akibat kekurangan zat besi dapat menyebabkan tubuh mudah lelah, lemas, dan sulit berkonsentrasi.
Jika kadar zat besi terlalu rendah, hal ini dapat menyebabkan anemia defisiensi besi dengan gejala bervariasi. Berikut 16 tanda bahwa Anda mungkin mengalami kekurangan zat besi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved