Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PENELITI dari Sekolah Ilmu Kesehatan dan Lingkungan Kependudukan di Inggris seperti dilansir dari King's College mengungkapkan polusi udara memicu paru-paru menua lebih dini. Hasil penelitian menyebutkan pada warga Inggris, paru-parunya menua empat tahun lebih cepat secara rata-rata selama masa hidupnya akibat polusi. Tim peneliti mempelajari data Biobank Inggris pada lebih dari 300.000 orang berusia 40-69 dan menguji fungsi paru-paru mereka.
Dalam penelitian disebutkan dua pertiga populasi di Inggris tiggal di daerah yang mengandung 10 mikrogram partikulat kecil per meter kubik sehingga mereka terpapar polusi dalam jangka waktu lama. Jika manusia terpapar udara yang mengandung lima mikrogram polusi partikulat kecil per meter kubik dalam jangka panjang maka paru-paru mereka mengalami penuaan dini hingga dua tahun.
Polusi partikel ialah campuran dari tetesan padat dan cair di udara dan dapat datang dalam bentuk kotoran, debu, jelaga, atau asap, berasal dari tambang batu bara dan gas alam, mobil, pertanian, jalan yang tidak beraspal, dan lokasi konstruksi.
Baca juga : Polusi Udara Picu Asma, Puskesmas Jadi Garda Terdepan Pelayanan Terpadu
Di Indonesia, polusi udara disebabkan polusi kendaraan bermotor, kabut asap karhutla, dan emisi pabrik. Kebakaran di sejumlah daerah bahkan menimbulkan kabut asap yang cukup parah.
Ketua Departemen Paru Fakultas Kedokteran UI RSUP Persahabatan DR dr Agus Dwi Susanto SpP(K), FAPSR, FISR menyatakan polusi udara memiliki dampak jangka pendek atau akut dan jangka panjang atau kronik pada kesehatan. "Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) merupakan kasus penyakit yang paling sering muncul apabila kadar polutan di udara sudah sangat buruk," jelas Agus.
Selain ISPA, bisa juga laringitis, faringitis, dan iritasi mata. Efek jangka panjang atau kronis baru diarasakan bisa sudah terpapar polutan dalam waktu lama.
Baca juga : Kemenkes Terbitkan Surat Edaran Penanggulangan Dampak Polusi pada Kesehatan
Kasus yang paling banyak disebabkan pajanan polusi udara secara terus-menerus ialah penurunan fungsi paru. Jika berlanjut, keluhan akan memburuk dan meningkatkan risiko asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan bahkan memperbesar risiko terjadinya kanker, seperti kanker paru.
Agus menyatakan, anak-anak dan ibu hamil paling rentan terkena penyakit karena polusi. "Pada anak, bisa meningkatkan risiko ISPA. Karena kalau terjadi iritasi, tenggorokan mengalami peradangan, infeksi," jelas Agus.
Ia mencontohkan, kasus ISPA dalam jumlah besar menimpa anak-anak saat terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Ibu hamil, menurut Agus, juga rentan terpapar. Polutan yang masuk ke tubuh ibu hamil bisa memengaruhi kesehatan janin.
Orang-orang yang bekerja di luar ruangan, lanjut Agus, juga cenderung mengalami penuruan fungsi paru. "Pada polisi lalu lintas, penya-pu jalan, petugas jalan tol, penjual koran, terlihat penurunan fungsi paru yang signifikan," ujarnya. (H-2)
Survei Kesehatan 2023 menunjukkan proporsi kekambuhan asma dalam 12 bulan terakhir menurut kelompok usia tetap tinggi, dengan anak di bawah 1 tahun memiliki tingkat kekambuhan 53,5%.
Mencegah polutan di rumah bisa dimulai dengan mengidentifikasi sumbernya dari mana sehingga bisa dihilangkan.
RSV ialah infeksi yang utamanya menyerang sistem pernafasan terutama pada populasi rentan seperti bayi, anak kecil, dan orang dewasa lanjut usia.
DINAS Kesehatan DKI Jakarta menilai belum ada kedaruratan dari segi jumlah penyakit yang diakibatkan polusi udara di Ibu Kota. Plt Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati
Situs spesialis yang berbasis di Seoul, NK News melaporkan penduduk Pyongyang telah diperintahkan untuk tinggal di rumah mereka dari Rabu hingga Minggu.
Penyakit anemia lebih rentan terjadi pada kaum perempuan, terutama anak-anak, remaja putri, dan perempuan hamil
Menurut dokter spesialis gizi, konsep Isi Piringku yang dikampanyekan Kementerian Kesehatan juga dapat diterapkan sebagai salah satu cara mencegah masalah anemia.
Untuk іtu, bаgі ibu hаmіl, mеnjаgа kondisi kеѕеhаtаn ѕаngаt реntіng dіlаkukаn. Sаlаh ѕаtunуа dengan tіdаk ѕеmbаrаngаn mеmіlіh jеnіѕ mаkаnаn.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi dari Rumah Sakit Pusat Infeksi Sulianti Saroso Agustina Nurmala menekankan pentingnya para ibu hamil memahami tanda-tanda bahaya persalinan.
Meskipun sering kali dianggap penting hanya pada masa anak-anak, imunisasi sepanjang hidup adalah praktek yang sangat penting untuk menjaga kesehatan kita.
Edukasi yang dibarengi contoh nyata diperlukan untuk menambah pengetahuan ibu hamil dalam mempersiapkan bayinya agar tidak stunting.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved