Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
DOKTER spesialis neurologi lulusan Universitas Sumatera Utara Dwi Pujiastuti menegaskan bahwa dukungan dan pemahaman dari rekan kerja sangatlah penting bagi kesehatan penderita migrain. Menurut Puji, lingkungan kerja yang tidak mengalami migrain mungkin sulit untuk sepenuhnya memahami kondisi tersebut.
Namun, mereka bisa memberikan dukungan dengan cara seperti memberikan tugas yang tidak terlalu menumpuk, fleksibilitas dalam jam kerja, dan memberikan pemahaman saat terjadi serangan. Dukungan semacam ini sangatlah membantu bagi individu yang berjuang melawan migrain.
Puji juga menekankan bahwa migrain bukanlah hal yang sepele, karena merupakan kelainan pada sistem saraf dan otak yang dapat menyebabkan serangan nyeri kepala yang parah.
Baca juga : Perempuan Lebih Berisiko Terserang Migrain, Apa Penyebabnya?
"Kalau lingkungan kerja nggak menderita migrain mungkin sulit empati merasakan hal yang sama tapi bisa diberi pengertian pada saat serangan jadi saling support misalnya beri tugas tidak langsung menumpuk, jam kerja lebih fleksibel, kalau ada serangan bisa bawa kerjaan ke rumah, jadi pengertian itu akan sangat membantu pejuang migrain," kata Puji dalam webinar Bulan Kesadaran Migrain dan Nyeri Kepala yang dikutip dari Antara, Rabu (19/6)
Dia juga menyarankan agar kantor memperoleh edukasi tentang migrain agar dapat lebih memahami kondisi tersebut dan dapat memberikan dukungan yang sesuai kepada individu yang mengalaminya.
Puji menjelaskan bahwa serangan migrain dapat sangat merugikan bagi individu di lingkungan kerja, karena dapat menyebabkan penurunan fungsi mental dan fisik yang signifikan.
Baca juga : Disebut Disabilitas Tak Terlihat, Dokter Minta Jangan Anggap Enteng Migrain
Gejalanya juga tidak ringan, seperti sensitivitas terhadap cahaya, gangguan penglihatan, mual, dan muntah. Selain itu, risiko disabilitas pada saat serangan juga perlu diperhatikan.
Bagi individu yang mengalami migrain, Puji menyarankan untuk selalu menyediakan obat darurat yang dapat meredakan nyeri kepala dan untuk berkonsultasi dengan dokter terkait penggunaan obat tersebut.
Dia juga menyarankan untuk mengidentifikasi pencetus migrain seperti stres, pola makan yang tidak teratur, dan dehidrasi, serta untuk mengambil langkah-langkah seperti istirahat dan menghindari paparan cahaya yang terlalu banyak saat terjadi serangan. (Z-10)
Generasi Beta: Pahlawan atau korban revolusi teknologi? Mari kita bahas.
Dalam dekade terakhir, masyarakat Indonesia mulai akrab dengan dunia digital. Mulai dari kakek-nenek hingga cucu telah melek teknologi informasi.
Di era digital yang terus berkembang, transformasi digital bukan hanya sekadar tren. Itu telah menjadi kebutuhan mendesak dalam berbagai bidang, termasuk di bidang kesehatan.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (Simpus) adalah sebuah sistem digital yang dirancang khusus untuk membantu Puskesmas dalam mengelola berbagai informasi kesehatan.
Kalian harus perbanyak minum air putih. Air putih bermanfaat baik untuk kesehatan kulit. Dengan asupan cairan tubuh yang baik maka badan dan kulit menjadi terwat.
Putri Catherine dari Wales mengumumkan sedang menjalani kemoterapi pencegahan untuk mengobati kanker. Tapi apa itu kemoterapi pencegahan?
Mengeblok saraf penghantar sinyal nyeri menjadi alternatif cara untuk mengatasi nyeri secara jangka panjang, bahkan permanen.
Memijat bagian tersebut bisa melemaskan otot perut yang sedang tegang karena rasa nyeri. Jika otot sudah lemas maka nyeri saat menstruasi pun akan mereda.
Lupus merupakan penyakit inflamasi kronis yang disebabkan oleh sistem imun tubuh yang bekerja menyerang jaringan dan organ tubuh sendiri bukannya melindungi.
Anak perempuan memiliki risiko lebih tinggi terkena lupus dibandingkan anak laki-laki.
Penyebab terjadinya nyeri tulang punggung karena tulang belakang seperti otot kaku, bantalan tulang belakang rusak, peradangan sendi, atau pengeroposan.
Faktor risiko kanker pankreas adalah usia, obesitas, tinggi lemak, diabetes melitus, merokok, alkohol, radang pankreas, dan faktor genetik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved