Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Masalah kesehatan mental dan obesitas berpengaruh terhadap kerja pelayanan.
ANAK berkebutuhan khusus (ABK) atau difabel hingga saat ini masih belum mendapatkan hak yang layak dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Seringkali mereka harus berhadapan dengan fasilitas di ruang publik yang tidak didesain untuk bisa mengakomodasi mereka.
Hal tersebut kemudian membuat ruang gerak pun jadi terbatas. Padahal, ABK juga butuh bergaul dan punya ruang yang tidak terbatas. Agar potensi mereka pun bisa tumbuh. Orangtua dan para pendamping pun baiknya mendampingi dan mendorong mereka dalam bereksplorasi dan mengekspresikan diri.
Berikut adalah kiat untuk orangtua dan pendamping dalam memberikan pendampingan bagi Anak Berkebutuhan Khusus yang disampaikan oleh Founder & Humas Forkesi (Forum Keluarga Spesial Indonesia), Nisa Rahmat. Forkesi dibentuk untuk mewadahi suara para orangtua anak berkebutuhan khusus di Indonesia.
Baca juga : Perpisahan Sekolah, Ini Tips Bagi Orangtua Atasi Kesedihan Anak
“Forkesi berdiri karena kebutuhan orangtua yang merasa sendirian dan tidak ada wadah untuk curhat. Dengan adanya forum ini, kami memberikan penguatan ke mereka. Di Forkesi itu kan ABK-nya mulai dari usia anak-anak hingga remaja dan dewasa. Mereka juga punya masalah sendiri-sendiri. Nah ini yang kami bagikan ke orangtua bagaimana mendampingi mereka,” kata Nisa Rahmat kepada Media Indonesia saat dijumpai di sela acara Summer Holiday! di mal Senayan Park, Jakarta, Sabtu, (15/6/2024).
Jangan Malu.
Untuk menjadi pendamping ABK, orangtua juga harus membuat diri mereka sehat secara mental. Sehingga dengan begitu para pendamping juga tidak akan memberikan batasan-batasan tertentu atau merasa tertekan dengan lingkungan sekitar.
Baca juga : Seruan Masa Kanak-Kanak Bebas Ponsel Pintar di Inggris
Jangan Biarkan Anak di dalam Rumah
Menurut Nisa, para pendamping seperti orangtua perlu membawa ABK ke luar rumah, seperti halnya anak-anak lain. ABK tidak boleh dibatasi ruang geraknya, hanya memang perlu pendampingan dan pengawasan.
“mereka justru lebih bebas kalau tidak dibatasi. Mereka akan bisa mengekspresikan talenta-talenta mereka sendiri, para orangtua dan pendamping ABK tinggal arahin aja,” kata Nisa.
Baca juga : Tangani Individu Dewasa Autistik, LSPR Gelar Forum Diskusi
Berikan Kesempatan
Para pendamping juga sebaiknya memberikan kesempatan bagi ABK. Biarkan mereka mengeksplorasi yang menjadi hobi dan minat mereka. Dengan memberikan kesempatan mereka menunjukkan talenta, diharapkan penerimaan di masyarakat juga menjadi lebih terbuka.
Menurut Nisa, salah satu tantangan yang dihadapi oleh teman-teman difabel saat ini adalah penerimaan. Terlebih bagi mereka yang telah memasuki usia dewasa dan siap bekerja. Nisa melihat saat ini belum banyak institusi swasta yang mau memberikan kesempatan bagi teman-teman difabel untuk bekerja.
“Masalahnya yang sekarang ini mereka yang sudah di fase remaja–dewasa, mereka butuh berteman bersosialisasi, dan bekerja. Itu yang kami dukung, menggali potensi mereka. Kalau yang bisa kerja, kami carikan tempat yang bisa mengakomodasi. Meski sesederhana apapun pekerjaan itu, tapi jika diterima mereka merasa dihargai. Saat ini di Indonesia masih kurang ruang untuk menerima mereka bekerja. Sebab itu di Forkesi kami selalu edukasi baik ke pemerintah maupun swasta,” kata Nisa. (H-2)
UJIAN Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM PTKIN) 2025 kembali digelar serentak di seluruh Indonesia dengan sistem daring melalui Sistem Seleksi Elektronik (SSE).
"Mau bikin ram justru bertolak belakang dengan kearifan masyarakat adat, padahal itu kebutuhan bagi penyandang disabilitas,"
Hafsah tak sendiri, melainkan bersama 9 difabel lainnya turut meningkatkan kapasitas melalui pelatihan ini.
Yayasan Indonesia Setara (YIS) berkolaborasi dengan Kitaoneus.asia dan Refo menghadirkan pelatihan pemasaran digital bertajuk Saatnya Difabel Setara.
Difabel didampingi pengawas dan juru bahasa isyarat di laboratorium komputer gedung B, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik.
Alfa tertarik mengikuti pelatihan selain meraih kesetaraan, juga ingin berkompeten sehingga bisa bekerja di sektor lain yang lebih cemerlang.
Peringatan Hari Anak Nasional merupakan bentuk nyata dari penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki peran strategis.
Pengawasan orangtua kepada anak saat mengakses gadget dibutuhkan agar anak bisa memahami batasan akses ke jenis-jenis konten yang sesuai untuk usia mereka.
Stimulasi sensorik sendiri melibatkan penggunaan panca indra anak mulai dari penglihatan hingga sentuhan sehingga anak bisa memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Anak yang terpapar lagu-lagu dari lingkungannya perlu bimbingan orangtua untuk mengarahkan referensi musik yang lebih sesuai kepada anak dan menikmatinya bersama.
Kesulitan meregulasi emosi dan impulsivitas bisa menjadi salah satu faktor seorang anak dalam kenakalan yang akhirnya berujung pada tindak kriminal.
Tinggi badan anak dari keluarga perokok lebih pendek 0,34 cm dibanding anak dari keluarga tidak merokok.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved