Headline
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Revisi data angka kemiskinan nasional menunggu persetujuan Presiden.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SAAT anak mengalami kejang-kejang, sebaiknya orangtua tidak terburu-buru menyimpulkan bahwa anak terkena epilepsi. Dokter spesialis anak Irawan Mangunatmadja mengatakan ada perbedaan antara kejang yang menandakan epilepsi dan kejang bukan epilepsi.
Epilepsi merupakan gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas listrik yang berlebihan di otak. Epilepsi lebih dikenal masyarakat dengan sebutan penyakit ayan. Epilepsi pada anak bisa karena kerusakan otak akibat sang ibu yang terinfeksi, kekurangan oksigen atau mengalami gizi buruk.
Kata Irawan, kejang yang disebabkan epilepsi ditandai dengan gerakan seluruh tubuh, gerakan bola mata dan wajah ke satu sisi. Selain itu, ia juga mengatakan kejang pada epilepsi terjadi berulang.
Baca juga : Ini yang Harus Dilakukan Jika Anak Mengalami Obesitas
“Kita bisa membedakan gerakan kejang-kejang, yaitu dari gerak bola matanya. Kalau ada gerakan seluruh tubuh dan gerakan bola mata ke satu sisi, mungkin saja itu terkena epilepsi,� kata Dokter Spesialis Anak, Irawan Mangunatmadja, dalam Instagram Live RSCM Kencana, Jumat (25/3).
Ia menjelaskan, kejang epilepsi terjadi berulang selama beberapa detik sampai menit. Kejang yang dialami anak juga harus dipastikan dengan ciri-ciri yang sama. Jika kejang berlangsung lama, lebih dari hitungan menit bisa dipastikan bukan epilepsi.
Irawan menuturkan ada ciri yang khas dari anak yang terkena epilepsi. Orangtua bisa memperhatikan saat anak sedang bermain. Apabila anak yang sedang asyik bermain lalu tiba-tiba termenung, berhenti sejenak kurang lebih selama 20 detik dengan bola mata yang disebutkan tadi, dan itu terjadi berulang, Irawan menyarankan untuk segera konsultasikan ke dokter untuk memastikan apakah anak terkena epilepsi.
Baca juga : Mengenal Penyakit Parkinson: Harapan dan Tatalaksana di Masa Depan
Anak dengan gangguan perkembangan otak akan lebih rentan. Harapan kesembuhannya hanya 20% jika dibandingkan dengan anak yang terkena epilepsi tanpa gangguan perkembangan otak.
"Jadi, kalau perkembangan anak itu normal, harusnya dia bisa tumbuh sempurna. Sekitar 70-80% dia bisa tumbuh sempurna dan sembuh. Namun, kalau dia ada gangguan, ya itu yang 20% itu. Anak harus memerlukan pengobatan yang jangka waktunya lebih panjang dan menggunakan beberapa jenis obat," jelas Irawan.
Ia juga menjelaskan, mitos terkait penanganan epilepsi seperti memasukkan kopi ke mulut anak, masukkan sendok, mengguncang tubuh anak, tidak ada rujukan dari medis. (H-2)
Kesiapan tenaga kesehatan perlu dilakukan lebih dulu sebelum implementasi teknologi kesehatan.
Durian ternyata mengandung nutrisi penting untuk ibu hamil seperti zat besi, folat, dan vitamin C yang baik untuk perkembangan janin.
Studi ini mengukur gejala seperti heartburn, nyeri dada, naiknya asam lambung, dan mual menggunakan kuesioner penilaian mandiri (GERD-Q, skor 0–18).
Kegiatan ini merupakan bagian dari komitmen Paboi dan YOI untuk memperluas akses edukasi kesehatan ortopedi serta memperkuat pelayanan medis bagi masyarakat di wilayah Indonesia Timur.
Secretome adalah sekumpulan zat bioaktif yang dilepaskan oleh stem cell, isinya ada protein, exosome, sampai RNA. Zat ini bisa bantu regenerasi jaringan.
Selain bertugas di pelayanan medis, tim EMT ke-2 BSMI juga melakukan pendampingan pendidikan bagi dokter residen dan koas di RS Al Nasser Gaza.
Pertanian tetap menjadi sektor terbesar untuk pekerja anak, menyumbang 61% dari semua kasus, diikuti oleh jasa (27%), seperti pekerjaan rumah tangga.
Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia Gita Kamath mengatakan bidan merupakan inti dari sistem perawatan kesehatan primer, terutama bagi perempuan dan anak perempuan.
Orangtua perlu memberikan contoh kepada anak dan menjelaskan pentingnya mengonsumsi makanan yang bergizi.
Pengakuan itu MK sampaikan kepada petugas Satpol PP, yakni Eko Iswahyudi dan Muhidin
Satpol PP telah mengevakuasi seorang anak yang diduga disiksa oleh orangtuanya di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Rabu (11/6).
Ketika anak terlalu sering melihat konten negatif yang muncul seperti kekerasan mereka bisa menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang biasa atau wajar.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved