Headline

Kementerian haji dan umrah menaikkan posisi Indonesia dalam diplomasi haji.

Dampak Pertemuan Trump, Putin, Zelensky, Pemimpin Eropa bagi Perdamaian

Wisnu Arto Subari
27/8/2025 19:08
Dampak Pertemuan Trump, Putin, Zelensky, Pemimpin Eropa bagi Perdamaian
Presiden AS Donald Trump menjamu pemimpin Eropa terkait perdamaian Rusia-Ukraina.(Al Jazeera)

PERTEMUAN antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin Jumat (15/8) disebut sebagai langkah penting menuju perdamaian di Ukraina. Momen ini luar biasa bagi Putin, seorang pemimpin yang dijauhi oleh sebagian besar negara Barat sejak Moskow melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada 2022. Perjalanan internasionalnya sejak saat itu sebagian besar terbatas pada negara-negara yang bersahabat dengan Federasi Rusia, seperti Korea Utara dan Belarus.

Menurut analis geopolitik Kolonel Dedy Yulianto, ada beberapa aspek yang perlu dipertimbangkan secara objektif. "Pertama, kurun waktu 3 tahun Rusia mengalami titik terendah hubungan Amerika-Rusia dan pertemuan ini menjadi sejarah pemulihan awal hubungan Amerika-Rusia untuk hal-hal meningkatkan kerja sama Amerika-Rusia selain perdamaian dengan Ukraina. Kedua, Trump dengan kepemimpinannya membuat langkah-langkah konkret perubahan bagi masa depan Amerika dan ini membuat banyak dunia tertuju kepada Trump dengan gaya awal kepemimpinan Trump ala Coboy Amerika yang sudah tidak ditunjukkannya lagi," tutur Dedy juga menjabat sebagai Analis Madya Humas di Kementerian Pertahanan dalam keterangan tertulis, Rabu (27/8).

Pertemuan kedua yaitu Trump mengadakan pembicaraan pada Senin (18/8) dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan sejumlah pemimpin Eropa. Ini sesuatu yang jarang terjadi di Gedung Putih. Peran Amerika Serikat dalam jaminan keamanan bagi Ukraina menjadi inti pembicaraan. Para pemimpin Eropa dan Zelensky ingin tahu sumber daya yang akan dikomitmenkan Trump untuk memastikan, setelah kesepakatan damai potensial tercapai yaitu Rusia tidak dapat berkumpul kembali dan mengincar lebih banyak wilayah di kemudian hari. 

"Presiden Putin setuju bahwa Rusia akan menerima jaminan keamanan untuk Ukraina," ujar Trump. Ini salah satu poin kunci yang perlu dipertimbangkan di meja perundingan. Trump optimistis, secara kolektif, dapat mencapai kesepakatan yang akan mencegah agresi apa pun di masa mendatang terhadap Ukraina. Langkah selanjutnya, rencana pertemuan trilateral antara Putin-Zelensky-Trump untuk mencapai keamanan di Ukraina. 

Analisa Dedy bahwa kegiatan KTT Alaska pertemuan Trump dan Putin dengan penyataan bersama tanpa janji, konsesi, dan kompromi. Putin mungkin merasa cukup nyaman tersirat bahwa kesepakatan-kesepakatan yang tidak diucapkan atau tidak tersirat dalam konferensi pres setelah pertemuan tersebut sebagai kapasitas utama Kremlin yang mencakup pengakuan kedaulatan Rusia atas wilayah Ukraina, yaitu Krimea, Donetsk, Luhansk, Zaporizhzhia, dan Kherson, (menyerahkan kendali penuh atas wilayah Donetsk timur, yang 70% diduduki oleh Rusia, sebagai imbalan atas pembekuan garis depan). 

Hingga saat ini, Rusia menguasai hampir seluruh Provinsi Lugansk, sekitar 30 persen Provinsi Donetsk, dan seperempat juta penduduknya masih berada di bawah kendali Ukraina, serta persetujuan Ukraina untuk demiliterisasi, netralitas, tanpa keterlibatan militer asing, dan pemilihan umum baru. Intinya, kesepakatan tidak tersirat ini merupakan bentuk kapitulasi yang tidak dapat diterima oleh Kyiv.

Pertemuan itu sama sekali tidak menguntungkan dan disambut dingin oleh Eropa dan Ukraina karena hasil utama dari KTT Alaska tidak lagi menjadi milik Eropa. Sejak saat itu Putin dan Trump-lah yang akan menentukan arah perkembangan geopolitik Eropa dan Asia. 

"Pemerintahan Trump harus menjajaki tawaran kompromi AS pada isu lain dapat membuat Moskow membatalkan tuntutannya atas sisa Donbas atau menguranginya menjadi pertukaran yang jauh lebih adil antara kota garis depan Pokrovsk dan Konstantinovka (yang tampaknya akan segera jatuh) dengan tanah yang diduduki di tempat lain walaupun itu hal yang mustahil," kata Dedy.

Gagasan melibatkan pasukan pengamanan Eropa untuk Ukraina, yang didukung oleh kekuatan udara AS, merupakan gagasan yang bodoh dengan harapan Rusia membatalkan tuntutan teritorialnya atas Ukraina dengan negoisasi di masa datang atas empat provinsinya. Pertama, jika dipaksakan dalam negosiasi, kemungkinan besar akan membuat penyelesaian damai menjadi mustahil. Kedua, perlindungan udara AS untuk pasukan ini (NATO) kemudian akan menarik Amerika Serikat yang meningkatkan kemungkinan nyata bencana nuklir.

Jaminan keamanan Barat untuk Ukraina hanya dapat diterima oleh Moskow jika Rusia dan Tiongkok diikutsertakan bersama AS, Prancis, dan Inggris. Hal ini jelas membuat pasukan Eropa untuk Ukraina mustahil. Namun, pilihan negara yang diajukan Lavrov menunjukkan ada perjanjian yang menjamin tidak ada perubahan perbatasan lebih lanjut secara paksa yang akan ditandatangani di bawah naungan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan disahkan oleh Majelis Umum. 

Pada akhir Agustus atau September diyakini akan terjadi pertemuan bilateral antara Zelensky dan Putin serta mungkin dengan Trump dalam usaha kesepakatan. Baik Rusia maupun Ukraina harus membuat konsesi teritorial untuk mencapai kesepakatan damai. "Ini tidak mudah dan mungkin tidak adil, tetapi itulah yang dibutuhkan untuk mengakhiri perang," ujar Dedy. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya