Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Semakin Memanas, Thailand dan Kamboja Saling Usir Duta Besar

Dhika Kusuma Winata
25/7/2025 12:56
Semakin Memanas, Thailand dan Kamboja Saling Usir Duta Besar
Para pengungsi berlindung di sebuah gimnasium di halaman Universitas Surindra Rajabhat, di provinsi perbatasan Thailand, Surin.(Dok. AFP)

HUBUNGAN diplomatik antara Thailand dan Kamboja memasuki titik nadir setelah kedua negara saling mengusir duta besar masing-masing di tengah memanasnya konflik bersenjata di perbatasan. Langkah itu diambil hanya beberapa jam sebelum pertempuran sengit meletus di perbatasan Thailand-Kamboja pada Kamis (24/7).

Konflik perbatasan Thailand-Kamboja yang terjadi memaksa lebih dari 100 ribu warga sipil mengungsi dan menewaskan belasan orang.

Pemerintah Thailand mengusir duta besar Kamboja dari Bangkok dan memanggil pulang duta besarnya dari Phnom Penh. Langkah itu menyusul insiden ranjau darat yang melukai lima anggota patroli militer Thailand di wilayah sengketa.

Menanggapi hal itu, Kamboja pun langsung merespons dengan menurunkan hubungan diplomatik ke level terendah. Hampir seluruh diplomat Thailand dipulangkan sedangkan pejabat Kamboja yang tersisa di Bangkok juga ditarik kembali.

Kementerian Dalam Negeri Thailand mengungkapkan lebih dari 100 ribu warga di empat provinsi perbatasan telah dievakuasi ke 300 tempat penampungan sementara.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Thailand melaporkan bahwa jumlah korban jiwa telah meningkat menjadi 14 orang. Sebanyak 13 di antaranya warga sipil dan satu lainnya anggota militer.

Bentrokan terbaru terjadi di enam titik berbeda, termasuk area sekitar dua kompleks candi kuno. Pasukan darat Thailand dan Kamboja terlibat baku tembak. Jet tempur F-16 milik Thailand dikerahkan untuk menghantam sasaran militer di wilayah Kamboja.

Di sisi lain, pasukan Kamboja menembakkan roket dan artileri ke arah Thailand yang menurut pihak Bangkok juga mengenai fasilitas sipil seperti rumah sakit dan stasiun pengisian bahan bakar.

Situasi yang kian memburuk ini mendorong Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, untuk meminta intervensi internasional. Ia secara resmi mengajukan permohonan kepada Dewan Keamanan PBB agar menggelar sidang darurat.

Ketegangan yang membara di kawasan juga memicu keprihatinan sejumlah kekuatan dunia. Amerika Serikat menyerukan penghentian konflik secara segera. Prancis, sebagai bekas penguasa kolonial Kamboja, menyampaikan seruan serupa.

Sementara itu, Uni Eropa dan Tiongkok, yang merupakan mitra dekat Phnom Penh, turut menyatakan keprihatinan mendalam dan mendorong agar kedua negara kembali ke meja perundingan demi mencegah krisis yang lebih luas. (AFP/H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya