Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Segitiga Zamrud Berdarah: Sengketa Thailand-Kamboja Meledak Lagi

Ferdian Ananda Majni
24/7/2025 21:00
Segitiga Zamrud Berdarah: Sengketa Thailand-Kamboja Meledak Lagi
Ilustrasi.(Al Jazeera)

KETEGANGAN antara Thailand dan Kamboja kembali memuncak pada Kamis (24/7) ketika serangan udara Thailand terhadap target militer Kamboja dibalas dengan tembakan roket dan artileri oleh Kamboja. 

Serangan tersebut menewaskan sedikitnya 11 warga sipil dan menjadi eskalasi terbaru dalam sengketa perbatasan yang telah berlangsung puluhan tahun.

Perselisihan ini berpusat di wilayah Segitiga Zamrud, titik pertemuan perbatasan Thailand, Kamboja, dan Laos, yang juga merupakan lokasi sejumlah kuil kuno. 

Sengketa ini telah beberapa kali memicu bentrokan bersenjata, termasuk insiden berdarah lebih dari 15 tahun lalu, serta bentrokan pada Mei yang menewaskan satu tentara Kamboja.

Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mengonfirmasi bahwa sebagian besar korban tewas akibat serangan roket di dekat suatu pom bensin, Provinsi Sisaket. 

Video dari lokasi menunjukkan asap tebal membubung dari atap minimarket yang terhubung ke SPBU tersebut. Pejabat setempat menyebutkan bahwa banyak korban ialah pelajar yang sedang berada di dalam toko saat serangan terjadi.

Wakil Juru Bicara Militer Thailand, Ritcha Suksuwanon, mengatakan bahwa pihaknya mengerahkan enam jet tempur dari Provinsi Ubon Ratchathani untuk menyerang dua target militer Kamboja di darat.
 
Bentrokan ini terjadi di dekat dua kuil di perbatasan Provinsi Surin (Thailand) dan Oddar Meanchey (Kamboja).

Kedua negara saling menyalahkan atas dimulainya serangan. Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, menyatakan pasukan Thailand melancarkan serangan bersenjata terhadap pasukan Kamboja. 

Sebagai tanggapan, angkatan bersenjata Kamboja menggunakan hak sah mereka untuk membela diri, sesuai sepenuhnya dengan hukum internasional, untuk menangkis serangan Thailand dan melindungi kedaulatan serta integritas wilayah Kamboja.

Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, meminta Dewan Keamanan PBB segera menggelar pertemuan untuk membahas apa yang disebut oleh kementerian luar negerinya sebagai agresi militer yang tidak beralasan.

Di sisi lain, pemerintah Thailand menyebut Kamboja tidak manusiawi, brutal, dan haus perang. Semua jalur perlintasan perbatasan ditutup dan warga di sekitar lokasi dievakuasi.

Militer Thailand menuduh Kamboja lebih dahulu melepaskan tembakan. Ia menyatakan dua roket BM-21 menghantam kawasan permukiman di Distrik Kap Choeng, Surin, hingga melukai tiga orang. 

Menurut militer Thailand, bentrokan dimulai pukul 07.35 waktu setempat ketika drone Kamboja terpantau di atas kuil Ta Muen. 

Enam tentara Kamboja, salah satunya membawa peluncur granat, mendekati pagar kawat di depan pos Thailand. 

Sekitar pukul 08.20, pasukan Kamboja melepaskan tembakan dari sisi timur kuil, sekitar 200 meter dari pangkalan Thailand.

Wakil Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, mengatakan situasi ini membutuhkan penanganan yang cermat. "Kita harus bertindak sesuai dengan hukum internasional. Kami akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kedaulatan kami," katanya.

Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh menyerukan warganya untuk segera meninggalkan Kamboja jika tidak ada keperluan mendesak. 

Sementara itu, pemerintah Tiongkok, yang merupakan sekutu dekat Kamboja, menyatakan keprihatinan mendalam atas situasi tersebut, serta meminta warganya menghindari kawasan perbatasan.

Konflik ini juga menambah ketegangan diplomatik. Thailand mengusir Duta Besar Kamboja dan menarik utusannya setelah lima tentara Thailand terluka akibat ranjau darat. 

Kamboja pun menurunkan hubungan diplomatik menjadi tingkat terendah, hanya menyisakan satu diplomat di Thailand dan memulangkan para diplomat Thailand dari Phnom Penh.

Perselisihan ini juga berdampak ke politik domestik Thailand. Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra diberhentikan sementara karena penyelidikan etik. 

Hubungan diplomatik dengan Kamboja turut terguncang akibat bocornya percakapan antara Paetongtarn dan mantan Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen.

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang negaranya saat ini memimpin ASEAN, menyerukan kedua negara untuk segera menahan diri. 

"Paling tidak, kita bisa berharap mereka mundur dan semoga mencoba bernegosiasi," tegas Anwar. 

Dia menambahkan bahwa perdamaian adalah satu-satunya pilihan yang tersedia. (AFP/I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya