Headline

RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

3 Warga Sipil Terluka Saat Bentrokan di Perbatasan Thailand–Kamboja Memanas

Thalatie K Yani
24/7/2025 11:43
3 Warga Sipil Terluka Saat Bentrokan di Perbatasan Thailand–Kamboja Memanas
Ketegangan perbatasan Thailand–Kamboja memanas. Serangan roket melukai 3 warga sipil, memicu penurunan hubungan diplomatik dan krisis politik di Thailand.(AFP)

KETEGANGAN di perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memanas. Tiga warga sipil Thailand dilaporkan terluka akibat serangan roket yang ditembakkan dari wilayah Kamboja pada Kamis (23/7), di tengah bentrokan militer kedua negara yang terus meningkat.

Perselisihan ini berpusat di kawasan Emerald Triangle, titik pertemuan perbatasan Thailand, Kamboja, dan Laos, yang menjadi rumah bagi sejumlah kuil kuno. Sengketa tersebut telah berlangsung selama puluhan tahun dan beberapa kali memicu bentrokan berdarah, termasuk lebih dari 15 tahun lalu dan kembali pecah pada Mei lalu, menewaskan seorang tentara Kamboja.

Bentrokan di Dekat Kuil Perbatasan

Pertempuran terbaru terjadi pada Kamis pagi di dekat dua kuil perbatasan antara Provinsi Surin, Thailand, dan Oddar Meanchey, Kamboja. 

Kementerian Pertahanan Kamboja menuduh militer Thailand melanggar kedaulatan mereka.

“Militer Thailand melancarkan serangan bersenjata ke pasukan Kamboja yang bertugas mempertahankan wilayah kedaulatan nasional,” kata juru bicara Maly Socheata.

“Sebagai respons, pasukan Kamboja menggunakan hak pembelaan diri sesuai hukum internasional.”

Namun, pihak Thailand menegaskan Kamboja yang lebih dulu melepaskan tembakan. Militer Thailand menuding Kamboja melakukan “serangan yang menargetkan warga sipil” dengan menembakkan dua roket BM-21 ke Distrik Kap Choeng, Surin, yang melukai tiga orang.

Menurut laporan tentara Thailand, bentrokan dimulai sekitar pukul 07.35 pagi ketika unit penjaga kuil Ta Muen mendeteksi drone Kamboja. Tak lama kemudian, enam tentara Kamboja, termasuk satu yang membawa peluncur granat roket, mendekati pagar kawat berduri di depan pos Thailand.

Tentara Thailand mengaku sudah memberikan peringatan, namun sekitar pukul 08.20, pasukan Kamboja menembaki area sisi timur kuil, sekitar 200 meter dari pangkalan Thailand.

Hubungan Diplomatik Memburuk

Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, menegaskan situasi ini harus ditangani hati-hati. “Kami akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kedaulatan kami dan tetap bertindak sesuai hukum internasional,” ujarnya.

Kedutaan Besar Thailand di Phnom Penh bahkan meminta warga negaranya segera meninggalkan Kamboja jika tidak memiliki urusan mendesak.

Ketegangan terbaru ini muncul hanya beberapa jam setelah Thailand mengusir duta besar Kamboja dan menarik pulang utusannya sebagai protes atas insiden ledakan ranjau darat yang melukai lima anggota patroli militer Thailand.

Bangkok menuduh Kamboja memasang ranjau baru di area sengketa, klaim yang dibantah Phnom Penh. Kementerian Pertahanan Kamboja menegaskan banyak ranjau lama sisa perang sebelumnya yang belum sepenuhnya dibersihkan.

Sebagai respons, pada Kamis pagi Kamboja menurunkan hubungan diplomatik dengan Thailand ke “tingkat terendah”, menarik hampir semua diplomatnya, serta mengusir pejabat Thailand dari Phnom Penh.

Sengketa Perbatasan Picu Krisis Politik

Dalam beberapa pekan terakhir, kedua negara juga saling membalas dengan pembatasan lintas batas dan penghentian sejumlah impor.

Di dalam negeri, konflik perbatasan ini turut memicu krisis politik di Thailand. Perdana Menteri Paetongtarn Shinawatra saat ini tengah diskors dari jabatannya karena kasus dugaan pelanggaran etika.

Situasi diperkeruh dengan bocornya percakapan telepon diplomatik antara Paetongtarn dan mantan penguasa Kamboja, Hun Sen, yang kini tengah diselidiki secara hukum.

Sementara itu, pekan lalu Perdana Menteri Hun Manet mengumumkan rencana wajib militer bagi warga sipil mulai tahun depan, mengaktifkan kembali undang-undang wajib militer yang lama tak diberlakukan. (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya