Headline

Gencatan senjata diharapkan mengakhiri perang yang sudah berlangsung 12 hari.

Fokus

Kehadiran PLTMG Luwuk mampu menghemat ratusan miliar rupiah dari pengurangan pembelian BBM.

Dunia Kecam Rusia Usai Lancarkan Serangan Udara Terbesar ke Ukraina

Ferdian Ananda Majni
26/5/2025 16:26
Dunia Kecam Rusia Usai Lancarkan Serangan Udara Terbesar ke Ukraina
Presiden Amerika Serikat Donald Trump.(Dok. Antara/Anadolu)

SERANGAN udara besar-besaran yang dilancarkan Moskow ke Ukraina dan menewaskan sedikitnya 13 orang. Kecaman internasional terus mengalir. Diplomat tertinggi Uni Eropa, Kaja Kallas, menulis di media sosial X bahwa serangan tersebut sekali lagi menunjukkan kejahatan Rusia.

"Rusia bertekad untuk lebih banyak menderita dan menghancurkan Ukraina. Sangat menyedihkan melihat anak-anak di antara korban tak berdosa yang terluka dan terbunuh," tulisnya.

Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul juga menyatakan bahwa Putin tidak menginginkan perdamaian, ia ingin meneruskan perang dan mereka tidak seharusnya membiarkan Rusia melakukan ini.

Ia menegaskan Jerman akan mendukung sanksi lebih lanjut di tingkat Eropa.

Di tengah eskalasi konflik, Rusia mengumumkan pertukaran tawanan perang dengan Ukraina, masing-masing mengembalikan 303 personel militer.

Ini menjadi pertukaran terbesar sejak invasi penuh dimulai pada Februari 2022, sebagai hasil kesepakatan dalam pertemuan di Istanbul pada 16 Mei lalu.

Kritik tajam Trump

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan kritik tajam terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dengan menyebutnya benar-benar gila, menyusul serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Moskow ke Ukraina dan menewaskan sedikitnya 13 orang.

Pernyataan itu disampaikan Trump melalui platform Truth Social miliknya pada Minggu (25/5) malam, waktu setempat dan menjadi teguran yang jarang ia sampaikan terhadap pemimpin Rusia tersebut.

"Saya selalu memiliki hubungan yang sangat baik dengan Vladimir Putin dari Rusia, tetapi sesuatu telah terjadi padanya. Dia benar-benar menjadi gila!" tulis Trump seperti dilansir Anadolu, Senin (26/5).

"Saya selalu mengatakan bahwa dia menginginkan seluruh Ukraina, bukan hanya sebagian saja dan mungkin itu terbukti benar, tetapi jika dia melakukannya itu akan menyebabkan jatuhnya Rusia!," tambahnya.

Terbesar dalam sejarah

Pernyataannya itu muncul seiring laporan dari Angkatan Udara Ukraina bahwa Rusia telah meluncurkan total 298 pesawat nirawak dan 69 rudal pada Minggu (25/5) malam. Ini menjadikan serangan tersebut sebagai yang terbesar dalam sejarah perang ini dalam hal jumlah senjata yang ditembakkan.

Pasukan Ukraina berhasil menggagalkan sebagian besar serangan dengan menjatuhkan 266 drone dan 45 rudal.

Serangan tersebut menimbulkan ketakutan di seluruh Ukraina. Layanan darurat menggambarkan situasi sebagai "teror" sementara pihak berwenang menyebutkan sejumlah korban jiwa termasuk anak-anak berusia delapan, 12, dan 17 tahun di wilayah Zhytomyr. Lebih dari 60 orang lainnya mengalami luka-luka.

Trump sendiri telah berulang kali menyatakan keyakinannya bahwa ia bisa mengakhiri perang hanya dalam beberapa hari jika kembali menjabat sebagai presiden. Namun, dalam pernyataan terbarunya, ia menyiratkan kekecewaan terhadap Putin.

“Saya tidak senang dengan apa yang dilakukan Putin. Dia membunuh banyak orang. Dan saya tidak tahu apa yang terjadi pada Putin,” kata Trump kepada awak media sebelum meninggalkan New Jersey pada Minggu (25/5).

“Saya sudah lama mengenalnya, dan selalu akur dengannya. Namun, dia mengirim roket ke kota-kota dan membunuh orang. Saya sama sekali tidak menyukainya," tambahnya.

Sanksi tambahan Trump

Ketika ditanya soal kemungkinan sanksi tambahan terhadap Rusia, Trump menjawab “Tentu saja.”

Meski begitu, Trump tetap menyimpan kritik bagi Zelensky. Dalam unggahan di media sosial, ia menuduh Presiden Ukraina itu tidak memberikan kebaikan bagi negaranya dengan berbicara seperti itu.

"Apa pun yang keluar dari mulutnya menimbulkan masalah, saya tidak menyukainya, dan sebaiknya itu dihentikan," paparnya

Prospek perdamaian antara Rusia dan Ukraina masih terlihat jauh. Meskipun Trump dan Putin melakukan pembicaraan telepon selama dua jam pekan lalu, belum ada tanda-tanda konkret ke arah gencatan senjata.

Putin hanya mengusulkan penyusunan memorandum berisi tuntutan Moskow untuk perdamaian, sementara Kremlin belum menjadwalkan pembicaraan langsung lanjutan.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyerukan respons internasional yang lebih tegas. "Tanpa tekanan yang benar-benar kuat terhadap kepemimpinan Rusia, kebrutalan ini tidak dapat dihentikan," tulisnya di media sosial.

“Keheningan Amerika, dan keheningan negara-negara lain di seluruh dunia, hanya akan memberi semangat kepada Putin,” tambahnya.

“Sanksi tentu akan membantu," ucapnya. (Fer/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya