Headline
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
Perekonomian tumbuh 5,12% melampaui prediksi banyak kalangan.
TIONGKOK menyatakan akan mengambil langkah balasan setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif baru yang signifikan terhadap ekspor Tiongkok ke Amerika Serikat. Kebijakan ini menjadi bagian dari perubahan radikal Trump terhadap kebijakan perdagangan global yang telah berlangsung selama satu abad.
Pada Rabu lalu, Trump mengumumkan tarif sebesar 54% untuk semua impor dari Tiongkok ke AS. Langkah ini diperkirakan akan semakin memperburuk perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Kementerian Perdagangan Tiongkok mengecam kebijakan ini dalam pernyataannya pada Kamis pagi. “Tiongkok dengan tegas menentang kebijakan ini dan akan mengambil langkah balasan untuk melindungi hak dan kepentingan kami,” tegas pernyataan tersebut.
Pemerintah Tiongkok menyebut kebijakan tarif baru AS sebagai bentuk “perundungan sepihak” dan meminta AS untuk membatalkan kebijakan tersebut serta menyelesaikan perbedaan dengan dialog yang setara. “Amerika Serikat memberlakukan tarif berdasarkan penilaian subjektif dan sepihak, yang bertentangan dengan aturan perdagangan internasional dan merugikan hak serta kepentingan pihak terkait,” tambah pernyataan itu.
Trump menambahkan tarif “resiprokal” sebesar 34% ke tarif 20% yang sudah ada terhadap semua impor Tiongkok. Sebelumnya, sejak kembali menjabat pada Januari, Trump menerapkan dua kali tambahan tarif sebesar 10% terhadap barang-barang dari Tiongkok. Gedung Putih menyatakan langkah ini diperlukan untuk menghambat aliran fentanil ilegal dari Tiongkok ke AS.
Dalam pidato di Rose Garden, Gedung Putih, Trump juga mengumumkan tarif tambahan 10% untuk semua impor ke AS serta kebijakan khusus yang menargetkan negara-negara Asia lainnya. Untuk menghindari tarif yang ada, beberapa perusahaan Tiongkok telah memindahkan produksinya ke negara-negara Asia lain. Namun, tarif baru Trump juga mencakup Vietnam (46%) dan Kamboja (49%), yang secara tidak langsung tetap berdampak pada Tiongkok.
Sebelumnya, Tiongkok merespons tarif dari pemerintahan Trump dengan memberlakukan tarif 10%-15% pada beberapa komoditas AS, termasuk bahan bakar dan produk pertanian seperti kedelai, gandum, dan ayam. Selain itu, Tiongkok memperketat ekspor bahan baku penting dan menargetkan perusahaan AS tertentu sebagai bentuk tekanan.
Tarif baru 54% dari Trump jauh lebih tinggi dari perkiraan banyak analis dan berpotensi mengubah hubungan perdagangan AS-Tiongkok yang selama ini saling bergantung. Menurut data pemerintah AS, perdagangan antara kedua negara diperkirakan mencapai US$582,4 miliar tahun 2024.
Nick Marro, ekonom utama untuk Asia di Economist Intelligence Unit, mengatakan langkah ini bisa mempercepat proses “decoupling” ekonomi AS dan Tiongkok. “Perusahaan multinasional mungkin akan mempertimbangkan kembali operasi mereka di Tiongkok dan mencari pasar lain,” kata Marro. Namun, ia menambahkan proses ini tidak akan mudah karena Tiongkok sangat terintegrasi dalam rantai produksi global, dari barang jadi hingga bahan baku.
Negara-negara tujuan alternatif seperti Vietnam dan Kamboja juga terkena dampak tarif baru Trump, yang membuat strategi diversifikasi perusahaan menjadi semakin kompleks.
Langkah ini datang di saat ekonomi Tiongkok mengalami perlambatan. Pejabat Tiongkok berusaha mendorong konsumsi domestik yang lesu sambil bersiap menghadapi perang dagang yang semakin meluas.
Menurut analis, Tiongkok kemungkinan akan merespons dengan langkah yang terukur, seperti menerapkan tarif baru terhadap ekspor AS yang sensitif secara politik, memperketat regulasi terhadap perusahaan AS, serta membatasi ekspor bahan baku penting.
Jika Tiongkok menolak untuk bernegosiasi, ketegangan dapat meningkat lebih jauh. Namun, jika Tiongkok terlalu cepat menunjukkan kesediaan untuk berdialog, mereka berisiko dianggap lemah di mata publik domestik.
Sementara itu, dampak kebijakan ini juga dapat mendorong negara-negara di Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan untuk mengevaluasi kembali hubungan mereka dengan AS. Menurut Jason Hsu, senior fellow di Hudson Institute, negara-negara ini mungkin akan mempertimbangkan untuk mempererat hubungan ekonomi dengan Tiongkok sebagai respons terhadap kebijakan proteksionis Trump.
Dengan AS yang semakin dianggap sebagai mitra perdagangan yang tidak dapat diprediksi, strategi dagang Tiongkok di kancah global bisa berubah secara signifikan. (CNN/Z-2)
Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan menaikkan tarif impor atas barang-barang dari India menyusul pembelian minyak dari Rusia.
Presiden Donald Trump kembali mengancam India akan menaikan tarif impor, sebagai respon pembelian minyak dari Rusia.
Produk-produk Indonesia yang memiliki keunggulan seperti TPT, produk perikanan, makanan olahan, serta minyak sawit dan turunannya, termasuk biodiesel, akan langsung menikmati tarif 0%.
Kebijakan Donald Trump ini akan berlaku mulai 7 Agustus dan bertujuan mengubah sistem perdagangan internasional demi kepentingan ekonomi nasional Amerika Serikat.
Donald Trump umumkan rencana penerapan tarif impor sebesar 15-20% untuk negara-negara yang belum menjalin perjanjian dagang dengan AS.
Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengenakan tarif 50% pada impor dari Brasil.
KOMISI Eropa menangguhkan tarif balasan yang rencananya akan diberlakukan atas impor Amerika Serikat (AS) senilai 93 miliar euro atau setara Rp1.765 triliun.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan bahwa keputusan untuk menduduki seluruh wilayah Gaza sepenuhnya berada di tangan Israel.
KETIADAAN Hamas di Tepi Barat ternyata tidak membuat wilayah Palestina itu aman dari penjajahan Israel.
KELOMPOK antipendudukan Yahudi-AS, IfNotNow, memprotes perang dan krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza, Palestina, di luar Hotel Trump International, New York City.
Steve Witkoff, utusan kepercayaan Presiden Donald Trump, bertolak ke Moskow untuk bertemu pejabat
DANY Rodrick, seorang guru besar dan ekonom terkenal dari International Political Economy at Harvard Kennedy School
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved