Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
KEBIJAKAN tarif impor yang dijanjikan Presiden Donald Trump akan segera berlaku lebih cepat dari yang diperkirakan. Gedung Putih mengonfirmasi tarif ini akan diterapkan "segera" setelah pengumuman resmi pada Rabu sore waktu setempat.
Administrasi Trump mengklaim bahwa kebijakan yang disebut sebagai "Hari Pembebasan" ini merupakan langkah perdagangan paling agresif dalam sejarah modern. Presiden Trump berjanji menerapkan tarif impor sebagai solusi terhadap berbagai permasalahan ekonomi. Namun, kebijakan ini memicu kekhawatiran di kalangan investor, ekonom, dan pelaku industri yang menilai dampaknya bisa lebih merugikan daripada menguntungkan.
Pada Senin malam, Trump menyatakan "memutuskan" menerapkan tarif baru secara luas. Namun, banyak detail kebijakan ini masih belum jelas, termasuk apakah tarif akan berlaku untuk semua mitra dagang AS atau hanya beberapa negara tertentu. Para penasihat ekonomi Trump pun memiliki pandangan berbeda mengenai cakupan dan skala kebijakan ini.
Beberapa analis memperingatkan penerapan tarif universal sebesar 20% dapat menjadi skenario terburuk bagi perekonomian AS. Chief Economist Moody's Analytics, Mark Zandi, menyebutkan kebijakan ini dapat menghilangkan 5,5 juta lapangan kerja, meningkatkan angka pengangguran hingga 7%, dan menyebabkan kontraksi ekonomi sebesar 1,7%.
“Jika ini benar-benar terjadi, kita akan mengalami resesi serius,” ujar Zandi.
Sejak menjabat kembali, Trump telah menaikkan tarif impor dari Tiongkok sebesar 20%, menerapkan tarif terbatas 25% untuk Kanada dan Meksiko, serta menaikkan tarif baja dan aluminium menjadi 25%. Jika tarif baru diterapkan tanpa pengecualian, total impor yang terdampak bisa mencapai US$3,3 triliun, 10 kali lebih besar dibandingkan kebijakan tarif pada masa jabatan pertamanya.
Kebijakan ini langsung mengguncang pasar keuangan. Saham-saham di Wall Street anjlok seiring ketidakpastian ekonomi yang meningkat. Para investor khawatir bahwa strategi ini dapat mengakhiri pertumbuhan ekonomi yang dimulai pasca-pandemi covid-19 pada 2020.
“Ketidakpastian terkait tarif telah menjerat pasar dalam ketidakjelasan,” ujar Anthony Saglimbene, Kepala Strategi Pasar di Ameriprise.
Selain itu, lonjakan inflasi juga menjadi kekhawatiran utama. Konsumen dan bisnis mulai merasakan dampak langsung dari harga barang impor yang meningkat. Beberapa pengusaha bahkan mengungkapkan frustrasi mereka terhadap kebijakan Trump.
“Bagaimana kita bisa merencanakan bisnis jika setiap hari ada perubahan kebijakan?” ujar seorang eksekutif manufaktur elektronik kepada Federal Reserve Bank of Dallas.
Gedung Putih menegaskan kebijakan tarif ini bertujuan melindungi pekerja Amerika dan memastikan lapangan kerja tetap tersedia di dalam negeri. Trump juga berjanji mengimbangi efek negatif tarif dengan pemotongan pajak dan deregulasi ekonomi.
Namun, para ekonom skeptis terhadap klaim ini. Goldman Sachs memperkirakan bahwa ada kemungkinan 35% AS akan mengalami resesi dalam 12 bulan ke depan, meningkat dari perkiraan sebelumnya sebesar 20%.
Meski Trump yakin bahwa kebijakan ini akan membawa era kejayaan ekonomi baru bagi Amerika, banyak pihak menilai bahwa langkah ini justru bisa menjadi bumerang bagi ekonomi global. Dengan ketidakpastian yang masih menyelimuti kebijakan ini, dunia kini menanti dampak sesungguhnya dari strategi perdagangan Trump yang semakin agresif. (CNN/Z-2)
Putra mantan Presiden Brasil Jair Bolsonaro, Eduardo Bolsonaro, puji Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif impor 50%.
TARIF impor AS terhadap Tiongkok bersama dengan sejumlah mitra dagang di seluruh dunia mendorong harga barang-barang di perekonomian AS menjadi lebih tinggi.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump menandatangani perintah eksekutif pada Senin (11/8) yang memperpanjang penghentian tarif lebih tinggi terhadap Tiongkok hingga 10 November 2025.
Amerika Serikat dan Tiongkok sepakat menunda kenaikan tarif selama 90 hari.
Presiden AS Donald Trump secara resmi memberlakukan kebijakan tarif resiprokal mulai tengah malam Rabu (6/8).
Tiongkok justru bergerak cepat dengan membuka pasarnya bagi kopi Brasil, menyusul kenaikan bea masuk 50% oleh Donald Trump.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved