Trump Ungkit Jasa AS ke Raja Yordania demi Gusur Warga Gaza

Ferdian Ananda Majni
12/2/2025 09:34
Trump Ungkit Jasa AS ke Raja Yordania demi Gusur Warga Gaza
Presiden AS Donald Trump (kiri).(Tangkapan layar Youtube.)

PRESIDEN Donald Trump menyatakan akan mengambil alih Jalur Gaza yang terkepung di bawah kendali otoritas Amerika Serikat (AS). Hal itu ditegaskannya kembali saat menjamu Raja Yordania Abdullah di Gedung Putih.

Trump terus bersikeras bahwa ia akan merealisasikan idenya meskipun banyak mendapatkan kritikan untuk mengambil alih kepemilikan Gaza. Yordania, salah satu dari banyak penentang keras rencananya tersebut.

"Kami akan menjalankannya dengan sangat baik," kata Trump seperti dilansir dari Anadolu, Rabu (12/2).

Ia tidak sepakat dengan pernyataan sebelumnya bahwa AS akan membeli dan memiliki Gaza.  

"Kami tidak akan membeli apa pun. Kami akan memilikinya. Kami akan mempertahankannya, dan kami akan memastikan bahwa akan ada perdamaian dan tidak akan ada masalah, tidak ada yang akan mempertanyakannya," sebutnya.

"Kita akan merebutnya, kita akan mempertahankannya, kita akan menghargainya," lanjut Trump tentang daerah kantong pantai tersebut. 

"Kita akan membangun banyak hal baik di sana, termasuk hotel dan gedung perkantoran serta perumahan dan hal-hal lainnya, dan kita akan menjadikan lokasi itu seperti yang seharusnya," tambahnya.

Trump membantah bahwa ia berencana untuk secara pribadi mengembangkan aset dan properti di Gaza.

Dia mengabaikan pertanyaan tentang ancaman sebelumnya untuk menahan bantuan AS jika Yordania dan Mesir menolak untuk menampung kembali sekitar 2 juta warga Palestina yang direncanakan untuk dipindahkan berdasarkan usulannya.

Sebaliknya, presiden tampaknya mengubah nada bicaranya, menekankan hubungan baik dengan Yordania dan memberikan saran.

"Saya tidak perlu mengancam dengan uang," katanya.

"Kami menyumbang banyak uang ke Yordania dan Mesir, banyak untuk keduanya. Namun, saya tidak perlu mengancam itu. Saya rasa kami lebih dari itu. Saya yakin kami lebih dari itu," tegasnya.

Trump mengatakan dia yakin Mesir dan Yordania akan sepakat untuk menyediakan lokasi di masing-masing negara untuk merelokasikan kembali warga Palestina yang terusir.

“Kita mungkin punya tempat lain, tetapi saya pikir ketika kita menyelesaikan pembicaraan, kita akan punya tempat di mana mereka akan hidup dengan sangat bahagia dan sangat aman," ujarnya. 

Sementara itu, Raja Abdullah mengumumkan bahwa pihaknya akan menerima 2.000 anak yang menderita kanker atau yang sakit parah.

Trump mengatakan bahwa ia tidak mengetahui rencana tersebut. Tetapi menyebut hal itu fantastis dan menyenangkan. 

"99% yakin bahwa kita akan menyelesaikan sesuatu dengan Mesir," katanya.

Trump skeptisisme bahwa Hamas akan mencapai tenggat waktu hari Sabtu untuk membebaskan semua sandera yang tersisa di Gaza atau memungkinan kesepakatan gencatan senjata dengan Israel dibatalkan secara tiba-tiba.

"Saya punya tenggat waktu hari Sabtu, dan saya rasa mereka tidak akan memenuhi tenggat waktu itu. Secara pribadi, saya rasa mereka ingin bermain sebagai orang tangguh, tetapi kita lihat saja seberapa tangguh mereka. Namun, itu akan menjadi hal yang luar biasa. Itu akan menjadi hal yang luar biasa bagi Timur Tengah," katanya.

Sementara itu, Hamas menyatakan telah sepenuhnya memenuhi komitmennya berdasarkan kesepakatan gencatan senjata dan menuduh Israel melanggar empat ketentuan utama. 

Sebelumnya, sayap bersenjata Hamas, Brigade al-Qassam, mengumumkan penundaan pembebasan sandera berikutnya hingga Israel mematuhi semua ketentuan perjanjian.

Trump telah membiarkan pintu terbuka bagi keterlibatan Amerika jika tenggat waktu tidak terpenuhi.

Ancaman tersebut digaungkan oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang mengatakan bahwa jika Hamas tidak mengembalikan sandera paling lambat Sabtu siang, gencatan senjata akan diakhiri dan tentara Israel akan kembali melakukan pertempuran sengit hingga Hamas akhirnya dikalahkan.

Kesepakatan gencatan senjata tiga tahap telah berlaku di Gaza sejak 19 Januari, menghentikan perang Israel yang membabi buta di daerah kantong pesisir itu setelah lebih dari 48.000 orang tewas, sebagian besar di antaranya adalah wanita dan anak-anak. 

Sebagian besar wilayah itu telah hancur menjadi puing-puing di tengah kekurangan kebutuhan pokok yang parah akibat pembatasan Israel terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan internasional.

Pada tahap pertama gencatan senjata, yang berlangsung hingga awal Maret, 33 sandera Israel akan dibebaskan sebagai ganti sejumlah tahanan Palestina. Pertukaran keenam antara Israel dan Hamas dijadwalkan berlangsung minggu ini. (Fer/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya