Israel Tingkatkan Operasi di Gaza Utara, Rumah Sakit Kehabisan Obat

Ferdian Ananda Majni
22/10/2024 20:34
Israel Tingkatkan Operasi di Gaza Utara, Rumah Sakit Kehabisan Obat
Warga Jabalia yang tewas akibat serangan Israel.(Al Jazeera)

MILITER Israel mengepung rumah sakit dan tempat penampungan bagi warga telantar di Jalur Gaza Utara, Palestina, pada Senin (21/10). Israel meningkatkan operasinya hingga mencegah bantuan mencapai warga sipil.

Militer Israel menangkap para pria dan memerintahkan para wanita untuk meninggalkan kamp pengungsi bersejarah Jabalia. "Serangan udara Israel terhadap satu rumah di Jabalia menewaskan lima orang dan melukai beberapa lainnya," kata petugas medis setempat.

Badan pengungsi Palestina PBB UNRWA mengatakan otoritas Israel mencegah misi kemanusiaan mencapai daerah di utara daerah kantong Palestina dengan pasokan penting, termasuk obat-obatan dan makanan. "Orang-orang yang mencoba melarikan diri terbunuh, jasad mereka ditinggalkan di jalan," kata kepala UNRWA Philippe Lazzarini di X.

Petugas medis di Rumah Sakit Indonesia mengatakan pasukan Israel menyerbu suatu sekolah dan menahan para pria itu sebelum membakarnya. "Api mencapai generator rumah sakit dan menyebabkan pemadaman listrik," imbuh mereka.

Pejabat kesehatan mengatakan mereka telah menolak perintah tentara Israel, yang memulai serangan baru ke wilayah utara lebih dari dua minggu lalu, untuk mengevakuasi tiga rumah sakit di daerah tersebut atau meninggalkan pasien tanpa pengawasan.

Kemudian pada Senin (21/10), Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Hussam Abu Safiya, mengatakan sedikitnya dua pasien kritis yang terluka di unit perawatan intensif meninggal karena kurangnya pasokan medis. "Unit darah rumah sakit sudah benar-benar habis. Kami menerapkan metode perawatan prioritas bagi pasien. Ini kenyataan yang ada," kata Abu Safiya dalam pesan video kepada media.

"Pasukan Israel tetap berada di luar rumah sakit tetapi tidak masuk," kata mereka. Petugas medis di rumah sakit kedua, Kamal Adwan, melaporkan tembakan gencar Israel di dekat rumah sakit pada malam hari.

"Tentara membakar sekolah-sekolah di sebelah rumah sakit dan tidak ada seorang pun yang bisa masuk atau meninggalkan rumah sakit," kata seorang perawat di Rumah Sakit Indonesia yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Pejabat kesehatan Palestina mengatakan sedikitnya 18 orang tewas di Jabalia dan delapan orang di tempat lain di Gaza akibat serangan Israel.

Militer Israel mengatakan dalam suatu pernyataan, pasukannya telah membongkar infrastruktur dan terowongan serta membunuh para pejuang yang diduga berada di wilayah Jabalia.

Pasukan telah membantu ribuan warga sipil untuk mengungsi dengan aman melalui rute yang terorganisasi. Hal ini bertentangan dengan laporan dari badan bantuan PBB. 

"Israel sedang berhubungan dengan masyarakat internasional dan sistem perawatan kesehatan Gaza untuk memastikan layanan darurat rumah sakit beroperasi," katanya.

Minggu lalu, Amerika Serikat (AS) mengatakan kepada Israel bahwa mereka harus mengambil langkah-langkah selama sebulan untuk memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza atau menghadapi potensi pembatasan bantuan militer AS.

Israel telah mengintensifkan operasinya di Gaza dan Libanon setelah terbunuhnya pemimpin Hamas Yahya Sinwar minggu lalu. Kondisi ini telah meningkatkan harapan akan dimulai perundingan gencatan senjata untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari setahun.

Negara itu telah berjanji untuk membasmi Hamas, kelompok yang sebelumnya menguasai Gaza dan yang serangannya terhadap Israel tahun lalu memicu perang, tetapi dalam melakukannya telah menghancurkan sebagian besar wilayah dan menewaskan puluhan ribu orang. Lebih dari 1,9 juta orang telah menjadi miskin dan putus asa mencari makanan.

"Kami menghadapi kematian akibat bom, kehausan, dan kelaparan," kata Raed, seorang warga kamp Jabalia. "Jabalia sedang disapu bersih dan tidak ada saksi mata atas kejahatan itu. Dunia menutup mata," sebutnya. 

Terpaksa tinggal di toilet

Hadeel Obeid, seorang perawat pengawas di rumah sakit Indonesia, mengatakan mereka kehabisan persediaan medis, termasuk kain kasa steril dan obat-obatan. "Pasokan air telah terputus dan tidak ada makanan selama empat hari berturut-turut," katanya.

PBB mengatakan tidak dapat mencapai tiga rumah sakit di Gaza utara. Kantor Hak Asasi Manusia PBB menuduh pasukan Israel melakukan campur tangan yang melanggar hukum terhadap bantuan kemanusiaan dan mengeluarkan perintah yang menyebabkan pengungsian paksa. 

Dikatakan bahwa tindakan mereka mungkin menyebabkan kehancuran penduduk Palestina di wilayah paling utara Gaza melalui kematian dan pengungsian. 

Lazzarini mengatakan orang-orang yang terluka tergeletak tanpa perawatan di rumah sakit yang terkena serangan. "Tempat penampungan UNRWA yang tersisa sangat penuh sesak. Sebagian pengungsi kini terpaksa tinggal di toilet," katanya.

Israel mengatakan telah mengirimkan pasokan kemanusiaan dalam jumlah besar ke Gaza melalui pengiriman darat dan udara. Israel juga mengatakan telah memfasilitasi evakuasi pasien dari Rumah Sakit Kamal Adwan.

Palestina mengatakan tidak ada bantuan yang masuk ke wilayah Gaza utara tempat operasi sedang aktif.

Dalam laporan awal bulan ini bahwa persediaan makanan telah menurun drastis sejak otoritas Israel memperkenalkan aturan bea cukai baru pada sejumlah bantuan kemanusiaan dan secara terpisah mengurangi pengiriman yang diselenggarakan oleh berbagai bisnis.

Penduduk dan petugas medis mengatakan pasukan Israel telah memperketat pengepungan mereka terhadap Jabalia dengan menempatkan tank di kota Beit Hanoun dan Beit Lahia di dekatnya serta memerintahkan penduduk untuk pergi.

Pejabat Israel mengatakan perintah evakuasi ditujukan untuk memisahkan pejuang Hamas dari warga sipil dan membantah adanya rencana sistematis untuk mengusir warga sipil. 

Dikatakan bahwa pasukannya yang beroperasi di Gaza utara menewaskan sejumlah orang yang dituduh sebagai orang bersenjata Hamas.

Hamas menuduh Israel melakukan tindakan genosida dan pembersihan etnis untuk memaksa orang meninggalkan Gaza utara. Israel juga menghadapi tuduhan pelanggaran Konvensi Genosida 1948 di Mahkamah Internasional.

Sayap bersenjata Hamas mengatakan para pejuang menyerang pasukan di sana dengan roket antitank dan tembakan mortir serta meledakkan bom terhadap pasukan yang berada di dalam tank serta yang ditempatkan di rumah-rumah.

Di tempat lain di daerah kantong itu, serangan Israel menewaskan sedikitnya lima orang di Rafah di Jalur Gaza selatan dan empat orang dalam dua serangan terpisah di Kota Gaza.

Sinwar yang terbunuh dituduh menjadi salah satu dalang serangan lintas perbatasan pada 7 Oktober 2023 terhadap komunitas Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang, dengan sekitar 253 orang lainnya dibawa kembali ke Gaza sebagai sandera, menurut penghitungan Israel.

Pengeboman Israel berikutnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 42.500 warga Palestina, dengan 10.000 korban tewas lainnya yang tidak terhitung jumlahnya diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan, seperti dilaporkan otoritas kesehatan Gaza. (Chinadaily/Z-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya