Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
SEJAK serangan militer Israel meletus pada 7 Oktober 2023, tragedi kemanusiaan yang mengerikan alias genosida terus berlangsung di Palestina. Pengamat Timur Tengah Smith Alhadar menilai setahun perang Hamas-Israel dan telah meluas ke Lebanon hanya menjelaskan ambisi Israel menyelesaikan isu Palestina melalui kekerasan.
"Israel tidak tertarik pada gencatan senjata sebagaimana yang diharapkan komunitas global sebelum Hamas dan Hizbullah dilumatkan," kata Smith dihubungi Media Indonesia, Minggu (6/10).
Menurutnya, gencatan senjata hanya terjadi bila Israel keluar sebagai pemenang sehingga bisa mendikte syarat-syarat gencatan senjata sesuai dengan keinginan negara zionis tersebut.
Baca juga : Biaya Genosida Gaza Terlalu Tinggi, Krisis Ekonomi Israel Memburuk
"Mengingat Hamas belum dikalahkan, mustahil untuk dikalahkan maka genosida, dehumanisasi, kejahatan perang, dan pelanggaran hukum humaniter internasional terhadap Palestina masih akan berlangsung," sebutnya.
Smith menambahkan secara arogan dan kepercayaan diri berlebihan Perdana Menteri Israel Netanyahu membawa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terlibat perang skala besar dengan Hizbullah di Libanon dengan ambisi yang sama.
"Melumat Hizbullah adalah gagasan yang berbahaya. Hizbullah jauh lebih kuat daripada Hamas, baik dari sisi personel, persenjataan, maupun infrastruktur militer," ujarnya.
Baca juga : Setahun Genosida Israel di Gaza, 814 Masjid dan 3 Gereja Hancur
Maka, lanjut Smith perang Israel-Hizbullah juga akan berlangsung lebih lama demgan tragedi kemanusiaan yang dapat mendestabilisasi Timteng lebih jauh.
"Lebih gila lagi, Netanyahu ingin melancarkan serangan besar ke Iran dan proksi-proksinya di Irak, Suriah, dan Yaman, selain Libanon dan Palestina tentunya," sebutnya.
Israel melihat krisis Timur Tengah saat ini sebagai momentum untuk menciptakan wilayah Timur Tengah yang baru, tanpa Palestina, bebas dari proksi Iran dan terjadi pergantian rezim di Iran.
Baca juga : Negara Barat Dukung Israel lewat Veto, Panggung Pidato, Ekspor Senjata
"Tentu saja visi ini tidak mungkin terwujud, bahkan sekalipun AS terseret dalam perang Iran-Israel sebagaimana yang diinginkan Netanyahu. Sebaliknya, visi dangkal dan berbahaya Netanyahu justru berpotensi mencelakakan Israel," tegasnya.
Setelah setahun perang Hamas-Israel, Smith menilai belum ada yang berubah. Setiap hari puluhan sampai ratusan warga Palestina dan Libanon terus berjatuhan. Bahkan, krisis Timur Tengah terus bereskalasi.
"Impunitas Israel yang diberikan AS dan sekutu Barat, serta tidak berfungsinya DK PBB dan lemahnya kepemimpinan pemerintah AS di bawah Presiden Joe Biden menjadi sumber permasalahan krisis Timur Tengah yang mengkhawatirkan saat ini," tegasnya
Baca juga : Pengeboman Israel Berlanjut, Gelombang Pengungsian Warga Gaza Palestina Terjadi
Deeskalasi Timur Tengah segera terjadi bila AS menggunakan otoritasnya untuk menekan proksinya, Israel. Caranya mudah, lanjut Smith hentikan saja pasokan senjata ke Israel, bantuan finansial dan proteksi politik terhadap Israel.
Namun, Netanyahu tahu bahwa menjelang pemilu AS awal bulan depan Biden tak akan menyakitinya. Terlebih, Israel adalah proksi AS untuk melayani kepentingan hegemoni AS di kawasan strategis itu.
"Jadi genosida dan kejahatan perang Israel di Palestina dan Libanon masih akan terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi karena sebentar lagi Israel membuka front dengan Iran," paparnya
Sementara negara-negara Barat terus memberikan dukungan politik dan militer yang kuat kepada Israel. Meskipun ada seruan internasional untuk gencatan senjata.
"Disayangkan AS dan sekutu Barat yang selama ini mengkhotbahkan nilai-nilai demokrasi dan HAM kepada negara berkembang hari ini justru memperlihatkan standar ganda dan wajah hipokrit mereka secara telanjang di pentas global," terangnya.
Begitu juga Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, dan Italia serta negara-negara Barat lainnya berjanji mendukung upaya Israel untuk membela diri dan rakyatnya setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
"Terlebih tatanan dunia berbasis hukum yang diciptakan Barat pasca Perang Dunia II justru dirusak sendiri hanya demi Israel yang haus darah," pungkasnya. (Z-9)
YAHYA Sinwar telah menjadi ikon baru bagi Palestina and beyond.
Bangsa Arab juga menolak skenario Israel untuk Gaza pascaperang tanpa rencana yang masuk akal bagi berdirinya negara Palestina.
Israel terus melancarkan serangan brutalnya di Jalur Gaza menyusul serangan kelompok Palestina Hamas pada 7 Oktober lalu.
Saat ini, Israel memperluas serangannya di wilayah selatan dan timur Libanon pada Senin (23/9). Setidaknya 492 orang tewas dan lebih dari 1.600 lainnya terluka.
TIONGKOK menentang tindakan yang melanggar kedaulatan dan keamanan Libanon serta perilaku yang mengarah pada eskalasi konflik regional.
Agresi berkepanjangan Israel di Gaza adalah akar penyebab gelombang baru kekacauan di Timur Tengah.
Menurut Otoritas Barang Antik Israel (IAA), temuan itu diidentifikasi sebagai konstruksi kerajaan periode Kuil Pertama (abad 10-6 SM) serta yang paling indah dan mengesankan hingga saat ini.
Orang Yahudi pada periode Romawi itu dianggap tidak tinggal di pertanian di luar desa atau kota.
Pemain Israel-Arab itu didatangkan Al-Nasr dari klub Tiongkok Guangzhou R & F seharga 2,5 juta euro.
Kerja sama tersebut menjadi kesepakatan pertama yang dilakukan antara negara Arab dan negara Yahudi.
Bagi Skotlandia, dua kekalahan beruntun membuat mereka tersingkir dari puncak klasemen Grup B2 disalip Rep Ceko yang menang 2-0 atas Slovakia.
Seorang anggota keluarga kerajaan Abu Dhabi, Sheikh Hamad bin Khalifa Al-Nahyan, menandatangani perjanjian kemitraan senilai US$92 juta pada Senin dengan pemilik klub, Moshe Hogeg.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved