Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
SEJAK serangan militer Israel meletus pada 7 Oktober 2023, tragedi kemanusiaan yang mengerikan alias genosida terus berlangsung di Palestina. Pengamat Timur Tengah Smith Alhadar menilai setahun perang Hamas-Israel dan telah meluas ke Lebanon hanya menjelaskan ambisi Israel menyelesaikan isu Palestina melalui kekerasan.
"Israel tidak tertarik pada gencatan senjata sebagaimana yang diharapkan komunitas global sebelum Hamas dan Hizbullah dilumatkan," kata Smith dihubungi Media Indonesia, Minggu (6/10).
Menurutnya, gencatan senjata hanya terjadi bila Israel keluar sebagai pemenang sehingga bisa mendikte syarat-syarat gencatan senjata sesuai dengan keinginan negara zionis tersebut.
Baca juga : Biaya Genosida Gaza Terlalu Tinggi, Krisis Ekonomi Israel Memburuk
"Mengingat Hamas belum dikalahkan, mustahil untuk dikalahkan maka genosida, dehumanisasi, kejahatan perang, dan pelanggaran hukum humaniter internasional terhadap Palestina masih akan berlangsung," sebutnya.
Smith menambahkan secara arogan dan kepercayaan diri berlebihan Perdana Menteri Israel Netanyahu membawa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) terlibat perang skala besar dengan Hizbullah di Libanon dengan ambisi yang sama.
"Melumat Hizbullah adalah gagasan yang berbahaya. Hizbullah jauh lebih kuat daripada Hamas, baik dari sisi personel, persenjataan, maupun infrastruktur militer," ujarnya.
Baca juga : Setahun Genosida Israel di Gaza, 814 Masjid dan 3 Gereja Hancur
Maka, lanjut Smith perang Israel-Hizbullah juga akan berlangsung lebih lama demgan tragedi kemanusiaan yang dapat mendestabilisasi Timteng lebih jauh.
"Lebih gila lagi, Netanyahu ingin melancarkan serangan besar ke Iran dan proksi-proksinya di Irak, Suriah, dan Yaman, selain Libanon dan Palestina tentunya," sebutnya.
Israel melihat krisis Timur Tengah saat ini sebagai momentum untuk menciptakan wilayah Timur Tengah yang baru, tanpa Palestina, bebas dari proksi Iran dan terjadi pergantian rezim di Iran.
Baca juga : Negara Barat Dukung Israel lewat Veto, Panggung Pidato, Ekspor Senjata
"Tentu saja visi ini tidak mungkin terwujud, bahkan sekalipun AS terseret dalam perang Iran-Israel sebagaimana yang diinginkan Netanyahu. Sebaliknya, visi dangkal dan berbahaya Netanyahu justru berpotensi mencelakakan Israel," tegasnya.
Setelah setahun perang Hamas-Israel, Smith menilai belum ada yang berubah. Setiap hari puluhan sampai ratusan warga Palestina dan Libanon terus berjatuhan. Bahkan, krisis Timur Tengah terus bereskalasi.
"Impunitas Israel yang diberikan AS dan sekutu Barat, serta tidak berfungsinya DK PBB dan lemahnya kepemimpinan pemerintah AS di bawah Presiden Joe Biden menjadi sumber permasalahan krisis Timur Tengah yang mengkhawatirkan saat ini," tegasnya
Baca juga : Pengeboman Israel Berlanjut, Gelombang Pengungsian Warga Gaza Palestina Terjadi
Deeskalasi Timur Tengah segera terjadi bila AS menggunakan otoritasnya untuk menekan proksinya, Israel. Caranya mudah, lanjut Smith hentikan saja pasokan senjata ke Israel, bantuan finansial dan proteksi politik terhadap Israel.
Namun, Netanyahu tahu bahwa menjelang pemilu AS awal bulan depan Biden tak akan menyakitinya. Terlebih, Israel adalah proksi AS untuk melayani kepentingan hegemoni AS di kawasan strategis itu.
"Jadi genosida dan kejahatan perang Israel di Palestina dan Libanon masih akan terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi karena sebentar lagi Israel membuka front dengan Iran," paparnya
Sementara negara-negara Barat terus memberikan dukungan politik dan militer yang kuat kepada Israel. Meskipun ada seruan internasional untuk gencatan senjata.
"Disayangkan AS dan sekutu Barat yang selama ini mengkhotbahkan nilai-nilai demokrasi dan HAM kepada negara berkembang hari ini justru memperlihatkan standar ganda dan wajah hipokrit mereka secara telanjang di pentas global," terangnya.
Begitu juga Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, dan Italia serta negara-negara Barat lainnya berjanji mendukung upaya Israel untuk membela diri dan rakyatnya setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
"Terlebih tatanan dunia berbasis hukum yang diciptakan Barat pasca Perang Dunia II justru dirusak sendiri hanya demi Israel yang haus darah," pungkasnya. (Z-9)
Israel telah menyetujui serangkaian langkah kemanusiaan penting untuk meredakan krisis di Gaza.
WARGA Israel dikejutkan oleh serangan rudal balistik Iran yang menghantam Rumah Sakit Soroka di Beersheba, Kamis waktu setempat.
SUASANA duka menyelimuti Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis, Gaza, pada Selasa waktu setempat.
Serangkaian serangan udara dan tembakan dari pasukan Israel yang dimulai sejak Sabtu (7/6) dini hari telah menewaskan sedikitnya 72 warga Palestina.
Indonesia selama ini tak membuka hubungan diplomatik lantaran Israel merupakan negara penjajah. Hal ini juga tak sejalan dengan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
TIGA negara sekutu utama Israel yakni Inggris, Kanada, dan Prancis mengeluarkan peringatan tegas pada Senin (19/5).
UNRWA menyoroti sistem distribusi bantuan yang dikenal sebagai “Yayasan Kemanusiaan Gaza” (GHF), yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat.
Sistem distribusi bantuan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat ini lebih melayani kepentingan militer dan politik dibandingkan kebutuhan rakyat sipil.
WFP PBB mengatakan hampir sepertiga penduduk Gaza harus menahan lapas.
Donald Trump mengisyaratkan dukungan untuk eskalasi militer Israel di Gaza.
PERDANA Menteri Kanada Mark Carney mengumumkan bahwa negaranya berencana untuk mengakui Negara Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Prancis jadi negara berkekuatan besar pertama di Eropa yang menyatakan secara terbuka niatnya mengakui Palestina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved