Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
GELOMBANG air yang meluap telah meruntuhkan bendungan dan menghancurkan desa-desa di Sudan Timur. Satu laporan mengatakan 150-200 orang hilang dan 132 orang dinyatakan tewas setelah hujan lebat menyebabkan bendungan Arbaat jebol di daerah yang dilanda perang saudara tersebut.
"Banjir menyapu bersih sedikitnya 20 desa dan menyebabkan sedikitnya 30 orang tewas, tetapi mungkin lebih banyak lagi," kata PBB.
Hujan deras menyebabkan banjir yang pada Minggu (25/8) menggenangi bendungan Arbaat, 25 mil utara Port Sudan, ibu kota negara de facto dan basis pemerintah, diplomat, lembaga bantuan, dan ratusan ribu pengungsi.
Baca juga : PBB Ingatkan Sudan Selatan Hadapi Krisis Eksistensial Jelang Pemilu
"Area tersebut tidak dapat dikenali," kata Omar Eissa Haroun, kepala otoritas perairan negara bagian Laut Merah, melalui pesan WhatsApp kepada stafnya. "Pipa listrik dan air hancur," ujarnya.
Salah satu responden pertama mengatakan bahwa antara 150 dan 200 orang hilang. Dia mengatakan telah melihat mayat para penambang emas dan peralatan mereka hancur akibat banjir.
Dia menyamakan bencana tersebut dengan kehancuran di kota Derna di Libia timur pada September tahun lalu ketika air badai merobohkan bendungan, menyapu bangunan, dan menewaskan ribuan orang.
Baca juga : Dewan Keamanan PBB Gelar Pembicaraan Darurat terkait Serangan Houthi
"Rumah bagi sekitar 50.000 orang terkena dampak banjir," kata PBB, mengutip otoritas setempat dan menambahkan bahwa jumlah tersebut hanya mencakup wilayah barat bendungan karena wilayah timur tidak dapat diakses.
Bendungan tersebut merupakan sumber air utama bagi Port Sudan, rumah bagi pelabuhan utama Laut Merah dan bandara yang berfungsi di negara tersebut serta menerima sebagian besar pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan negara tersebut.
Para pejabat mengatakan bendungan itu mulai runtuh dan lumpur menumpuk selama berhari-hari ketika hujan deras terjadi lebih awal dari biasanya. Bendungan, jalan, dan jembatan di Sudan sudah rusak sebelum perang antara tentara Sudan dan Pasukan Dukungan Cepat paramiliter dimulai pada April 2023.
Kedua belah pihak telah menyalurkan sebagian besar sumber daya mereka ke dalam konflik, sehingga infrastruktur sangat terbengkalai. Beberapa orang telah meninggalkan rumah mereka yang terendam banjir dan menuju ke pegunungan tempat mereka sekarang terdampar, lapor kementerian kesehatan.
Pada Senin (27/8), gugus tugas musim hujan pemerintah mengatakan 132 orang tewas akibat banjir di seluruh negeri, naik dari 68 orang pada dua minggu lalu. Setidaknya 118.000 orang telah mengungsi akibat hujan tahun ini, menurut badan-badan PBB. (Theguardian/Z-2)
PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) terpaksa memangkas secara signifikan rencana bantuan kemanusiaan global untuk 2025. Soalnya, pasokan dana mengalami penurunan.
KEMENTERIAN Kesehatan Sudan menyatakan lebih dari 2.700 orang dalam sepekan telah terjangkit kolera di negara itu.
Lebih dari 400 orang dilaporkan tewas akibat serangan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di wilayah El-Fasher, Darfur, menurut PBB yang mengutip sumber-sumber kredibel.
Di wilayah pesisir timur Sudan yang aman, penduduk menyambut bulan Ramadan dengan berjuang keras untuk berburu dan membeli kebutuhan pokok.
44 warga sipil tewas dan 28 lainnya terluka akibat serangan oleh faksi Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara (SPLM-N).
Di Sudan, perang antara paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dan tentara Sudan telah berlangsung sejak April 2023. Kedua pihak saling menuduh melakukan kejahatan perang.
WFP PBB mengatakan hampir sepertiga penduduk Gaza harus menahan lapas.
PEMERINTAH Tiongkok mendukung rencana Prancis untuk menyampaikan pengakuan atas kedaulatan Palestina dalam sidang Majelis Umum PBB pada September 2025.
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron mengumumkan negaranya akan secara resmi mengakui Negara Palestina dalam Sidang Majelis Umum PBB pada September.
SELAMA 21 bulan genosida di Jalur Gaza, Palestina, sekitar 70 persen infrastruktur hancur, menyisakan wilayah tersebut tertimbun jutaan ton puing dan tenggelam dalam gelap.
BAYI-BAYI yang tinggal tulang dan kulit akhirnya meninggal karena ibu mereka terlalu kelaparan untuk menghasilkan susu.
PBB menyampaikan laporan terbaru mengenai kondisi memprihatinkan di Jalur Gaza, Palestina. Berdasarkan data OCHA, hampir seluruh wilayah Gaza kini berada di bawah kendali militer Israel.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved