Rusia dan Tiongkok Gawangi Tatanan Dunia Baru

Cahya Mulyana
22/8/2024 15:08
Rusia dan Tiongkok Gawangi Tatanan Dunia Baru
Rusia dan Tiongkok semakin erat dalam menjalni kerja sama berbagai sektor.(Anadolu)

HUBUNGAN Rusia-Tiongkok bertindak sebagai faktor stabilisasi dalam pembentukan tatanan dunia baru. Pernyataan itu disampaikan Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin dalam pertemuan rutin ke-29 para kepala pemerintahan Tiongkok dan Rusia pada Rabu (21/8).

"Kemitraan komprehensif dan interaksi strategis kita terutama penting dalam situasi di mana kontur tatanan dunia baru sedang terbentuk. Dalam kondisi ini, hubungan Rusia-Tiongkok bertindak sebagai faktor stabilisasi yang kuat," kata Mishustin, dilansir Anadolu, Kamis (22/8).

Selama pertemuan tersebut, yang juga dihadiri oleh Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang yang sedang berkunjung, Mishustin mengatakan hubungan kedua negara berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup warga negaranya.

Baca juga : DK PBB Kecam Israel Serang Sekolah Gaza, Tiongkok-Rusia Salahkan AS

Perdana Menteri Rusia mengatakan bahwa merupakan tanggung jawab pemerintah kedua negara untuk memastikan bahwa semua keputusan yang dibuat oleh kepala negara mereka dilaksanakan selama bertahun-tahun yang akan datang.

"Dasar yang diperlukan untuk ini sudah ada. Tahun lalu, omzet perdagangan Rusia-Tiongkok meningkat sebesar 23%, memecahkan rekor lainnya dengan melampaui 20 triliun rubel ($218,9 miliar), atau 1,6 triliun yuan," tambahnya.

Ia mengatakan kemitraan energi antara Rusia dan Tiongkok semakin kuat, dan mereka secara aktif mengembangkan kerja sama industri.

Baca juga : Di Mana Posisi JD Vance di Palestina, Ukraina, dan Tiongkok?

Rusia juga ingin meningkatkan pasokan produk pertanian ke pasar Tiongkok, katanya, seraya menambahkan bahwa mereka harus terus membangun koridor transportasi dan logistik yang andal untuk lebih memperluas kerja sama ekonomi, serta bersama-sama memanfaatkan kemampuan Rute Laut Utara (NSR).

NSR adalah rute pelayaran sepanjang 5.600 kilometer yang menghubungkan Selat Kara ke Tanjung Dezhnyov, titik daratan paling timur Asia.

Negara-negara Barat menggunakan sanksi rute dengan dalih yang lemah atau dengan kata lain, persaingan tidak adil, klaim perdana menteri Rusia, seraya menambahkan bahwa mereka berupaya mempertahankan dominasi global mereka sambil membatasi potensi ekonomi dan teknologi Rusia dan Tiongkok.

Baca juga : Pemimpin NATO Sebut Tiongkok sebagai "Penggerak Utama" Perang Rusia-Ukraina

Ia mengatakan mereka karenanya harus memfokuskan upaya mereka pada melindungi kepentingan bersama, membangun tatanan dunia multipolar, dan meningkatkan koordinasi di tempat-tempat internasional.

Li, pada bagiannya, mengatakan kedua pihak telah berupaya untuk membuat kemajuan positif di semua bidang kerja sama, dan bahwa hubungan Rusia-Tiongkok telah mencapai perkembangan berkualitas tinggi di bawah kepemimpinan kepala negara masing-masing.

"Kami sepenuhnya yakin akan semakin mendalamnya kerja sama multifaset yang saling menguntungkan antara negara kita," kata Li, seraya menambahkan bahwa penyelenggaraan pertemuan seperti itu setiap tahun selama 30 tahun terakhir secara meyakinkan menunjukkan stabilitas dan vitalitas kerja sama bilateral yang luar biasa.

Kedua belah pihak menandatangani 17 dokumen setelah pertemuan tersebut, termasuk komunike bersama, untuk memperluas kerja sama bilateral. Li kemudian mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Kremlin, di mana Putin mengatakan Moskow dan Beijing mengembangkan rencana dan proyek bersama berskala besar di bidang ekonomi dan kemanusiaan yang dirancang untuk beberapa tahun mendatang. Li tiba di ibu kota Rusia pada Selasa (20/8) untuk kunjungan resmi tiga hari. (I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Cahya Mulyana
Berita Lainnya