Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) resmi menetapkan wabah Mpox berstatus Ancaman Darurat Kesehatan Masyarakat yang menjadi Perhatian Internasional (PHEIC). Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan alasan pihaknya telah menetapkan Mpox berstatus PHEIC yakni karena varian baru penyakit virus ini menyebar di Afrika.
“Kasus Mpox telah ditemukan di 13 negara Afrika dan bentuk barunya sedang menyebar. Ini adalah kedua kalinya dalam dua tahun organisasi tersebut mengeluarkan peringatan mengenai penyakit ini,” katanya melalui rilis yang tayang di situs resmi WHO pada Rabu (14/8).
Hal ini terjadi setelah merebaknya infeksi virus di Republik Demokratik Kongo (DRC) yang menyebar ke negara tetangga.
Baca juga : WHO Nyatakan Wabah Mpox di Afrika Darurat Kesehatan Global
“Hari ini, komite darurat bertemu dan memberi tahu saya bahwa dalam pandangannya, situasi ini merupakan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Saya telah menerima saran itu,” sebut Tedros.
“Ini adalah sesuatu yang harus menjadi perhatian kita semua,” katanya.
“WHO berkomitmen dalam beberapa hari dan minggu ke depan untuk mengoordinasikan respons global, bekerja sama dengan masing-masing negara yang terkena dampak, dan memanfaatkan kehadiran kami di lapangan, untuk mencegah penularan, mengobati mereka yang terinfeksi, dan menyelamatkan nyawa,” tambah Tedros.
Baca juga : WHO: Cacar Monyet Bukan lagi Darurat Kesehatan Global
Deklarasi PHEIC dapat mempercepat penelitian, pendanaan dan langkah-langkah kesehatan masyarakat internasional serta kerja sama untuk mengatasi suatu penyakit. Hal ini memicu tanggap darurat di negara-negara di seluruh dunia berdasarkan Peraturan Kesehatan Internasional yang mengikat secara hukum.
Mpox dapat menyebar melalui kontak dekat antar individu. Meskipun biasanya ringan, namun dalam kasus yang jarang terjadi bisa berakibat fatal. Penyakit ini menyebabkan gejala mirip flu dan lesi berisi nanah di tubuh.
Wabah di DRC dimulai dengan strain yang dikenal sebagai clade I, namun varian baru clade Ib tampaknya menyebar lebih mudah.
Baca juga : Perubahan dan Tantangan Mpox: Evolusi, Penyebaran, dan Tindakan Global
Strain tersebut sejauh ini telah terdeteksi di Burundi, Kenya, Rwanda dan Uganda.
Awal pekan ini, badan kesehatan masyarakat terkemuka di Afrika mengumumkan keadaan darurat Mpox di benua tersebut setelah memperingatkan bahwa infeksi virus menyebar pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Lebih dari 17.000 kasus dugaan Mpox dan 517 kematian telah dilaporkan di benua Afrika sepanjang tahun ini, peningkatan kasus sebesar 160 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika.
Baca juga : WHO Memanggil Pertemuan Darurat Setelah Lonjakan Kasus Mpox dari Republik Demokratik Kongo
Kepala staf badan kesehatan regional, Ngashi Ngongo mengatakan kesepakatan telah dicapai dengan gugus tugas kesehatan Uni Eropa dan produsen vaksin Mpox, Bavarian Nordic, untuk menyediakan 215.000 dosis awal inokulan ke Afrika.
Dia mengatakan bahwa mereka masih merundingkan kesepakatan agar benua tersebut menerima dua juta dosis pada akhir tahun ini, dan sepuluh juta pada akhir tahun 2025.
“Kami juga berencana untuk menjenuhkan media, baik televisi maupun radio, untuk memastikan bahwa semua orang yang memiliki akses terhadap media tersebut juga dapat menerima pesan tersebut,” kata Ngongo kepada Al Jazeera.
“Tetapi perlu diingat bahwa 96 persen kasus terjadi di Republik Demokratik Kongo, dan 60 persen dari kasus tersebut terjadi pada generasi muda di bawah usia 18 tahun,” tambahnya.
“jadi kami juga menggunakan media sosial untuk memastikan bahwa generasi muda terjangkit penyakit ini. juga tercapai,” lanjutnya.
Bentuk lain dari virus Mpox yakni clade IIb menyebar secara global pada 2022, sebagian besar melalui kontak seksual di antara laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki.
WHO menyatakan darurat kesehatan masyarakat yang berlangsung dari Juli 2022 hingga Mei 2023. Wabah tersebut, yang kini sebagian besar telah mereda, menyebabkan sekitar 140 kematian dari sekitar 90.000 kasus.
Di tengah wabah terbaru ini, Palang Merah mengatakan mereka meningkatkan langkah-langkah kesiapsiagaan di seluruh Afrika, khususnya di Kongo bagian timur.
Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap penyebaran virus ini.
Organisasi tersebut berjanji untuk memainkan peran penting dalam membendung penyebaran penyakit ini, bahkan di daerah-daerah yang sulit dijangkau dimana kebutuhannya paling besar. (I-2)
KASUS cacar monyet (monkey pox) di Jakarta terus bertambah, hingga Rabu, 1 November 2023 pukul 07.00 WIB terdapat 24 kasus cacar monyet di DKI Jakarta.
EPIDEMIOLOG Universitas Indonesia Tri Yunis Miko berpendapat untuk mencegah penularan kasus cacar monyet Pemprov DKI harus meningkatkan kewaspadaan di dalam populasi kunci.
DINAS Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mempersiapkan sarana dan prasarana Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) untuk melakukan pemeriksaan PCR kasus cacar monyet (Mpox).
DINAS Kesehatan DKI Jakarta masih menunggu kepastian dari Kementerian Kesehatan terkait penambahan vaksin cacar monyet (Mpox).
DINAS Kesehatan DKI Jakarta mencatat kasus cacar monyet atau monkeypox (Mpox) terus bertambah. Saat ini total kasus positif Mpox di Jakarta mencapai 29 orang.
Pemberian MPASI memiliki syarat yakni aman dan higenis. Makanan yang diberikan tidak bisa sembarang karena daya tahan tubuh anak dengan umur tersebut tidak sekuat usia remaja maupun dewasa.
Jangka pendek, bahaya timbel bisa masuk ke tubuh melalui inhalasi atau ingesti yang dihirup atau pun melalui makanan yang terserap oleh darah dan mengganggu fungsi organ.
Keterlambatan motorik pada anak bisa menjadi tanda adanya masalah kesehatan serius seperti hidrosefalus, palsi serebral, dan skizensefali.
Federation Dental International dan WHO menargetkan anak usia 5-6 tahun setidaknya 50% di antaranya harus bebas dari karies gigi di setiap negara.
Tidak ada bukti bahwa virus itu dapat ditularkan oleh serangga pengisap darah yang menyebarkan demam berdarah dan penyakit lain ketika menggigit manusia.
Target WHO tampak reasonable, tapi kecil kemungkinan terealisasi pada tahun ini. Untuk mencapainya, perlu upaya super: supermasif, superglobal, dan superserius
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved