Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Jerman Kejar Warga Ukraina yang Sabotase Jaringan Pipa Rusia

Ferdian Ananda
15/8/2024 11:15
Jerman Kejar Warga Ukraina yang Sabotase Jaringan Pipa Rusia
Penyelidik meyakini pelaku yang bernama Volodymyr Z memasang alat peledak di jalur pipa yang membawa gas alam dari Rusia ke Jerman.(MI/Seno)

JERMAN telah mengeluarkan surat perintah penangkapan tingkat Eropa terhadap seorang instruktur selam Ukraina atas dugaan keterlibatannya dalam sabotase jaringan pipa Nord Stream di Laut Baltik. Penyelidik Jerman meyakini pelaku yang bernama Volodymyr Z adalah anggota tim yang pada September 2022 memasang alat peledak di jalur pipa yang membawa gas alam dari Rusia ke Jerman.

Namun, hukum Jerman tidak mengizinkan publikasi nama belakang tersangka. Sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah berulang kali membantah bahwa negaranya berada di balik sabotase tersebut. Itu mengganggu ekspor gas Rusia ke Uni Eropa dan berdampak buruk pada pendapatan energi Moskow.

Dilansir dari Guardian, Kamis (15/8), Volodymyr Z terakhir kali diketahui tinggal di Polandia, menurut laporan surat kabar Suddeutsche Zeitung dan Die Zeit serta lembaga penyiaran publik ARD, yang mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.

Baca juga : Zelensky Akan Menandatangani Pakta Keamanan dengan Jerman dan Prancis

Kantor kejaksaan Polandia mengkonfirmasi bahwa mereka telah menerima surat perintah penangkapan Jerman untuk seorang pria Ukraina yang menjadi tersangka serangan Nord Stream bernama “Volodymyr Z”.

Dikatakan pihaknya menerima surat perintah tersebut pada Juni lalu, namun tersangka berangkat ke Ukraina bulan lalu. Dikatakan juga bahwa pihak berwenang gagal mencegah dia pergi karena informasi terkait belum sampai ke penjaga perbatasan negara.

Investigasi Jerman telah mengidentifikasi pria dan wanita lain bersama Volodymyr Z juga merupakan instruktur selam Ukraina. Namun, belum ada surat perintah penangkapan yang dikeluarkan untuk mereka saat ini.

Baca juga : Sebelum Bertolak ke Ukraina, Jokowi Lalui Agenda Penting di Elmau

Beberapa ledakan pada 26 September 2022 merusak dua pipa gas, Nord Stream 1 dan 2. Ledakan tersebut terjadi di dekat pulau Bornholm di Denmark di Laut Baltik. Empat kebocoran ditemukan tak lama kemudian.

Gas alam Rusia sebelumnya dialirkan ke Jerman melalui Nord Stream 1 yang berkapasitas 63 miliar meter kubik per tahun. Nord Stream 2 yang berukuran serupa belum beroperasi.

Rute ini dibangun untuk mengalihkan ekspor gas Rusia ke UE dari jaringan pipa Ukraina, yang sebelumnya sangat mereka andalkan.

Baca juga : Presiden Jokowi Memulai Lawatan ke Ukraina

Penjualan gas Rusia ke UE sejauh ini merupakan penjualan yang paling menguntungkan bagi negara tersebut hingga terjadinya invasi besar-besaran ke Ukraina pada bulan Februari 2022 dan perselisihan politik yang terjadi kemudian menghapuskan perdagangan tersebut.

Rusia dan negara-negara Barat saling menuduh berada di balik ledakan Nord Stream. Masing-masing pihak membantah terlibat dan tidak ada yang mengaku bertanggung jawab.

Pihak berwenang di beberapa negara menyelidiki kasus ini. Namun Denmark dan Swedia menghentikan penyelidikan mereka tanpa memberikan kesimpulan apa pun.

Baca juga : Ukraina Klaim Kuasai Sebagian Wilayah Kursk di Rusia

Pada Januari 2023 lalu, Jerman menggerebek sebuah kapal yang dikatakan mungkin digunakan untuk mengangkut bahan peledak dan mengatakan kepada PBB bahwa mereka yakin penyelam terlatih dapat memasang perangkat tersebut ke pipa dengan kedalaman sekitar 70 hingga 80 meter.

Pada Maret tahun lalu, The New York Times melaporkan bahwa para pejabat AS telah melihat informasi intelijen yang mengindikasikan adanya kelompok pro-Ukraina yang bertanggung jawab melakukan ledakan tanpa sepengetahuan Zelensky.

Masih belum jelas apakah temuan bahwa orang-orang Ukraina berada di balik serangan terhadap pipa-pipa tersebut akan berdampak buruk terhadap dukungan Jerman terhadap Ukraina.

“Tingkat sumber daya, uang, perangkat keras militer yang disalurkan dari Jerman, dari Polandia hingga Ukraina sangat besar,” kata koresponden Al Jazeera Dominic Kane di Berlin.

“Pemerintah Jerman saat ini mengatakan bahwa perkembangan ini tidak akan berdampak apa pun terhadap hubungan mereka dengan Kyiv. Tapi yang jelas ini adalah masalah yang sangat serius,” pungkasnya. (I-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Cahya Mulyana
Berita Lainnya