Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
SERANGAN Israel menewaskan seorang pejuang Hizbullah, Ali Abdul Ali, yang sedang berjalan di jalanan pedesaan awal bulan ini. Serangan itu membuat satu mobil meledak, menyisakan tanah yang hangus, dan Israel mengklaim bahwa serangan tersebut telah memberikan pukulan signifikan terhadap musuhnya di seberang perbatasan.
Namun sepertinya ada banyak pemuda yang bersedia menggantikan sang pejuang Ali di kampung halamannya di Libanon selatan, kurang dari dua mil dari tempat dia dibunuh. Mereka terlihat berkerumun di sekitar peti matinya yang ditaburi bunga dalam rekaman pemakamannya saat kesedihan dan kemarahan masyarakat setempat bercampur dengan semangat para pendukung partai. "Hizbullah!" mereka berteriak.
Kegigihan Hizbullah telah membingungkan pemerintahan Biden, sekutu utama Israel. Upaya AS untuk mencegah perang regional termasuk upaya yang gagal dalam menengahi gencatan senjata di Libanon dan Jalur Gaza. Hizbullah mengatakan mereka tidak menginginkan perang tetapi akan berhenti menembak hanya jika gencatan senjata tercapai di Gaza.
Baca juga : Biden Temui Tim Keamanan Nasional Bahas Ancaman Konflik Timur Tengah
Pada Kamis lalu, Amerika Serikat (AS) Qatar dan Mesir mengeluarkan pernyataan bersama yang mendesak Hamas dan Israel untuk melanjutkan perundingan ketika Israel bersiap menghadapi pembalasan dari Hizbullah dan Iran atas pembunuhan seorang komandan senior Hizbullah di pinggiran kota Beirut dan seorang pemimpin Hamas di Teheran. "Tidak ada waktu lagi untuk disia-siakan," kata pernyataan itu.
Saat berperang, Hizbullah telah menjadi panutan bagi poros perlawanan yang bersekutu dengan Iran. Ditambah lagi statusnya sebagai kekuatan militer Libanon yang tak tertandingi, persenjataannya yang luas, dan puluhan ribu prajuritnya.
Ketika penderitaan semakin meluas di Libanon, Hizbullah berusaha membatasi penyebaran kekerasan dan mencegah konflik yang lebih luas dengan Israel. "Dengan membatasi sebagian besar pertempuran di wilayah perbatasan selatan Libanon, hal ini menimbulkan lebih sedikit masalah dibandingkan jika mereka memulai konflik besar," kata Michael Young, editor senior di Carnegie Middle East Center yang berbasis di Beirut.
Baca juga : AS Ingatkan Konsekuensi Israel jika Serang Hizbullah
"Ada pemisahan di Libanon antara kehancuran yang dialami oleh serangan Israel di wilayah selatan dan kenyataan di tempat lain negara tersebut tampak kehidupan terus berjalan," sebutnya. "Karena pemisahan tersebut serta rasa muak yang dirasakan secara luas di Libanon atas brutalitas serangan Israel di Gaza, Hizbullah mampu menutup ketidakpuasan itu," katanya.
Namun, Ibrahim Mneimneh, seorang anggota independen parlemen Libanon, mengatakan dampak perang di Libanon selatan cukup parah sehingga mempertanyakan strategi Hizbullah. "Saya tidak percaya bahwa mereka mampu melindungi Libanon melalui apa yang mereka sebut sebagai pencegahan bersama," katanya. Ia mengacu pada gagasan bahwa baik Israel maupun Hizbullah tidak ingin melakukan tindakan yang melebihi batas tertentu.
Menjaga keseimbangan yang diinginkan Hizbullah kini menjadi jauh lebih sulit. Ada kekhawatiran bahwa permusuhan semakin meningkat pada akhir Juli, setelah serangan yang menewaskan 12 anak di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.
Baca juga : Netanyahu Setuju Perundingan lagi, Lima Warga Gaza Tewas dalam Bantuan Makanan
Israel dan AS menyalahkan Hizbullah, tetapi mereka membantah bertanggung jawab. Beberapa hari kemudian, rudal Israel menghantam bangunan tempat tinggal di pinggiran selatan Beirut yang menewaskan Fuad Shukr, seorang komandan senior Hizbullah, dan setidaknya enam orang lain, termasuk dua anak-anak.
"Kami tidak melakukan eskalasi, bahkan ketika para pemimpin kami tercinta terbunuh," kata Sekretaris Jenderal Hizbullah Hasan Nasrallah dalam pidatonya pada Selasa. Ini mengungkapkan realitas ganda di Libanon. "Selama 10 bulan, ada front, para martir, dan pemakaman, dan bagian lain Libanon menjadi tempat konser, rekreasi, makan siang dan makan malam," ujarnya.
Namun agresi terhadap Shukr, beberapa mil dari pusat kota Beirut, berbeda. "Israel ialah pihak yang memilih eskalasi dengan Libanon," katanya.
Baca juga : Biden Minta Hamas Terima Gencatan Senjata pada Ramadan
"Dalam pidato yang tampaknya dirancang untuk mempersiapkan Libanon menghadapi perang, nadanya telah berubah," kata Young. "Kita berada dalam situasi bahwa ritme yang diterapkan oleh Hizbullah dalam upaya membendung konflik tampaknya tidak mungkin lagi dilakukan," kata Young.
Pidato tersebut kurang berfokus pada peran Hizbullah dalam konstelasi kelompok bersenjata yang didukung Iran, melainkan menjelaskan kepada khalayak yang lebih luas di Libanon terkait alasan Israel merupakan ancaman bagi kawasan dan perlawanan Hizbullah diperlukan. Bahkan hal tersebut merupakan upaya yang sulit untuk dilakukan, lanjut Young, karena tidak ada seorang pun di Libanon yang menginginkan perang.
Kehancuran terhadap rumah-rumah dan lahan pertanian di Libanon terkonsentrasi di sepanjang perbatasan dengan Israel, setelah pertempuran selama berbulan-bulan saat jumlah serangan Israel melebihi jumlah serangan Hizbullah sebanyak lebih dari 6 berbanding 1. Ini menurut angka hingga 1 Agustus yang dikumpulkan oleh ACLED, organisasi yang mengumpulkan data pada konflik.
Lebih dari 100.000 orang mengungsi akibat pertempuran tersebut yang menewaskan 114 warga sipil dan nonkombatan di Libanon.
Di sisi lain perbatasan, lebih dari 60.000 orang masih mengungsi dari komunitas di Israel utara sejak Hizbullah memulai permusuhan pada 8 Oktober. Sebanyak 19 tentara dan 24 warga sipil tewas dalam serangan yang dilakukan kelompok tersebut. Ratusan rumah rusak dan puluhan ribu hektare lahan terbakar akibat kebakaran hutan yang dipicu oleh serangan drone dan roket.
Di Libanon, penderitaan meluas bermil-mil dari perbatasan hingga Wadi Jilo. Keluarga-keluarga yang tinggal di gedung tiga lantai yang dibakar oleh serangan Israel di seberang jalan pada awal Juni baru saja kembali ke rumah mereka.
Para pekerja dan pelukis mencoba membuat tempat itu dapat dihuni kembali. Salah satu pekerja, yang merupakan warga Suriah, mengatakan bahwa ia bolak-balik setiap hari ke kota hantu yang dekat dengan garis depan. Ini karena pengungsi Suriah di Libanon menghadapi diskriminasi dan kesulitan menemukan orang yang bersedia menerima mereka.
Perusahaan pemasok peralatan rumah tangga di lantai dasar gedung itu hancur. "Bagaimana kami bisa melarikan diri? Saya tidak tahu," kata Mervat Eitawi, 49, yang tinggal di lantai pertama dan menghabiskan tiga hari di rumah sakit setelah serangan karena mengalami masalah pernapasan.
Lengan putranya terbakar. Ada pengeboman sebelumnya, "Tetapi tidak sampai separah ini," katanya. "Saya mendengar drone di atas kepala setiap dua jam sekali," lanjutnya.
Salah satunya terdengar berputar-putar saat dia berbicara dengan wartawan minggu lalu. Dia tidak sanggup meninggalkan Wadi Jilo, tempat keluarganya berada, rumahnya. "Perang hanya perlu diakhiri, insya Allah, insya Allah, insya Allah," katanya.
Ibrahim Al Moussawi, anggota parlemen Libanon yang mewakili Hizbullah, mengakui bahwa penderitaan di wilayah selatan dan pengungsian massal telah memberikan tekanan pada gerakan tersebut.
Libanon, di tengah krisis ekonomi berkepanjangan yang ditandai dengan melonjaknya inflasi dan meluasnya kemiskinan, hampir tidak mampu membantu para pengungsi, apalagi membangun kembali daerah-daerah yang hancur akibat konflik tanpa bantuan asing dalam jumlah besar.
"Kami akan senang jika situasi kami di Libanon berada dalam posisi yang lebih baik atau lebih positif jika terlibat dalam perang," katanya. Ia menambahkan bahwa Hizbullah memberikan bantuan kepada para pengungsi, termasuk pembayaran sewa.
Kelompok ini berusaha menyeimbangkan perbedaan Libanon dengan keputusannya untuk terus berperang, yang disebutnya sebagai kewajiban moral, kewajiban agama, kewajiban nasional, tanggung jawab sebagai manusia.
Mneimneh, anggota parlemen independen, mengatakan hal-hal penting yang diputuskan Hizbullah ialah hal-hal yang harus dibahas di parlemen atau oleh pemerintah negara tersebut. "Adalah tugas kita untuk mendukung rakyat Palestina yang memperjuangkan negara mereka sendiri dan melawan genosida yang terjadi di Gaza," katanya dalam wawancara di kantornya, merujuk pada serangan militer Israel.
Namun, lanjut dia, ini tugas seluruh warga Libanon untuk berkumpul dan mendiskusikan cara terbaik untuk mencapai tujuan ini, melindungi negara dan pada saat yang sama mendukung perjuangan Palestina. (Thewashintongpost/Z-2)
KETUA DPP PDI Perjuangan Said Abdullah meminta pemerintah Indonesia mendesak Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menjatuhkan sanksi kepada Israel.
TENTARA Israel menghadapi tantangan logistik dan mekanis yang semakin besar di tengah perang berkepanjangan di Jalur Gaza, Palestina.
BEBERAPA jet tempur Israel melancarkan serangan udara di wilayah pinggiran selatan Beirut pada Kamis (5/6) malam. Kantor berita resmi Libanon melaporkan itu.
PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (22/5) menyatakan bahwa pihaknya telah mengirim sekitar 90 truk yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.
AS menjanjikan imbalan hingga 10 juta dolar AS (sekitar Rp164,4 miliar) bagi siapa pun yang dapat memberikan informasi terkait aktivitas keuangan Hizbullah di wilayah Amerika Selatan.
KEBERADAAN pembuat kapal motor di sepanjang pantura ini tak bisa dilepaskan dari sejarah di sekitarnya
MILITER Israel mengatakan bahwa mereka telah menyerang lebih dari 50 target musuh di seluruh Libanon selama bulan lalu, meskipun gencatan senjata disepakati pada November.
Israel melancarkan serangan udara ke pinggiran selatan Beirut, Libanon, pada Minggu, menargetkan tempat penyimpanan rudal berpemandu presisi milik Hizbullah.
ISRAEL menyerang Tyre, Libanon selatan, pada hari Sabtu (23/3) waktu setempat, membahayakan gencatan senjata yang telah mengakhiri konflik selama satu tahun melawan Hizbullah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved