Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh terbunuh di Teheran, Iran. Hal itu diungkapkan lewat pernyataan resmi kelompok militan tersebut, Rabu (31/7).
Hamas menyatakan berduka atas kematian Haniyeh, yang dikatakannya tewas dalam "serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran". Sementara itu, Garda Revolusi Iran menyatakan Haniyeh tewas bersama salah satu pengawalnya.
Siapakah Haniyeh? dan apa perannya bagi kelompok Hamas? Haniyeh adalah sosok yang keras dalam diplomasi internasional untuk kelompok Palestina ketika perang berkecamuk di Gaza.
Baca juga : Hamas Bahas Gencatan Senjata Gaza dengan Qatar, Mesir, Turki
Namun terlepas dari retorikanya, ia dipandang oleh banyak diplomat sebagai seorang yang moderat dibandingkan dengan anggota kelompok garis keras yang didukung Iran itu di Gaza.
Ditunjuk sebagai pejabat tinggi Hamas pada 2017, Haniyeh berpindah-pindah antara Turki dan ibu kota Qatar, Doha. Dia menghindari pembatasan perjalanan di Jalur Gaza yang diblokade dan memungkinkan dia untuk bertindak sebagai negosiator dalam perundingan gencatan senjata atau untuk berbicara dengan sekutu Hamas, Iran.
“Semua perjanjian normalisasi yang Anda (negara-negara Arab) tandatangani dengan (Israel) tidak akan mengakhiri konflik ini,” kata Haniyeh di televisi Al Jazeera yang berbasis di Qatar tak lama setelah pejuang Hamas melancarkan serangan pada 7 Oktober.
Baca juga : Petinggi Hamas ke Mesir untuk Bahas Gencatan Senjata dengan Israel
Israel menanggapi serangan tersebut dengan agresi militer yang sejauh ini telah menewaskan lebih dari 35.000 orang di Gaza, menurut otoritas kesehatan di wilayah tersebut.
Kehilangan putra
Tiga putra Haniyeh – Hazem, Amir, dan Mohammad – tewas pada 10 April ketika serangan udara Israel menghantam mobil yang mereka kendarai. "Haniyeh juga kehilangan empat cucunya, tiga perempuan dan satu laki-laki, dalam serangan itu," kata otoritas Hamas.
Baca juga : Qatar akan Umumkan Hasil Perundingan Hamas dengan Israel
Haniyeh membantah pernyataan Israel bahwa putra-putranya adalah pejuang kelompok tersebut. Ia mengatakan kepentingan rakyat Palestina diutamakan di atas segalanya ketika ditanya apakah pembunuhan mereka akan berdampak pada perundingan gencatan senjata. Artinya, Haniyeh tidak menarih dendam atas kematian anggota keluarganya tersebut dan tetap mengupayakan perundingan.
Meskipun banyak pernyataan keras di depan umum, para diplomat dan pejabat Arab memandangnya sebagai orang yang relatif pragmatis dibandingkan dengan suara-suara garis keras di Gaza, tempat sayap militer Hamas merencanakan serangan pada 7 Oktober.
Haniyeh dan pendahulunya sebagai pemimpin Hamas, Khaled Meshaal, telah berkeliling wilayah tersebut untuk melakukan pembicaraan mengenai kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi Qatar dengan Israel yang akan mencakup pertukaran sandera.
Baca juga : Gencatan Senjata Hamas-Israel dan Pertukaran 400 Sandera Segera Tercapai
Akan tetapi, Israel menganggap seluruh pimpinan Hamas sebagai teroris, dan menuduh Haniyeh, Meshaal, dan lainnya terus mengendalikan organisasi teror Hamas.
Namun seberapa banyak yang Haniyeh ketahui tentang serangan 7 Oktober sebelumnya masih belum jelas. Rencana tersebut, yang disusun oleh dewan militer Hamas di Gaza, merupakan rahasia yang dijaga ketat sehingga bahkan beberapa pejabat Hamas tampak terkejut dengan waktu dan skalanya.
Namun Haniyeh, seorang Muslim Sunni, memiliki andil besar dalam membangun kapasitas tempur Hamas, salah satunya dengan membina hubungan dengan Iran yang merupakan Muslim Syiah, yang terang-terangan mendukung kelompok militan tersebut.
Selama dekade di mana Haniyeh menjadi pemimpin tertinggi Hamas di Gaza, Israel menuduh tim kepemimpinannya membantu mengalihkan bantuan kemanusiaan ke sayap militer kelompok tersebut. Hamas membantahnya.
Israel menganggap perlucutan senjata Hamas sebagai salah satu dari beberapa syarat utama bagi kesepakatan apa pun untuk mengakhiri konflik.
Hamas menegaskan tidak akan menyerahkan senjata, kecuali terbentuk negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
Mengenai para tentara Kamboja yang ditangkap, Perdana Menteri Manet mencatat bahwa melindungi nyawa mereka telah menjadi prioritas utama sejak saat penangkapan mereka.
Donald Trump menegaskan bahwa Rusia harus menyetujui gencatan senjata di Ukraina sebelum tanggal 8 Agustus, atau akan menghadapi sanksi baru dari Amerika Serikat.
Pemerintahan AS boikot konferensi PBB untuk mendukung solusi dua negara, menyebutnya sebagai aksi publisits tidak tepat waktu.
THAILAND dan Kamboja akhirnya mencapai kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata tanpa syarat setelah lima hari pertempuran di wilayah perbatasan yang disengketakan.
Witkoff menyatakan bahwa sebagian besar warga Israel ingin para sandera pulang dan sebagian besar warga Gaza juga ingin para sandera pulang.
Satu staf Palang Merah Palestina dilaporkan tewas, tiga lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menghantam markas PRCS.
PEMERINTAH Gaza menuduh Israel sengaja menciptakan kekacauan untuk menghambat penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
UNI Emirat Arab (UEA) dan Irak menyambut baik pernyataan dari sejumlah negara mengenai pengakuan terhadap Negara Palestina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved