Antonio Guterres: Kebijakan Israel di Tepi Barat Menghancurkan Prospek Solusi Dua Negara

Thalatie K Yani
18/7/2024 06:30
Antonio Guterres: Kebijakan Israel di Tepi Barat Menghancurkan Prospek Solusi Dua Negara
Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan bahwa kebijakan Israel di Tepi Barat yang diduduki menghancurkan prospek solusi dua negara(AFP)

KEBIJAKAN Israel terhadap Tepi Barat yang diduduki menghancurkan setiap prospek solusi dua negara dengan Palestina, kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Melalui langkah-langkah administratif dan hukum, Israel mengubah geografi Tepi Barat, kata Guterres dalam sebuah pernyataan yang dibacakan kepala stafnya, Courtenay Rattray, selama pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSC), Rabu.

Ekspansi pemukiman diharapkan meningkat karena penyitaan lahan besar di daerah-daerah strategis dan perubahan perencanaan, pengelolaan lahan, dan pemerintahan, tambah Guterres.

Baca juga : PBB Tambahkan Militer Israel ke Dalam Daftar Pelanggar Hak Anak-Anak

“Perkembangan terbaru sedang menghancurkan setiap prospek untuk solusi dua negara,” kata kepala PBB itu.

Penggerebekan militer Israel, penangkapan warga Palestina, dan kekerasan pemukim telah melonjak di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur sejak Israel melancarkan perangnya di Gaza pada bulan Oktober.

Guterres mencatat Israel telah mengambil langkah-langkah hukuman terhadap Otoritas Palestina dan melegalkan lima pos terdepan Israel di Tepi Barat.

Baca juga : Antonio Guterres dan David Cameron Dukung Usulan Gencatan Senjata Biden untuk Gaza

Israel telah membangun pos-pos terdepan seperti itu sebagai bagian dari pendudukannya di Tepi Barat sejak 1967.

“Kita harus mengubah arah. Semua aktivitas pemukiman harus segera dihentikan,” kata Guterres.

Kepala PBB juga mengulangi seruannya untuk gencatan senjata segera dalam perang di Gaza dan pembebasan semua sandera.

Baca juga : Sekjen PBB Antonio Guterres Terkejut dengan Eskalasi Aktivitas Militer Israel di Rafah

Setidaknya 38.794 orang telah tewas dan 89.364 terluka dalam perang Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Jumlah korban tewas di Israel dari serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober diperkirakan 1.139, dengan puluhan orang masih ditahan di Gaza.

“Situasi kemanusiaan di Gaza adalah noda moral bagi kita semua,” kata Guterres.

Pertemuan terganggu oleh protes

Pada sesi triwulanan UNSC tentang Timur Tengah pada hari Rabu, perang Israel di Gaza dan krisis kemanusiaan di Jalur Gaza mendominasi agenda.

Baca juga : Sekjen PBB Kecam Serangan Ke Staf di Gaza

“Apa yang terjadi di Gaza akan tercatat sebagai genosida yang paling terdokumentasi dalam sejarah,” kata Riyad Mansour, duta besar Palestina untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada sesi tersebut. “Kapan dunia akan mengecam kejahatan dan berhenti mentoleransi kejadiannya kembali?”

Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan menuduh Hamas melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan mengatakan para sandera Israel ditahan “organisasi teroris yang didukung dan diilhami oleh Iran”.

Pertemuan UNSC sebentar terganggu setelah pidato Erdan oleh dua perempuan berpakaian hitam, yang berdiri dengan tanda-tanda dan berteriak untuk pembebasan sandera Israel yang ditahan  kelompok-kelompok Palestina di Gaza.

Keamanan PBB meminta para perempuan tersebut untuk meninggalkan ruang sidang dan mereka melakukannya, kata seorang pejabat PBB.

Demonstrasi tersebut terjadi saat Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mulai berbicara di badan yang beranggotakan 15 orang tersebut.

Lavrov, yang memimpin pertemuan karena Rusia adalah presiden UNSC untuk bulan Juli, menanggapi: “Saya tidak mengerti, berbicaralah lebih jelas. Salah satu dari kalian bisa berbicara dengan jelas untuk mengatakan apa yang ingin kalian katakan. Saya melihat kalian tidak ingin melakukannya, sangat baik.”

Protes di dalam markas besar PBB di Kota New York jarang terjadi. (al Jazeera/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya