Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Konflik di Myanmar Utara Sebabkan 50 Ribu Warga Sipil Mengungsi

Cahya Mulyana
10/11/2023 15:56
Konflik di Myanmar Utara Sebabkan 50 Ribu Warga Sipil Mengungsi
Peta konflik di Myanmar. Kali ini, pertempuran terjadi di negara bagian Shan utara dekat perbatasan Tiongkok.(AFP)

HAMPIR 50 ribu orang mengungsi akibat pertempuran di Myanmar utara. Itu setelah aliansi kelompok etnis bersenjata melancarkan serangan terhadap militer dua minggu lalu.

Pertempuran ini telah berkobar selama dua minggu di negara bagian Shan utara dekat perbatasan Tiongkok. Menurut para analis merupakan tantangan militer terbesar bagi junta sejak mereka merebut kekuasaan pada 2021.

Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (MNDAA), Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang (TNLA) dan Tentara Arakan (AA) mengatakan mereka telah merebut puluhan pos militer dan memblokir jalur perdagangan penting ke Tiongkok.

Baca juga : Tiongkok dan Pakistan Latihan Militer bersama di Laut Arab

“Pada 9 November, hampir 50 ribu orang di Shan utara terpaksa mengungsi,” kata Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNOCHA) dalam laporan terbarunya.

Di luar kota Lashio di negara bagian Shan, yang merupakan markas komando militer di timur laut, layanan internet dan telepon terganggu, sehingga menghambat respons kemanusiaan terhadap pertempuran tersebut. Pembatasan transportasi dan ketersediaan uang tunai menghambat upaya kelompok kemanusiaan lokal untuk memberikan bantuan.

Sebanyak 40 ribu orang lainnya terpaksa mengungsi akibat bentrokan antara militer dan lawan-lawannya di wilayah tetangga Sagaing dan negara bagian Kachin sejak awal November. Junta militer tidak banyak berkomentar mengenai serangan mendadak tersebut, namun awal pekan ini presiden yang ditunjuk junta memperingatkan bahwa negara tersebut bisa terpecah menjadi beberapa bagian jika militer tidak mampu mengendalikan pertempuran tersebut.

Baca juga : Sejak Kudeta, Junta Belanja Senjata ke Tiongkok-Rusia Senilai Rp14,8 Triliun

Letaknya yang terpencil di wilayah yang terjal dan tertutup hutan tempat terdapatnya jaringan pipa yang memasok minyak dan gas ke Tiongkok dan komunikasi yang tidak merata membuat sulit untuk memverifikasi jumlah korban.

Beijing, sekutu utama junta dan pemasok senjata, pada hari Selasa membenarkan adanya korban dari pihak Tiongkok akibat bentrokan di Myanmar. Seorang juru bicara kementerian luar negeri tidak menjelaskan warga Tiongkok itu terbunuh atau terluka, atau di mana tepatnya insiden itu terjadi.

Pemadaman Komunikasi

Daerah perbatasan Myanmar adalah rumah bagi lebih dari selusin kelompok etnis bersenjata, beberapa di antaranya telah berperang melawan militer selama beberapa dekade demi otonomi dan kendali atas sumber daya yang menguntungkan.

Baca juga : Kepala HAM PBB Desak Pemimpin Dunia Tekan Junta Militer Myanmar

Beberapa di antaranya telah melatih dan memperlengkapi Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF) baru yang bermunculan sejak kudeta untuk melawan tindakan keras berdarah yang dilakukan militer terhadap perbedaan pendapat.

Awal pekan ini, beberapa kelompok PDF mengklaim telah merebut kota Kawlin di wilayah Sagaing, rumah bagi sebagian besar etnis Bamar yang mayoritas dan merupakan tempat perekrutan tradisional militer.

AFP tidak dapat menjangkau penduduk di daerah tersebut, dimana sebagian besar saluran internet dan telepon terputus. Sagaing, yang berbatasan dengan negara bagian Shan dan Kachin, telah menjadi pusat perlawanan terhadap kekuasaan junta.

Lusinan kelompok PDF aktif di Sagaing, tempat militer dituduh membakar desa dan membantai penduduk. (AFP/Z-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya