Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Hubungan India-Kanada Semakin Panas, Ottawa Tarik 41 Diplomatnya

Cahya Mulyana
20/10/2023 20:29
Hubungan India-Kanada Semakin Panas, Ottawa Tarik 41 Diplomatnya
Kantor Komisi Tinggi Kanada di New Delhi, India.(AFP/Arun Sankar)

KANADA telah menarik 41 diplomat dari India sebagai dampak dari pertikaian sengit atas pembunuhan pemimpin Sikh, Hardeep Singh Nijjar. New Delhi berencana mencabut kekebalan diplomatik bagi semuanya, kecuali 21 diplomat Kanada dan keluarga mereka pada Jumat (20/10).

“Kami telah memfasilitasi keberangkatan mereka dengan aman dari India. Ini berarti diplomat kami dan keluarga mereka kini telah pergi," kata Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly.

Hubungan antara India dan Kanada telah memburuk sejak Perdana Menteri Justin Trudeau bulan lalu secara terbuka menghubungkan intelijen India dengan pembunuhan warga negara Kanada Hardeep Singh Nijjar, yang dibantah oleh New Delhi.

Baca juga : India Akhirnya Berani Ungkap Kematian Petinggi Sikh di Kanada

Nijjar, yang menganjurkan pembentukan negara Sikh yang terpisah dari India. Dia pun masuk daftar pencarian orang oleh pihak berwenang India karena tuduhan terorisme dan konspirasi untuk melakukan pembunuhan.

“Mencabut kekebalan diplomatik 41 diplomat bukan hanya belum pernah terjadi sebelumnya, tetapi juga bertentangan dengan hukum internasional,” kata Joly pada Rabu (18/10).

Baca juga : Kanada Menuduh India Terlibat dalam Pembunuhan Pemimpin Sikh dan Mengusir Kepala Intelijen

Ia mengatakan Kanada tidak berencana untuk membalas dengan cara yang sama, agar tidak memperparah situasi. Kanada akan terus membela hukum internasional, yang berlaku untuk semua negara dan akan terus menjalin hubungan dengan India.

“Saat ini, kita membutuhkan diplomat di lapangan dan kita perlu berbicara satu sama lain,” tambah Joly.

Larang warganya ke Kanada

Kanada telah meminta India untuk bekerja sama dalam penyelidikan namun New Delhi menolak tuduhan tersebut dan mengambil tindakan balasan, seperti menutup layanan visa bagi warga Kanada. Ottawa juga mengusir seorang diplomat India karena kasus tersebut.

Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar mengatakan bulan lalu di New York bahwa negaranya bersedia memeriksa bukti apa pun yang diajukan Kanada.

"Kami sebenarnya telah mendesak warga Kanada. Kami telah memberi mereka banyak informasi tentang kepemimpinan kejahatan terorganisir yang beroperasi di Kanada," kata Jaishankar, mengacu pada separatis Sikh.

India, kata dia, menghadapi situasi di mana diplomat kita mereka diancam, konsulat New Delhi diserang dan sering kali dituduh campur tangan dalam politik. Pemerintah India menyebut tuduhan Kanada atas pembunuhan tersebut tidak masuk akal dan menyarankan warga negaranya untuk tidak melakukan perjalanan ke wilayah tertentu di Kanada.

New Delhi juga menghentikan sementara pemrosesan permohonan visa di Kanada. Nijjar, yang berimigrasi ke Kanada pada 1997 dan menjadi warga negara Kanada pada 2015.

Dia ditembak mati oleh dua penyerang bertopeng di tempat parkir kuil Sikh dekat Vancouver pada Juni. Kanada adalah rumah bagi sekitar 770 ribu orang Sikh, yang merupakan dua persen dari populasi negara itu, dan kelompok vokal menyerukan pembentukan negara bagian Khalistan yang terpisah.

Gerakan separatis Sikh sebagian besar berakhir di India, ketika pasukan keamanan menggunakan kekuatan mematikan untuk menumpas pemberontakan di negara bagian Punjab pada 1980an.

Ratusan pengunjuk rasa Sikh berunjuk rasa di luar misi diplomatik India di Kanada bulan lalu, membakar bendera dan menginjak-injak foto Perdana Menteri India Narendra Modi.

Ketegangan antara Ottawa dan New Delhi telah menciptakan situasi sulit bagi sekutu dekat Kanada, Washington, yang dalam beberapa bulan terakhir mengambil langkah-langkah untuk mendekati India ketika Amerika Serikat berupaya membatasi pengaruh Tiongkok di wilayah tersebut. (AFP/Z-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zubaedah Hanum
Berita Lainnya