Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
MISI Pemantau Hak Asasi Manusia PBB di Ukraina mengatakan pihaknya mengutuk kerugian yang dialami warga sipil saat perang di Ukraina. Bahkan lebih dari 9.000 warga sipil, termasuk 500 anak-anak, telah terbunuh sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.
“Menyesalkan kerugian warga sipil yang menghebohkan akibat perang di Ukraina" dan dapat mengkonfirmasi bahwa 9.000 warga sipil telah terbunuh sejauh ini dalam konflik tersebut,” kata PBB dalam sebuah pernyataan Jumat (7/7).
Misi ini memperingatkan bahwa jumlah korban sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi daripada jumlah kematian yang telah dikonfirmasi secara resmi.
Baca juga: Ukraina-Rusia Saling Tuding Rencanakan Sabotase
"Hari ini kita menandai tonggak sejarah suram lainnya dalam perang yang terus menimbulkan korban jiwa yang mengerikan bagi warga sipil Ukraina," ujar Noel Calhoun, wakil kepala HRMMU, dalam sebuah pernyataan yang menandai hari ke-500 sejak dimulainya invasi.
Meskipun tahun ini jumlah korban di Ukraina rata-rata lebih rendah daripada tahun 2022, angka tersebut mulai naik lagi pada bulan Mei dan Juni. Pada 27 Juni, 13 warga sipil, termasuk empat anak-anak, terbunuh dalam serangan rudal di Kramatorsk di Ukraina timur.
Sementara jauh dari garis depan di kota Lviv, Ukraina bagian barat, 10 orang tewas dan 37 lainnya terluka dalam serangan rudal pada Kamis pagi. Wali kota setempat mengaku sebagai serangan terbesar terhadap infrastruktur sipil sejak invasi dimulai.
Baca juga: Rudal Rusia di Lviv Tewaskan Empat Orang
PBB mengatakan bahwa serangan tersebut juga merupakan serangan pertama yang terjadi di area yang dilindungi oleh Konvensi Warisan Dunia dan telah merusak bangunan bersejarah.
Misi pemantau PBB di Ukraina juga mencatat bahwa tiga kali lebih banyak warga sipil yang terbunuh dalam 500 hari terakhir dibandingkan dengan delapan tahun permusuhan sebelumnya di Ukraina timur, saat separatis yang didukung Rusia merebut Krimea dan daerah lainnya.
Rusia secara teratur membombardir Ukraina dengan serangan udara, termasuk tembakan artileri dan rudal tanpa pandang bulu yang sangat mematikan bagi warga sipil. Rusia juga telah menyerang infrastruktur sipil dan jalur pasokan, membuat warga sipil kehilangan listrik dan air.
Kota Bucha dan Mariupol menjadi pembahasan atas kekejaman Rusia tahun lalu, setelah laporan dan gambar-gambar pembantaian di sana mengejutkan dunia dan memicu tuduhan kejahatan perang dan bahkan genosida.
(Aljazeera/Z-9)
Donald Trump menilai Ukraina tidak seharusnya memulai perang dengan Rusia karena ketimpangan kekuatan.
Rusia menyerahkan sekitar 1.000 jenazah ke Ukraina, sesuai kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya.
Presiden AS Donald Trump tegaskan tidak kirim pasukan darat ke Ukraina. Tapi membuka kemungkinan berikan dukungan udara.
Menlu Rusia Sergey Lavrov menolak memastikan rencana pertemuan antara Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky.
Donald Trump dorong dialog langsung antara Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky untuk akhiri perang. Namun, Kremlin meremehkan spekulasi pertemuan.
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron menegaskan keraguannya bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin siap mengakhiri perang di Ukraina.
Donald Trump menilai Ukraina tidak seharusnya memulai perang dengan Rusia karena ketimpangan kekuatan.
Rusia menyerang Ukraina dengan 60 Shahed buatan Iran dan peswat nirawak (drone) lainnya, serta sebuah rudal Iskander, sementara Kyiv meluncurkan 46 pesawat nirawak ke negara itu.
Steve Witkoff, utusan kepercayaan Presiden Donald Trump, bertolak ke Moskow untuk bertemu pejabat
ISTANA kepresidenan Rusia, Kremlin, pada Selasa (22/7) mengatakan bahwa Moskow berharap putaran perundingan damai antara Rusia-Ukraina berikutnya akan berlangsung pekan ini.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mendukung tanpa syarat terhadap Rusia dalam perang di Ukraina.
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mungkin memiliki sudut pandangnya sendiri tentang situasi di Ukraina. Akan tetapi bagi Rusia ini soal kepentingan nasional dan masa depan negara.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved