Headline
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.
PEMANASAN yang cepat di Kutub Utara dan hilangnya es laut yang disebabkan perubahan iklim mendorong penurunan tajam keanekaragaman hayati, termasuk di antara tanaman, jamur, dan lumut. Namun studi baru pada Kamis (22/6) di Science menemukan bahwa kehadiran karibu dan muskoxen membantu mengurangi tingkat kehilangan sekitar setengahnya.
Itu menunjukkan bahwa herbivora besar memiliki peran yang kurang dikenal sebagai pembela iklim ekosistem. Rekan penulis Christian John dari University of California, Santa Barbara, mengatakan kepada AFP bahwa hasilnya menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus pemulihan kembali (reintroduksi herbivora besar) mungkin merupakan pendekatan efektif untuk memerangi efek negatif perubahan iklim pada keanekaragaman tundra.
Makalah tersebut merupakan hasil dari percobaan selama 15 tahun yang dimulai pada 2002 di dekat Kangerlussuaq, permukiman kecil dengan sekitar 500 orang di Greenland barat. Tim ilmuwan internasional menggunakan pagar baja untuk membuat plot seluas 800 meter persegi atau sekitar seperlima hektare untuk mengecualikan atau menyertakan herbivora dan mengukur dampaknya terhadap lingkungan sekitar.
Baca juga: Penangkapan Berlebihan, Hiu Karang Terancam Punah
Mereka juga menggunakan ruang pemanasan pasif yang bertindak seperti rumah kaca mini untuk menaikkan suhu beberapa derajat. Ini untuk melihat cara keanekaragaman hayati dapat bertahan dalam kondisi yang bahkan lebih hangat daripada saat ini. Herbivora diberi akses ke beberapa petak yang dihangatkan dan bukan yang lain.
Setiap hari, tim mendaki bermil-mil untuk menghitung hewan berkuku. "Ada banyak tuntutan untuk pekerjaan itu, bekerja berjam-jam berjalan kaki melintasi medan yang tidak rata, tinggal di tenda di bawah matahari yang tidak terbenam, sambil diiringi dengungan nyamuk di mana-mana," kata John. "Namun pada akhirnya, tidak satu pun dari tantangan ini yang menutupi kegembiraan melihat anak sapi karibu pertama tahun ini."
Baca juga: Benda-Benda Langit dalam Tata Surya selain Planet
Sedihnya, keanekaragaman komunitas tundra menurun selama penelitian, baik sebagai akibat langsung dari pemanasan tetapi juga perubahan pola curah hujan yang terkait dengan pencairan es, dan meningkatnya tutupan semak di tundra yang menekan keluar spesies lain. Namun, "Keanekaragaman komunitas tundra turun hampir dua kali lipat di petak tempat herbivora dikeluarkan dibandingkan dengan petak tempat herbivora dapat merumput," kata John.
Dalam plot yang dihangatkan, perbedaannya lebih dramatis. Keanekaragaman menurun sekitar 0,85 spesies per dekade ketika herbivora dikeluarkan. Sedangkan penurunan ini hanya sekitar 0,33 spesies per dekade ketika mereka dibiarkan merumput.
Para ilmuwan mengaitkan hal ini dengan herbivora yang menjaga spesies seperti semak, birch kerdil, dan willow abu-abu agar tanaman lain dapat berkembang lebih baik. "Upaya yang berfokus pada pemeliharaan atau peningkatan keanekaragaman herbivora yang besar dalam kondisi tertentu dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim pada setidaknya satu elemen penting kesehatan dan fungsi ekosistem: keanekaragaman tundra," tulis tim tersebut. (AFP/Z-2)
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Studi Nature ungkap pemanasan global tingkatkan fotosintesis darat, tapi lemahkan produktivitas laut. Hal itu berdampak pada iklim dan rantai makanan global.
Komitmen terhadap pengelolaan lingkungan berkelanjutan harus ditegakkan secara konsisten demi menjawab ancaman serius akibat pemanasan global.
Riset terbaru mengungkap pemanasan global membuat ribuan meteorit tenggelam di bawah es Antartika setiap tahun.
Mencairnya gletser memuci letusan gunung api yang lebih sering dan eksplosof, yang memperparah krisis iklim.
Penelitian terbaru mengungkap hilangnya hutan tropis menyebabkan pemanasan global berkepanjangan setelah peristiwa Great Dying 252 juta tahun lalu.
Studi terbaru mengungkap populasi burung tropis turun hingga 38% sejak 1950 akibat panas ekstrem dan pemanasan global.
Dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca, beradaptasi perubahan iklim, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu rata-rata, pola hujan tidak menentu, serta kelembaban tinggi memicu ledakan populasi hama seperti Helopeltis spp (serangga penghisap/kepik)
PEMERINTAH Indonesia menegaskan komitmennya dalam mempercepat mitigasi perubahan iklim melalui dukungan pendanaan dari Green Climate Fund (GCF).
Indonesia, dengan proposal bertajuk REDD+ Results-Based Payment (RBP) untuk Periode 2014-2016 telah menerima dana dari Green Climate Fund (GCF) sebesar US$103,8 juta.
Periset Pusat Riset Hortikultura BRIN Fahminuddin Agus menyatakan lahan gambut merupakan salah satu penyumbang emisi karbon terbesar, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved