Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
DOMINASI Amerika Serikat (AS) dan negara Barat dalam perpolitikan dan ekonomi dunia sepertinya mulai terancam. Sering ikut campurnya AS dan negara Barat dalam urusan geopolitik dunia ternyata justru mengundang kemarahan. Hal ini yang kemudian mendorong hadirnya BRICS sebagai alternatif kekuatan yang mendominasi dunia.
Berawal dari inisiatif Rusia, kini BRICS terus mencoba memperbanyak anggota. Ditambah dengan melemahnya kondisi perekonomian AS, BRICS dirasa menjadi alternatif penantang terkuat bagi 'Negeri Paman Sam' itu.
Lahirnya BRICS diawali dari obrolan di sela-sela rapat PBB. Saat itu Rusia secara tidak langsung menawarkan ide penguatan kerja sama multilateral kepada beberapa negara yang memiliki populasi dan kekuatan ekonomi besar di dunia. Bak gayung yang bersambut, Tiongkok, India, Brasil, dan Afrika Selatan merespons obrolan itu pada 2006.
Baca juga : AS cuma Minta Jeda di Gaza, Bukan Gencatan Senjata
Dari obrolan tersebut, diadakan KTT yang dilaksanakan di Yekaterinburg, Rusia, pada 2008.
Dalam pertemuan itu, BRICS membahas berbagai agenda dan isu panas yang terjadi di dunia. Dari pembicaraan tersebut, akhrinya untuk pertama kali BRICS mengeluarkan komunike bersama.
BRICS akhirnya terus berkembang dengan penguatan ekonomi dan pengaruh negara-negara anggotanya. Hingga pada 2013, negara-negara anggota BRICS sudah menyumbang 27% dari PDB dunia dan menyumbang 42% dari seluruh populasi global. Melihat potensi besar yang dimiliki anggotanya, BRICS membuat New Development Bank yang dianggap mengancam Bank Dunia dan IMF.
Baca juga : BRICS Digandrungi, AS Klaim Belum Kalah Pengaruh
Ancaman bagi AS
Selama ini, AS telah berperan besar dalam berbagai keputusan di dunia ini. Kehadiran BRICS tidak bisa dianggap remeh karena potensi kekuatan negara-negara anggotanya. Bahkan, sekarang BRICS sedang berupaya mengurangi kebergantungan pada dolar AS dengan menciptakan standardisasi baru pada sistem keuangan.
Rencananya sistem keuangan baru ini akan menggantungkan dan mengikat dirinya pada aset keras, seperti minyak dan emas. Apabila kehadirannya benar terlaksana, kemungkinan ini akan menjadi tantangan terberat bagi AS, apalagi jika melihat saat ini kondisi ekonomi AS yang sedang babak belur. Rencana BRICS ini dinilai akan membuat posisi AS dapat semakin lemah dalam sistem perekonomian dunia.
Baca juga : Tiongkok Dekati Negara BRICS dan Asia Pasifik untuk Tekan Dominasi AS
Rencana BRICS memperbanyak anggotanya serta berbagai kemajuan yang dapat dilakukan tampaknya menjadi daya tarik bagi berbagai negara. Apalagi, kini BRICS telah dilengkapi dengan New Development Bank yang setara dengan Bank Dunia dan IMF.
Tentu saja hal ini membuat negara lain tertarik untuk bergabung dengan BRICS untuk menghilangkan kebergantungan terhadap AS.
Saat ini, diperkirakan terdapat 19 negara yang sudah menyatakan ingin bergabung dengan BRICS. Dari 19 negara tersebut, 13 negara telah menyatakan dan mendaftar secara langsung kepada BRICS dan 6 negara lainnya sudah menanyakan secara tidak langsung terkait cara bergabung dengan BRICS.
Baca juga : Peneliti Kembangkan Sistem Deteksi Tornado dengan Infrasonik
Indonesia menjadi salah satu negara yang berencana bergabung dengan BRICS dan saat ini masih mempertimbangkan baik buruknya bergabung dengan BRICS.
Hadirnya dua kekuatan besar sebenarnya baik untuk memberikan keseimbangan dan keadilan. Apalagi, hal ini akan memberikan warna baru dalam geopolitik di dunia. Setidaknya hal ini akan menghadirkan pilihan bagi berbagai negara untuk bergabung dalam komunitas dunia.
Namun, sejarah mencatat jika ada dua kekuatan besar, biasanya akan terjadi gesekan. Hal ini biasanya tidak terhindarkan karena negara-negara tersebut tidak ingin kehilangan pengaruh dalam sistem perpolitikan dunia.
Baca juga : Mark Rutte Dapat Banyak Dukungan untuk Jadi Sekjen NATO
Di masa lalu pernah terjadi saat Perang Dunia I dan II, yaitu terdapat persaingan antara kubu sekutu dan kubu axis.
Kejadian ini harus kita ingat-ingat, apalagi saat ini Indonesia sedang mempertimbangkan bergabung dengan BRICS.
Dalam sejarah serta prinsip politik luar negeri kita selalu mengedepankan politik luar negeri yang bebas dan aktif. Hal ini membuat posisi Indonesia menjadi netral dan bebas dalam menentukan keputusan politik.
Jika benar Indonesia bergabung dengan BRICS, pastinya akan membuat Indonesia harus menentukan sikap apabila terjadi konflik antara kedua kubu, yaitu BRICS dan AS serta sekutunya. (Z-1)
PERTEMUAN antara Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin di Anchorage, Alaska, Jumat waktu setempat atau Sabtu WIB, berakhir tanpa kesepakatan gencatan senjata di Ukraina.
Sebanyak 54% warga Amerika Serikat yakin konsumsi alkohol berdampak negatif bagi kesehatan.
APPLE akhirnya kembali mengaktifkan fitur saturasi oksigen pada perangkat Apple Watch, setelah sempat dilarang oleh Komisi Perdagangan Internasional (ITC) Amerika Serikat pada 2023
PRESIDEN Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan bertemu pada hari ini di Alaska untuk membahas upaya mengakhiri perang tiga tahun antara Moskow dan Ukraina.
Youtube menguji coba kecerdasan buatan (AI) untuk mengidentifikasi pengguna di bawah 18 tahun.
SEKRETARIS Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso mengungkapkan bahwa pemerintah akan melakukan negosiasi tarif lanjutan dengan AS.
PRESIDEN Prabowo Subianto menyatakan komitmen Indonesia memainkan peran strategis di panggung internasional, baik dalam diplomasi perdamaian, kemerdekaan Palestina hingga ikut BRICS
Pemanfaatan akses pasar BRICS juga dipandang akan berdampak positif dalam jangka panjang bagi perekonomian Indonesia.
WAKIL Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan butuh kehati-hatian dalam menentukan langkah yang tepat untuk menghadapi tantangan dampak gejolak ekonomi global.
Indonesia Diminta Gunakan Daya Tawar dalam Negosiasi Trump
Status keanggotaan Indonesia di BRICS dapat dimanfaatkan untuk memperkuat posisi tawar Indonesia dalam aksesi ke OECD dan penyelesaian IEU-CEPA.
Keputusan tarif tersebut telah dirancang jauh sebelum Indonesia secara resmi diterima sebagai anggota penuh BRICS.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved