Headline
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
Pelaku perusakan dan penganiayaan harus diproses hukum.
PEMERINTAH Spanyol mengumumkan telah mengevakuasi 100 orang dari Sudan, Minggu (23/4). Dari jumlah tersebut 30 di antaranya adalah warga negara Spanyol.
Sisanya merupakan warga negara Argentina, Kolombia, Irlandia, Italia, Portugal, Polandia, Meksiko, Venezuela, dan Sudan.
Kementerian Luar Negeri Spanyol menyebutkan pesawat militer yang mengangkut 100 orang itu telah meninggalkan Khartoum pada Minggu pukul 11.00 waktu setempat dan menuju Djibouti.
Baca juga: Erdogan Desak Sudan Beri Perlindungan ke Warga Turki
Perang antara militer Sudan dengan kelompok paramiliter (RSF) sejak Sabtu (15/4), telah menewaskan lebih dari 413 orang. Motifnya karena kedua pemimpin kelompok tersebut saling berebut kekuasaan untuk menguasai negara tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat perang juga melukai lebih dari 3.500 orang sejak pertempuran meletus pada pertengahan Maret lalu.
Sebelum Spanyol, sejumlah negara juga telah melakukan hal serupa, seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat. Djibouti digunakan sebagai titik transit evakuasi.
Arab Saudi juga telah mengevakuasi 150 warganya, termasuk termasuk diplomat dan pejabat asing, berhasil diselamatkan dari Sudan. Mereka telah tiba Jeddah sebagai kloter pertama penyelamatan yang diumumkan sejak pertempuran di Sudan meletus.
"Evakuasi dilakukan oleh Angkatan Laut kerajaan dengan dukungan cabang militer lainnya," kata Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dalam sebuah pernyataan.
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengatakan, terdapat 91 warga Arab Saudi dan sekitar 66 warga negara dari 12 negara lain, dari Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Mesir, Tunisia, Pakistan, India, Bulgaria, Bangladesh, Filipina, Kanada, dan Burkina Faso.
Baca juga: WNI di Sudan Diminta Siaga Dievakuasi
Sementara 1.209 warga negara Indonesia yang berada di Sudan telah diminta siaga dievakuasi. Proses pemindahan WNI dari kota Khartoum yang menjadi pusat pertikaian bersenjata mengikuti situasi keamanan.
"Persiapan evakuasi masih terus dilakukan. pada waktunya akan diinfokan ke publik, khususnya mempertimbangkan aspek keamanan," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada Media Indonesia, Minggu (23/4).
Dia enggan mengkonfirmasi bahwa evakuasi dilakukan mulai Minggu (23/4) malam, seperti diutarakan seorang WNI di Sudan. Menurut dia, pemindahan WNI dari Khartoum dan Sudan secara keseluruhan tidak dapat diungkapkan ke publik. (AFP/Z-6)
Pemerintah Tiongkok mengumumkan 30 orang tewas setelah hujan deras yang melanda Beijing beberapa hari terakhir.
OCHA mengecam perintah evakuasi massal yang dikeluarkan Israel di wilayah Deir el-Balah, Gaza Tengah.
Seorang pendaki asal Swiss, Benedikt Emmenegger, yang mengalami kecelakaan di Gunung Rinjani, Lombok, pada Rabu (16/7), berhasil dievakuasi dengan selamat
KANTOR Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo kembali membuka Posko Kesiapan Transportasi Laut sebagai antisipasi dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur.
Kebakaran hutan besar di Pulau Kreta, Yunani, dilaporkan tidak terkendali. Sebanyak 200 pemadam kebakaran diturunkan untuk memadamkan api.
Sebanyak 75 orang berhasil diselamatkan dari kebakaran di RS Hermina, Jatinegara, Rabu 92/7) pagi.
KEDUTAAN Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok, Thailand, mengimbau WNI menghubungi hotline Konsuler KBRI Bangkok jika ada yang terdampak konflik Thailand-Kamboja.
Menteri Hukum Supratman Andi Agtas menegaskan bahwa mantan prajurit Marinir TNI AL, Satria Arta Kumbara, telah kehilangan status sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) secara otomatis.
Pemerintah untuk berhati-hati dalam memutuskan permohonan kewarganegaraan kembali dari Satria Kumbara, eks Marinir TNI AL yang menjadi tentara relawan Rusia.
PRESIDEN Presiden Prabowo Subianto menanggapi kabar yang menyebut Amerika Serikat (AS) bisa mengelola data pribadi warga negara Indonesia (WNI).
MANTAN anggota Korps Marinir TNI Angkatan Laut, Satria Arta Kumbara, kembali menjadi sorotan setelah menyatakan keinginannya untuk pulang ke Indonesia.
Usai amnesti terhadap AP diberikan, WNI tersebut dideportasi ke luar Myanmar pada 19 Juli 2025 melalui Thailand sebelum tiba di tanah air.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved