Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Massa Janji Hentikan Demonstrasi Jika Presiden Peru Mundur

Cahya Mulyana
21/1/2023 16:05
Massa Janji Hentikan Demonstrasi Jika Presiden Peru Mundur
Sejumlah demonstran berhadapan dengan polisi di Lima, Peru.(ERNESTO BENAVIDES / AFP)

RIBUAN pengunjuk rasa menyatakan akan menghentikan demonstrasi jika Presiden Dina Boluarte mundur dari jabatannya. Mereka turun ke jalanan di ibu kota Peru, Lima.

Banyak pengunjuk rasa datang ke Lima dari daerah-daerah terpencil di Peru. Aksi protes sejak tahun lalu ini telah menewaskan puluhan orang, yang sebagian besarnya dalam bentrokan antara pedemo dan petugas keamanan.

Demonstrasi massa dipicu pemakzulan dan pemenjaraan terhadap Pedro Castillo, presiden pertama Peru dari latar belakang pedesaan Andes. Castillo digulingkan setelah berusaha membubarkan Kongres Peru.

Jose Luis Ayma Cuentas, 29, yang melakukan perjalanan selama 20 jam untuk sampai ke ibu kota negara dari wilayah Puno selatan, yang telah menjadi tempat kekerasan negara paling mematikan selama sebulan terakhir.

"Kami akan tinggal di sini sampai ia mengundurkan diri, sampai pembubaran Kongres, sampai ada pemilihan umum baru. Jika tidak, kami tidak akan kemana-mana," katanya.

Hingga Sabtu (21/1), aksi unjuk rasa menentang Boluarte terjadi sebagian besarnya di wilayah selatan Peru. Jumlah korban tewas dalam bentrokan telah mencapai 55 orang dengan 700 lainnya terluka.

Para pengunjuk rasa sekarang menginginkan Lima, rumah bagi sekitar sepertiga dari populasi Peru yang berjumlah 34 juta, menjadi titik fokus demonstrasi yang dimulai ketika Boluarte, yang saat itu menjabat sebagai wakil presiden, dilantik pada 7 Desember untuk menggantikan Castillo.

Gelombang unjuk rasa ini memicu kekerasan politik terburuk di Peru dalam lebih dari dua dekade. Dalam awal protes Jumat, para demonstran mengambil alih jalan-jalan utama di pusat ibu kota Lima sambil mengibarkan bendera dan meneriakkan,

"Darah yang tumpah tidak akan pernah dilupakan, dan rakyat tidak akan menyerah."

Baca juga: Korban Tewas Longsoran Salju di Tibet Bertambah

Setelah berdiri mengawasi pengunjuk rasa yang telah diblokir ke jalan-jalan pusat kota, polisi mulai menembakkan gas air mata.

Kemarahan terhadap polisi terus berlanjut sepanjang unjuk rasa ketika para demonstran meneriakkan "pembunuh" saat melewati barisan petugas yang mengenakan helm dan mengangkat tameng.

Saat malam tiba, pengunjuk rasa terkunci dalam pertempuran dengan polisi, sementara beberapa demonstran melemparkan botol air berisi batu ke arah petugas.

Pada Jumat malam, Menteri Dalam Negeri Vicente Romero memuji tindakan polisi selama menghadapi protes massa, dengan mengatakan bahwa langkah aparat sangat profesional.

Para pengunjuk rasa sangat marah kepada Boluarte atas pidatonya pada Kamis malam, di mana ia menuduh para pedemo telah mengobarkan kekerasan. Ia bersumpah untuk menuntut demonstran dan mempertanyakan dari mana mereka menerima biaya selama ini.

"Anda ingin melanggar aturan hukum, Anda ingin menimbulkan kekacauan, dalam kekacauan serta kebingungan itu, Anda ingin mengambil alih kekuasaan," tegas Boluarte.

Ia menegaskan dukungannya untuk menggelar pemilu pada 2024, dua tahun lebih cepat dari jadwal semula. Namun para pengunjuk rasa mengatakan bahwa pemajuan jadwal itu itu masih cukup cepat. (LBC/OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya